Cerita Haru dari Ibu Pengasuh Bayi-Bayi Orangutan di Kalimantan

Hubungan antara pengasuh dan anak-anak orangutan menjelma seperti hubungan ibu dan anak.

oleh Rajana K diperbarui 05 Jan 2018, 05:06 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2018, 05:06 WIB
20161127-orangutan
Bayi orangutan diserahkan ke BKSD Kalimantan Barat.

Liputan6.com, Palangka Raya - Pagi itu, Letha Kristin pengasuh bayi orangutan, duduk termenung di depan mess dekat kantornya. Matanya yang sembab karena semalam menangis nampak menerawang jauh ke dalam hutan. Tak henti-hentinya ia memanjatkan doa kepada Tuhannya. 

Apa gerangan yang membuatnya begitu meratap? Rupanya hati wanita Dayak saat itu tengah gundah. Betapa tidak, si Hanao, orangutan (Pongo pygmaeus) yang dirawatnya sejak bayi ternyata harus terkapar sekarat di dalam klinik yang masih satu lokasi dengan mess tempatnya istirahat.

Ia mengaku sangat terpukul dengan kejadian saat itu. Untungnya, nyawa Hanao bisa tertolong dan sekarang ia sudah besar.

"Hubungan saya dengan Hanao itu ibarat ibu dan anak," ujar Litha Kristin, saat kembali menceritakan pengalamanya ketika ditemui di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng milik yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di Jalan Cilik Riwut Km.28 Palangka Raya, akhir Desember lalu.

Ia kemudian berkisah awal mula mengapa sampai menjadi pengasuh bagi orangutan di Nyaru Menteng.

Saat itu sekitar tahun 2007 usai lulus SMA, ia sempat bekerja sebagai pelayan di sebuah usaha jasa foto kopi yang berada di Palangka Raya. Namun karena bosan dan tidak ada peningkatan pengalaman. Ia pun memutuskan untuk hengkang. Dan setelah sempat menganggur beberapa saat ada orang yang menawari untuk bekerja sebagai pengasuh orangutan.

"Saya sendiri belum tahu saat itu apa kerjanya, tapi saya pikir ini pengalaman baru dan tak ada salahnya untuk dicoba," ujarnya.

Setelah melalui serangkaian tes, ia pun dinyatakan lulus dan ditugaskan untuk merawat bayi orangutan. Karena yang dirawat ini adalah bayi maka ia tak kesulitan untuk berdaptasi. Menurutnya, bayi orangutan hanya butuh digendong dan tak lupa minum susu dan bermain-main.

"Memang saya sempat takut jangan-jangan digigit, tapi setelah beberapa hari kerja saya merasa nyaman," ujarnya.

 

 

 

Tugas Para Pengasuh

Orangutan
Dara, Orangutan wanita berusia lima tahun bermain di bak mandi setelah menjalani pemeriksaan kesehatan di Bali Zoo, Gianyar, Bali (30/12). (AP Photo / Firdia Lisnawati)

Tugas yang dilakukan Letha dan 21 pengasuh anak orangutan lainya setiap pagi yakni, menyiapkan kebutuhan para bayi orangutan seperti susu, buah-buahan dan mainan dan dimasukkan ke dalam ransel khas Dayak terbuat dari rotan yang bernama lannjung.

Setelah itu, ia baru menyiapkan 52 individu bayi orangutan yang kemudian dipisahkan dalam beberapa grup, di mana satu grup terdiri dari 2 pengasuh dan 10 bayi orangutan.

Setelah terkumpul semua maka pasukan orangutan ini langsung digiring masuk ke dalam hutan yang berjarak sekitar 500 meter dari kantor mereka.

Sesampainya di dalam sekolah hutan maka masing-masing grup akan berpisah dan setelah berpisah maka mereka wajib menghitung ulang berapa jumlah orangutan yang ada pada mereka. Sebab biasanya ada juga yang nakal dan lari masuk kedalam hutan tanpa sepengetahun penjaga. Kalau sudah begini maka tugas pengasuh mencarinya hingga ditemukan.

Sri Rahayu, salah seorang pengasuh orangutan yang juga merupakan koordinator pengasuh mengatakan, menemukan orangutan yang kabur tidak sulit bagi para pengasuh. Sebab mereka sudah tahu di mana orangutan nakal itu sembunyi. Karena biasanya masing-masing orangutan itu punya tempat favorit untuk bermain sendiri.

"Jadi misialnya orangutan Fajar yang hilang, maka kita tinggal cari tempat dia biasa bermain pasti ketemu," ujarnya.

Karena kebanyakan orangutan ini adalah hasil sitaan (sudah dipelihara manusia) atau pun karena induknya terbunuh, maka di dalam sekolah hutan secara perlahan mereka akan diajarkan untuk kembali mengenai habibat mereka yang asli.

Para pengasuh ini tak hanya duduk-duduk melihat anak asuhnya bermain, namun dia juga membawa catatan mengenai perkembangan anak asuhnya untuk dilaporkan ke kantor.

"Jadi tugas kami juga melihat dan mencatat kondisi anak didik kami disekolah hutan," ujarnya.

Selain mencatat perkembangan para pengasuh ini juga harus memberikan susu dalam dot bayi kepada bayi orangutan kalau haus dan juga makanan seperti buah pisang bila sudah waktunya makan.

Memang tak mudah untuk mengajarkan para orangutan ini kembali mengenai habitatnya.

"Butuh waktu panjang untuk mereka bisa berubah, apalagi untuk orangutan yang pernah dirawat manusia," ujarnya.

Pengalaman Lucu

Orangutan
Septi, Orangutan berusia enam tahun mendapat pemeriksaan di Bali Zoo, Gianyar, Bali (30/12). Kebun binatang di Bali ini setiap bulannya rutin memeriksa kesehatan Orangutan yang diselamatkan dari kebakaran hutan di Kalimantan. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Menurut Letha ada pengalaman unik dan lucu saat mengasuh orangutan yang bernama Fajar. Dalam kebiasaan, para pengasuh itu bila masuk ke dalam hutan untuk memulai sekolah hutan selalu membawa bangku kecil yang fungsinya untuk mengawasi para orangutan yang bermain ditanah.

"Si Fajar ini sangat hapal dengan bangsu saya jadi ketika siapapun yang mau duduk disitu baik pengasuh atau orangutan lain akan dipukulnya dengan kayu. Mungkin maksudnya ini bangku milik ibu saya," ujarnya terbahak.

Selain itu ada juga orangutan yang selalu menakuti para pengasuh dengan melemparkan ranting kayu dari atas pohon. 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya