Wabah Campak dan Gizi Buruk, 7 Ton Obat-obatan Mengalir ke Asmat

Distribusi obat-obatan dan makanan bersamaan dengan pengiriman dokter dan perawat gelombang ke-2 ke 19 distrik di Asmat, Papua.

oleh Katharina Janur diperbarui 18 Jan 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2018, 17:00 WIB
Campak di Asmat
Pengiriman obat untuk mengatasi wabah campak dan gizi buruk di Asmat, dilakukan lewat jalur sungai. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Liputan6.com, Asmat - Obat-obatan, makanan tambahan, tim dokter, dan paramedis berdatangan di Agats, Kabupaten Asmat, Papua. Obat-obatan dan bahan makanan seberat sekitar 7 ton diangkut dengan menggunakan Kapal Motor Tatamailau dari Timika menuju Asmat dengan jarak tempuh 10 jam perjalanan sungai.

Dalam rombongan tersebut, terdapat pula 45 paramedis dari Kementerian Kesehatan yang terdiri dari sembilan dokter spesialis dan sisanya perawat.

Bupati Asmat, Elisa Kambu, menyebutkan pendistribusian obat-obatan dan makanan akan dilakukan bersamaan dengan pengiriman dokter dan perawat gelombang ke-2 ke 19 distrik yang terjangkit wabah campak.

Sementara, paket bahan makanan tambahan yang diperuntukkan bagi keluarga pasien untuk proses pemulihan akan dilakukan esok hari.

Bantuan dana kesehatan untuk Kejadian Luar Biasa (KLB) wabah campak di Asmat juga datang dari Pertamina MOR VIII Maluku-Papua senilai Rp 1,8 miliar. Dana tersebut meliputi pemberian bantuan tambahan asupan gizi dan pengadaan fasilitas pelayanan kesehatan berupa perahu cepat.

"Target utama kami adalah balita dan ibu hamil yang akan dilakukan setiap bulan. Kapal cepat yang akan diserahkan di tiga titik digunakan sebagai ambulans," ucap Unit Manager Communication dan CSR Pertamina Marketing Operation Region VIII, Eko Kristiawan, Kamis (18/1/2017).

Fasilitas kesehatan yang belum memadai di Kabupaten Asmat, menjadi perhatian Pertamina. Aksi cepat tanggap penanganan gizi buruk untuk menekan jumlah korban.

"Program Pertamina Sehati dilakukan untuk penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kualitas kesehatan dan kebersihan sehari-hari. Ini juga sebagai wujud BUMN untuk negeri," tutur Eko.

Pasien Rujukan

Wabah Campak dan Gizi Buruk di Asmat
Wabah Campak dan Gizi Buruk di Asmat. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Sehari setelah tim dokter diturunkan hingga ke distrik-distrik, tiga pasien gizi buruk kembali ditemukan di Kampung Sarwamok, Distrik Pantai Kasuari. Sesuai dengan pesan Bupati Asmat, Elisa Kambu, kepada tim medis, jika menemukan pasien gizi buruk harus segera dirujuk ke RSUD Agats.

Ketiganya pasien rujukan itu adalah Epi Kamur (2), Arfa Kamur (4), dan Poma Kamur (3), anak dari Firaun Kamur.

"Anak-anak badannya deman dan buang-buang air sudah dua minggu lebih. Kami naik kapal cepat dari kampung sekitar empat jam ke Agats," ucap Firaun Kamur, sambil menggendong Arfa, salah satu anaknya.

Saat ini, ketiga pasien rujukan itu masih berada di salah satu lorong Unit Gawat Darurat RSUD Agats. Ketiga anak Firaun belum mendapatkan kamar pengobatan.

Kendala Imunisasi

Wabah Campak dan Gizi Buruk di Asmat
Yohanis 4 tahun dan Fabinus 3 tahun, pasien gizi buruk di RSUD AGats, kabupaten Asmat.(Liputan6.com/Katharina Janur)

Wabah campak di Asmat ditetapkan sebagai KLB oleh Kementerian Kesehatan pada awal September lalu. Dengan segala keterbatasan yang ada, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Asmat terus melakukan pemulihan dampak wabah campak yang menyebar di 19 dari 23 distrik.

"Tim kesehatan awal turun di Distrik Fayit dan Suator serta kampung sekitarnya. Ternyata wabahnya meluas," kata Bupati Asmat, Elisa Kambu.

Ia mengakui wabah campak merupakan akumulasi kelalaiannya dan instansi terkait dan kesadaran masyarakat yang tidak membawa bayi atau anaknya untuk mendapatkan imunisasi.

"Masyarakat kita banyak yang tidak mau datang. Apalagi usai imunisasi, suhu badan anak menjadi panas," katanya.

Ditambah lagi, pengaruh masyarakat yang tidak memiliki penghasilan yang tetap, berpindah tempat, hingga membawa serta keluarganya mencari makan di dalam hutan.

"Kadang kala, saat bapak mencari makan di dalam hutan, istri dan anak-anak juga ikut masuk ke dalam hutan. Berhari-hari, berminggu-minggu dan di saat ada pelaksanaan imunisasi, anak-anak dan balita itu tak ada di kampung," Elisa menjelaskan.

 

Perkampungan Sulit Dijangkau

Wabah Campak dan Gizi Buruk di Asmat
Akses obat, mkanan tambahan dan tim medis ke sejumlah distrik di Kabupaten Asmat dilakukan lewat jalur sungai. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Bupati Asmat juga mengakui, banyaknya petugas kesehatan yang belum maksimal melaksanakan tugasnya. Termasuk, letak geografis dari puskesmas ke satu titik perkampungan, membutuhkan banyak biaya dan harus didukung oleh alam.

"Jika air sungai surut, maka petugas tak bisa jalan ke kampung. Termasuk jika air sungai naik dan arus kencang, petugas juga tidak bisa jalan. Ini semua berpengaruh, sehingga capaian imunisasi anak di Asmat di bawah standar," Elisa menambahkan.

Adapun Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI George E Supit, menyebutkan 73 Babinsa di Asmat telah dilibatkan dalam penyuluhan pola hidup sehat kepada masyarakat setempat hingga ke kampung-kampung.

"Babinsa itu kan hanya bisa memberikan pemahaman, memberikan contoh, bagaimana pola hidup sehat. Sementara untuk melakukan tindakan medis, tak sembarangan," ucap Panglima Kodam Cenderawasih.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya