Hikayat Cinta Tahun Baru Penjaga Rel Kereta

Slamet Supriyadi menjaga palang pintu kereta selama 15 tahun. Istrinya minta jalan-jalan Tahun Baru, ketika ia tak pegang uang.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 01 Jan 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2018, 08:00 WIB
Hikayat Cinta Tahun Baru Penjaga Rel Kereta
Mengawasi dan memastikan kereta api serta pengguna jalan aman dan selamat saat jalan dua moda transportasi itu bersimpangan menjadi tugas Slamet. (foto: Liputan6.com/ibra/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang - Berbelas tahun, Slamet Supriyadi (42) menjalin rumah tangga dengan Miswati. Selama itu pula ia selalu melewatkan momen tahun baru karena harus menuntaskan kewajiban sebagai penjaga rel kereta api. Namun, pergantian tahun dari 2017 ke 2018 kali ini, tiba-tiba Miswati mengajaknya jalan-jalan.

"Pak, sesekali tahun baruan sama anak-anak, dong," Miswati berbisik mesra.

Sebagai petugas jaga rel kereta api, tentu gajinya tak sebesar Dirut PT KAI atau menteri. Slamet bingung. Warga Patukangan RT 1 RW 7, Kutoarjo, Kaliwungu, Kendal, ini juga harus menjaga perasaan anaknya, Viola Pranawati yang duduk di bangku SMP dan Cikalio Agatha yang masih TK.

Slamet bercerita bahwa ia sudah 15 tahun menjadi penjaga pintu kereta api di resort 49 Kaliwungu Kendal. Atas bisikan istrinya itu, Slamet diam. Sebagai suami yang harus menjaga wibawa keluarga, ia tak menunjukkan kegelisahannya.

"Itu terjadi tiga hari lalu. Saya tak menjawab. Diam. Tapi saya pamit berangkat ke tempat kerja," kata Slamet Supriyadi kepada Liputan6.com, Minggu (31/12/2017).Slamet Supriyadi tak pernah diam saat tak ada kereta lewat. Ia tetap membersihkan jalur kereta. (foto: Liputan6.com/ibra/edhie prayitno ige)Meski bingung, Slamet tak hilang fokus. Ia tetap menjalankan tugas sebagai penjaga palang pintu kereta api. Kosongnya kantong tak membuatnya terteror untuk mengorbankan ribuan nyawa yang melintas. Ia menjalankan tugas dengan sempurna hingga pergantian shift.

Saat mau pulang, saya dikabari kalau hari Sabtu (30/12/2017) disuruh ikut acara kantor di Lawang Sewu Semarang," kata Slamet.

Slamet pulang ke rumah. Ia harus berhadapan lagi dengan wajah istri dan dua anaknya yang penuh harap. Sesekali ia meraba dompetnya, masih tetap kosong. Bahkan, di jalan ia sempat berhenti untuk melihat ponselnya dan mencari peluang dapat berutang. Meski demikian, ia tak menyesal menjadi penjaga palang kereta api.

 

Merasa Dikerjai

Merasa Dikerjai
Slamet usai menerima bingkisan dan ada di lorong Lawang Sewu. (foto : Liputan6.com/ibra/edhie prayitno ige)

Bukan ide atau gambaran mengenai jalan keluar yang ia dapat, justru rasa bersalah yang muncul. Slamet mengaku selama belasan tahun Miswati mendampinginya sebagai istri, ia merasa belum pernah membahagiakan Miswati.

"Suami mana pun ingin istrinya bahagia. Hanya sekadar jalan-jalan sedehana saja, saya tidak mampu. Ia istri yang baik, tak pernah minta ini itu, tak pernah menuntut suami berlebihan," kata Slamet dengan mata berkaca-kaca.

Malam, saat Miswati tidur bersama dua anaknya, Slamet hanya bisa memandang penuh kasihan dengan sepaian rasa bersalah dalam hati. Ia ingin menangis.

Akhirnya hingga Sabtu pagi, Slamet tetap belum menemukan cara untuk memenuhi keinginan sang istri. Dua anaknya disempatkan untuk dielus kepalanya. Ia pamit berangkat mengikuti diklat di Lawang Sewu Semarang. Dengan sepeda motor ia melaju penuh rasa bingung ke kota yang berjarak 20 km ini.

Tiba di Lawang Sewu, Slamet semakin bingung. Kebingungannya yang kedua ini karena ia merasa dibohongi. Tak ada diklat dari kantornya.

"Jengkel, Mas. Kok tega," katanya singkat.

Tapi tunggu dulu. Slamet tak hendak pulang. Ia masih terus berpikir mengenai uang saku untuk jalan-jalan sederhana dengan sang istri dan dua anaknya. Ia melihat ke backdrop yang terpasang di panggung. Olala, ternyata acaranya adalah pemberian apresiasi pejuang transportasi dari Kementerian Perhubungan. Kata panitia ada 55 orang menerima penghargaan dari Kemenhub yang terdiri atas beberapa unsur. Petugas kereta api, tim kesehatan, kepolisian, BPBD dan juga penjaga palang pintu kereta.

 

Penghargaan Hanya Piagam

Penghargaan Hanya Piagam
Slamet Supriyadi selain menjaga palang pintu kereta api, juga memastikan rel yang akan dilintasi kereta dalam kondisi aman. (foto: Liputan6.com/ibra/edhie prayitno ige)

Saat azan Asar melantun, Slamet bersigegas menuju musala di bagian belakang Lawang Sewu. Ia tak hanya salat menjalankan kewajiban sebagai umat yang taat. Usai salat, ia buang kebingungan dengan berdoa dan berzikir.

"Terus terang, karena masih kepikiran keinginan istri, saya berdoa semoga diberi kelancaran rizki, untuk membahagiakan anak istri," kata Slamet.

Menjelang Magrib, Slamet makin bingung. Pergantian tahun semakin dekat. Ia hanya punya waktu beberapa jam untuk mencari uang saku. Berapa pun hasilnya. Ya, berapa pun yang penting pegang uang untuk jaga-jaga jika anak istrinya ingin membeli sesuatu.

Ia menata hati, mempersiapkan tubuh untuk kembali bersujud dalam salat Magrib. Saat bersiap itulah, ada panitia yang menghampiri dan mengabari bahwa ia akan menjadi salah satu penerima apresiasi pejuang transportasi.

"Apresiasi atau penghargaan apa pun tak menyurutkan kegelisahan saya. Biasanya kan hanya berupa piagam atau paket sembako. Magrib saya kembali bersujud, mohon jalan keluar terbaik. Saya tak ingin apa-apa. Hanya ingin anak istri saya bahagia," kata Slamet.

Lagi-lagi kegelisahan hatinya coba ia kurangi dalam sujud salat Isya. Ia sengaja berlama-lama di musala. Acara dimulai tepat setelah Isya. Dimulai beberapa sambutan pejabat Kemenhub dan Pemprov Jateng. Acara kemudian berlanjut pada pemberian apresiasi. Dada Slamet berdebar. Ia benar-benar menerima penghargaan itu.

"Saya kaget ketika petugas membantu MC menyerahkan penghargaan di atas panggung," kata Slamet.

 

Bahagiakan Istrimu!

Bahagiakan Istrimu !
Slamet menerima penghargaan sebagai pejuang transportasi dari Menteri Perhubungan Budi Karya. (foto : Liputan6.com/Ibra/edhie prayitno ige)

Yang mengagetkan Slamet itu adalah pemberian apresiasi tahap pertama, terdiri dari 10 orang. Bagaimana tidak kaget, tiap pejuang transportasi menerima apresiasi dari Kemenhub sebesar Rp 25 juta, jaminan kesehatan serta bingkisan. Slamet kebagian maju pada tahap keempat.

Langkah Slamet dari panggung menuju tempat duduknya semula tidak seperti biasa. Matanya tampak berkaca. Seolah-olah dia masih belum percaya dengan apa yang terjadi.

"Tidak banyak yang bisa kami berikan. Rasanya memang tidak sebanding dengan yang Saudara kerjakan selama ini. Namun semoga itu memberi manfaat dan berkah," kata Menteri Perhubungan Budi Karya.

Kebingungan Slamet berakhir bahagia. Namun, ia masih terus bertanya-tanya tentang jalan hidupnya. Riuh lagu Bohemian Rapsody yang dipopulerkan Queen dan dijadikan lagu penutup, tak kuasa menjawab tanya yang ada di benak Slamet.

"Yang saya tahu sekarang, jika kita niat ingin membahagiakan anak dan istri, pasti Allah memberi jalan, membukakan rizki. Alhamdulillah. Istri itu keramat, bahagiakanlah," kata Slamet.

Uh…so sweet. (ibra)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya