Longsor Banjarnegara, 50 Orang Mengungsi 600 Lainnya Terisolir

Bumi bergetar diiringi suara gemeretak longsor dari arah belakang. Rumah bergoyang hebat. Seisi rumah berhamburan

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 09 Jan 2018, 00:03 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2018, 00:03 WIB
Longsor terjadi di permukiman penduduk Desa Pagentang, Banjarnegara . (Foto: Liputan6.com/RAPI BJN/Muhamad Ridlo).
Longsor terjadi di permukiman penduduk Desa Pagentang, Banjarnegara . (Foto: Liputan6.com/RAPI BJN/Muhamad Ridlo).

Liputan6.com, Banjarnegara - Hujan deras mengguyur Desa Babadan Kecamatan Pagentan, Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin petang (8/1/2018), ketika keluarga Mirhani (62) tengah menonton televisi sembari menunggu waktu salat magrib.

Tiba-tiba, bumi bergetar diiringi suara gemeretak dari arah belakang. Rumah bergoyang hebat. Kontan, seisi rumah berhamburan keluar menyelamatkan diri.

Benar saja, separuh rumah Mirhani terbawa longsor yang kemudian menimpa rumah tetangga yang berada di bawahnya, Suhatman (40). Untungnya, dalam peristiwa ini, semua anggota keluarga selamat.

Hanya saja, keluarga Mirhani dan Suhatman sementara ini harus mengungsi ke rumah tetangga yang lebih aman. Sebab, guguran masih terjadi. Rumah pun dalam kondisi mengkhawatirkan.

Longsor dan guguran itu juga menyebabkan isi rumah rusak. Antara lain perabotan dapur dan peralatan elektronik. Mereka pun rugi belasan juta.

Curah hujan tinggi yang terjadi sepanjang pekan di Banjarnegara, Jawa Tengah juga memicu gerakan tanah dan longsor di Desa Bantar Kecamatan Wanayasa, Minggu sore hingga malam (7/1/2018).

Longsor Putus Jalan Sepanjang 50 Meter

Jalan ambles sedalam 2 meter dan panjang 50 meter sebabkan 600 warga terisolir. (Foto: Liputan6.com/RAPI BJN/Muhamad Ridlo)
Jalan ambles sedalam 2 meter dan panjang 50 meter sebabkan 600 warga terisolir. (Foto: Liputan6.com/RAPI BJN/Muhamad Ridlo)

Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Arif Rachman mengatakan gerakan tanah terjadi di area seluas puluhan hektar lahan warga di Dusun Sikenong dan Pramen yang berada di lereng perbukitan.

Akibatnya, penghuni 10 rumah yang terdiri dari 14 kepala keluarga (KK) atau sekitar 50 jiwa terpaksa mengungsi. Mereka khawatir menjadi korban jiwa, jika longsoran mencapai rumah.

Pasalnya, mahkota longsoran semakin dekat dan tinggal berjarak sekitar 30 meter hingga 50 meter.

"Satu hal yang positif karena mereka sudah tanggap, daripada anu (terjadi korban jiwa) lebih baik mengungsi. Untuk meminimalisir korban jiwa," Arif menjelaskan, ketika dihubungi Liputan6.com.

Di titik lainnya, gerakan tanah juga melanda jalan penghubung antara Desa Bantar menuju Desa Suwidak Kecamatan Wanayasa. Jalan amblas sedalam dua meter dengan panjang 50 meter.

Arif mengklaim telah berkomunikasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banjarnegara untuk mengetahui tingkat kerusakan dan penanganan pasca bencana. Namun, kemungkinan besar penanganan baru akan dikerjakan setelah gerakan tanah berhenti.

Kronologi Longsor Isolasi 600 Warga

Kondisi perumahan warga Dusun Sikenong yang terisolir. (Foto: Liputan6.com/RAPI BJN/Muhamad Ridlo)
Kondisi perumahan warga Dusun Sikenong yang terisolir. (Foto: Liputan6.com/RAPI BJN/Muhamad Ridlo)

Kepala Desa Bantar, Eko Purwanto menjelaskan, gerakan tanah yang terjadi di Desa Bantar tak terjadi secara tiba-tiba. Menurut dia, gerakan tanah ini sebelumnya sudah pernah terjadi dan merusak sejumlah rumah.

Gerakan tanah ini telah dirasakan warga sejak Minggu pagi (7/1/2018) sekitar pukul 10.00 WIB, ditandai dengan rekahnya badan jalan aspal. Pukul 13. 00 WIB tanah di jalan itu anjlok sedalam 1 meter.

"Rekahan sempat ditutup dengan tanah agar bisa dilalui kendaraan," tutur Eko.

Namun, tanah terus bergerak hingga malam dan mencapai kedalaman 2 meter. Akibatnya, jalan putus total sekitar pukul 19.00 WIB.

Dusun Sikenong yang dihuni 185 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 600 jiwa pun terisolir. Mereka tak bisa keluar dusun lantaran tak ada jalur alternatif yang bisa dilalui.

Eko berujar, Pemdes Bantar bersama dengan BPBB Banjarnegara juga terus memantau gerakan tanah. Berdasar pantauan relawan, pada Senin pagi, gerakan tanah masih terus terjadi. Sebab itu, pemerintah desa memutuskan untuk mengungsikan warga yang rumahnya terancam.

Warga dua dusun itu juga trauma tragedi longsor di tetangga desa yakni di Dusun Jemblung, Desa Sampang Kecamatan Karangkobar yang telah merenggut 103 nyawa pada 2014 lalu.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya