Liputan6.com, Purwokerto - Ada yang berbeda di SMP Al-Irsyad Purwokerto pagi ini. Tak seperti biasanya, seusai upacara bendera, mereka tak segera masuk ke kelas masing-masing untuk memulai pelajaran.
Ratusan siswa dan guru tak beranjak dari halaman sekolah. Pandangan mata mereka tertuju pada teatrikal yang menggambarkan tragedi kekerasan murid kepada gurunya, Ahmad Budi Cahyono, seorang guru di SMA Negeri Torjun, Sampang, Madura.
Advertisement
Baca Juga
Guru Budi,meninggal lantaran dianiaya oleh seorang siswa yang tak terima diperingatkan ketika jam pelajaran.
Seusai teatrikal, lantas siswa dan guru memanjatkan doa-doa mulia untuk almarhum Guru Budi. Mereka berharap, tragedi Guru Budi tak terulang di kemudian hari.
Senin (5/2/2018), ratusan siswa dan guru SMP Al Irysad Purwokerto menggelar aksi keprihatinan sekaligus penggalangan dana sebagai bentuk refleksi diri bahwa kekerasan masih terjadi di lingkungan sekolah.
Guru Tak Bisa Didik Siswa Sendirian
Kekerasan yang berujung hilangnya nyawa itu terjadi pada guru oleh siswanya sendiri. Aksi itu adalah bentuk dukungan guru dan siswa Al-Irsyad kepada keluarga almarhum Guru Budi dan profesi guru secara umum.
"Kita ingin mengetuk dan menyentuh hati kita. Terkait pentingnya pendidikan adab, pendidikan karakter dan pendidikan ahlak kepada anak-anak kita," ucap Kepala SMP Al-Irsyad Purwokerto, Sudrajat.
Menurut Sudrajat, refleksi atas tragedi Guru Budi mesti dilakukan oleh seluruh kalangan pendidikan, mulai guru, siswa hingga orangtua.
Kasus kekerasan, baik guru kepada siswa maupun siswa kepada guru, tak boleh lagi terulang. Sebab itu, ia meminta agar pemerintah, dalam hal ini penegak hukum, memproses kekerasan yang terjadi dengan adil.
Sudrajat juga meminta agar pendidik memberikan contoh yang baik untuk anak didiknya agar berperilaku hormat kepada gurunya.
"Dan itu harus dilakukan, terutama dengan adanya sinergi antara sekolah dengan rumah (orangtua)," dia menjelaskan.
Advertisement
Janji Siswa kepada Guru
Seorang siswa, Agung Vario turut menyatakan keprihatinannya atas terjadinya kekerasaan siswa terhadap guru. Apa yang dilakukan siswa SMAN Torjun itu bukan sesuatu yang bisa dicontoh.
Pasalnya, dengan alasan apa pun, kekerasan fisik tak boleh dilakukan. Apalagi, kekerasan itu dilakukan seorang murid kepada gurunya.
Bagi dia, guru adalah orangtua para siswa saat di sekolah sehingga harus dihormati layaknya orangtua. Dari guru, siswa memperoleh ilmu yang bermanfaat.
"Kalau saya sebagai siswa itu, cukup prihatin dengan kelakuan muridnya Bapak Budi itu. Karena itu, mungkin memang sudah tidak boleh dicontoh oleh siswa lainnya," ucap Agung.
Seusai doa bersama, sejumlah siswa dengan sigap mengambil kotak penggalangan dana. Mereka menyumbang sedikit rezeki yang akan dikirimkan kepada keluarga Guru Budi.
Rencananya, hasil penggalangan dana dari SMP Al-Isryad Purwokerto itu akan disalurkan secara bersama-sama melalui Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Banyumas.
Saksikan video pilihan berikut ini: