Liputan6.com, Garut - Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat telah menyiapkan 10 serum difteri dari India. Persediaan itu rencananya akan digunakan untuk mencegah meluasnya wabah penyakit mematikan itu.
Wakil Bupati Garut, dr. Helmi Budiman mengatakan, wabah difteri yang menyerang warga Garut selama 2017 lalu cukup meresahkan. Sedikitnya lima warga Garut meninggal dunia dari 20 kasus yang ditemukan di 29 kecamatan berbeda.
"Memang harus segera ada tindak lanjut," kata dia, Senin (6/1/2018).
Advertisement
Dalam penanganannya, para penderita difteri perlu diberikan serum terlebih dahulu hingga akhirnya, pasien diberikan vaksin lanjutkan. "Masalahnya harga satu serum itu mahal 2,5 juta," kata dia.
Baca Juga
Untuk mencegah meluasnya wabah difteri, lembaganya telah menyediakan hingga 10 serum difteri yang diperoleh melalui impor dari negara India.
"Memang yang persediannya ada dari India, kita butuh lebih untuk jaga-jaga," kata dia.
Menurut Helmi, sejak mencuatnya kematian warga Garut akibat difteri, lembaganya sudah menghubungi pemerintah pusat untuk segera melakukan vaksinasi massal. "Dijadwalkan pertengahan Januari ini ada sudah ada vaksin," kata dia.
Â
Pemerintah Pusat Siapkan Vaksin
Total, sekitar satu juta vaksin sudah disiapkan pemerintah pusat untuk warga Garut mulai pertengah Januari ini.
"Jangka pendek targetnya anak-anak dulu, kedua warga yang lahir di bawah tahun 1975 kan saat itu belum ada vaksin difteri," ungkap dia.
Selain vaksin, lembaganya mengimbau warga Garut lebih sadar melaksanakan suntik vaksin difteri, sehingga ancaman penyakit tersebut bisa dihentikan. "Intinya jangan takut divaksinasi difteri," ungkap dia.
Helmi menambahkan, dalam penanganan kasus difteri, dibutuhkan penanganan yang tepat, sehingga penyebarannya bisa dihentikan. Ada dua hal yang perlu segera diberikan bagi warga.
"Ada Vaksin yang sifatnya massal dan serum," kata dia.
Saat ini, berdasarkan data nasional kejadian difteri ujar dia, tercatat tiga wilayah yakni Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten yang terkena status Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri paling besar.
"Nanti dalam penangannya ada dukungan pemerintah pusat soal anggaran, jadi ada sharing bantuan," kata dia.
Dari 42 kecamatan di Kabupaten Garut, sekitar 29 kecamatan terdampak difteri, perinciannya sebanyak 14 kecamatan positif difteri, 15 kecamatan lainnya suspect difteri. Sedangkan usia rentan difteri mulai 0 sampai 66 tahun.
"Garut yang tertinggi di Jawa Barat," ujar Kepala Dinas Kesehatan Garut Teni Swara Rivai menambahkan.
Advertisement
Garut Tetapkan Status KLB Difteri
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, akhirnya menetapkan wabah penyakit difteri yang menyerang warganya, sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Dalam dua pekan terakhir, satu orang meninggal dunia, serta lima orang pasien masih di rawat di RSUD dr. Slamet Garut.
"Statusnya penyakit difteri sudah masuk kategori KLB, setelah Jawa Barat dinyatakan kategori KLB," ujar Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, Sabtu, 23 Desember 2017.
Penyebaran penyakit difteri cukup mengkhawatirkan. Sepanjang tahun ini sebanyak tiga warga meninggal dunia, dengan 17 kasus telah terdeteksi yang penyebarannya hingga 16 kecamatan.
Untuk itu lembaganya terus berupaya melakukan pencegahan, agar penyebaran penyakit itu tidak meluas. "Kami sudah meminta Pemerintah Pusat, untuk mengadakan pemberian vaksin secara masal," ucapnya.
Selain itu, ia terus mensosialisasikan gaya hidup sehat, sehingga penyebaran difteri bisa ditanggulangi sejak dini.
"Kami juga menghimbau pada seluruh Puskesmas untuk segera mengadakan vaksin untuk mengatasi penyakit tersebut," tegasnya.
Saksikan video pilihan berikut ini: