Ribuan Kilogram Beras Warga Miskin Dilarikan Sopir dan Kondektur

Sopir dan kondektur truk pengangkut beras warga miskin melarikan kendaraannya ke gudang seorang warga.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 13 Jan 2018, 13:26 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2018, 13:26 WIB
Ribuan Kilogram Beras Warga Miskin Dilarikan Sopir dan Kondektur
Sopir dan kondektur truk pengangkut beras warga miskin melarikan kendaraannya ke gudang seorang warga. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut – Sebanyak 5.175 kilogram beras warga miskin (raskin) yang seharusnya diberikan bagi warga Desa Margamulya, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, raib. Hal itu terjadi setelah sopir dan kondektur membelokkan truk pengangkut raskin ke tempat lain.

"Harusnya dikirimkan buat Desa Margamulya, ini dibelokkan ke gudang beras di Kadungora," ujar Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, saat rilis kasus pidana penyelundupan, di Mapolres Garut, Jumat sore, 12 Januari 2018.

Budi mengatakan, informasi raibnya beras berasal dari laporan warga Margamulya yang curiga karena beras jatah mereka terlambat dikirim. Setelah diselidiki, polisi menemukan bahwa rute pengiriman truk pengangkut beras tidak sesuai jalur.

"Jadi, sopir FR dan kondekturnya TS ini sengaja membawa beras tersebut ke gudang milik TA di Kecamatan Kadungora," kata dia.

Setelah dikejar, polisi menemukan beras sekitar 5,1 ton bagi ribuan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) itu sudah menggunung di gudang milik TA tersebut. "Kita tengah dalami apakah TA ini penadah atau bagaimana," kata dia.

Polisi juga memanggil Kepala Gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Kabupaten Garut untuk mengkonfirmasi kehilangan beras raskin itu. Budi menyebut, berdasarkan pengakuan Kepala Bulog, total kerugian akibat kejadian itu sekitar Rp 30 juta.

"Kami pun akan mengembangkan kasus ini, siapa saja pihak yang terlibat," kata Budi.

Selain menahan sopir dan truk, polisi juga menyita satu unit truk pengangkut beras berikut muatannya. "Mereka dijerat Undang-Undang Tipikor dengan ancaman empat tahun," kata dia.

Program raskin merupakan subsidi pangan dalam bentuk beras yang diperuntukkan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan sosial untuk rumah tangga sasaran.

Tahun ini, Bulog menargetkan menyalurkan beras raskin hingga 45 kilogram (kg) per tiga bulan per keluarga miskin. Dengan upaya itu tingkat kesejahteraan warga berpendapatan rendah semakin meningkat.

 

 

 

 

Gabah Langka

Beras
Ilustrasi Beras (Istimewa)

Sementara itu, pengusaha penggilingan padi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, kelabakan mencari stok gabah untuk memenuhi permintaan konsumen beras yang kini harganya terus membubung tinggi.

Mereka berburu hingga pelosok desa untuk mencari cadangan gabah yang mungkin masih dimiliki petani. Pasalnya, gabah di pasaran sudah langka. Harganya pun sudah amat tinggi.

Seorang pengusaha penggilingan padi di Desa Cingebul Kecamatan Lumbir, Sugeng Riyadi mengatakan, saat ini harga gabah sudah mencapai Rp 6.500 per kilogram. Padahal, dalam kondisi normal, harga gabah di tingkat petani hanya Rp 4.750 hingga Rp 5.500 per kilogram. Akibatnya harga beras pun turut naik.

Menurut dia, kenaikan harga gabah dan harga beras ini dipicu oleh minimnya stok di gudang pengusaha beras dan di tingkat petani. Sebab, panen raya masa tanam kedua (MT 2) lalu tak begitu bagus. Akibatnya, pengusaha beras tak bisa menyerap banyak gabah.

Serangan hama tikus dan wereng nyaris terjadi menyeluruh di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Sebab itu, hasil panen pun menurun dan berkualitas jelek. Imbasnya, harga gabah melambung. Harga beras ikut naik.

Ia mengaku sudah berburu gabah hingga wilayah pegunungan Desa Karanggayam, Kecamatan Lumbir. Pekan ini, ia hanya memperoleh gabah sebanyak 7 ton. Jika digiling, gabah tersebut hanya menghasilkan sekitar 4,2 ton beras.

"Tapi sekarang di Karanggayam, juga sudah habis," ujarnya, Kamis, 11 Januari 2018.

Panen Buruk

Harga Beras Kian Melonjak
Pekerja melakukan aktifitas pengangkutan beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Selasa (24/2/2015). Harga beras sejak 9 Februari 2015 melonjak hingga 30 persen, hal ini disebabkan belum meratanya panen di daerah produsen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ketua Asosiasi Perberasan Banyumas (APB), Fathurahman, menerangkan lantaran minimnya pasokan gabah, harga beras kualitas medium pun melambung tinggi.

Di penggilingan padi, harga beras jenis IR 64 kualitas medium telah mencapai Rp 12 ribu per kilogram. Adapun di tingkat pengecer, harga beras mencapai Rp 13 ribu hingga Rp 14 ribu per kilogram.

Padahal, dalam kondisi normal, harga beras kualitas medium hanya berkisar Rp 8.200 hingga Rp 8.500 di penggilingan padi.

Saat ini, panen yang terjadi di Banyumas dan sekitarnya hanya berupa spot-spot kecil atau wilayah tertentu dengan area panen yang tak terlalu signifikan.

"Ya karena keterbatasan stok, belum sampai ada panen raya," Fathurahman kepada wartawan.

Fathurahman mendapat informasi bahwa Kabupaten Pati bakal memasuki masa panen raya MT 1 2018. Dia berharap stok gabah bisa diambil dari daerah Pati dan Pantura lainnya dan bisa menurunkan harga gabah.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya