Sulitnya Tukar Rupiah di Raja Ampat

Akibatnya, penukaran mata uang asing ke rupiah harus dilakukan di luar Kabupaten Raja Ampat, seperti di Sorong misalnya.

diperbarui 07 Feb 2018, 02:04 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2018, 02:04 WIB
Papua
Salah satu spot Raja Ampat. (KabarPapua.co / Katharina)

KabarPapua.co, Sorong - Sebagai daerah wisata yang mulai tumbuh dan berkembang serta telah menarik wisatawan asing dari berbagai negara, Kabupaten Raja Ampat menawarkan wisata bahari yang diminati. Berbagai agen travel maupun pemandu tour lokal pun mulai tumbuh di Raja Ampat.

Fasilitas, sarana prasarana pendukung sebagai kabupaten yang menonjolkan sektor wisata sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD) juga terus dikembangkan.

Tetapi satu hal yang disayangkan, sebagian wisatawan asing maupun pemilik agen travel di Raja Ampat, sampai saat ini belum ada money changer atau tempat penukaran mata uang asing. Akibatnya, penukaran mata uang asing ke rupiah harus dilakukan di luar Kabupaten Raja Ampat, seperti di Sorong misalnya.

Lindert Mambrasar, seorang pemandu wisata lokal di Raja Ampat kerap kali menerima pembayaran mata uang asing seperti dolar dan lainnya, tergantung darimana wisatawan berasal.

"Kami sangat kesulitan untuk menukarkan mata uang asing. Waisai sebagai ibu kota Kabupaten Raja Ampat tidak disediakan fasilitas penukaran uang, seperti daerah lain yang dikenal sebagai kawasan wisata," kata Lindert, Selasa 6 Februari 2018.

Lindert sempat merasa kesal karena setiap mendapatkan pembayaran dengan uang dolar, dia harus pergi ke Sorong untuk menukarkan uang tersebut. Itupun bukan ditukar di bank maupun money changer, melainkan di sebuah toko yang melayani jual beli mata uang asing.

"Saya sempat menukar uang di Bank Papua, BRI, maupun Bank Mandiri yang ada di Waisai, tetapi mereka justru mengarahkan agar ditukar di sebuah toko jual beli mata uang, di Kampung Baru Kota Sorong,” kata Lindert dengan kecewa.

Lindert berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat ke depan bisa menyediakan fasilitas penukaran mata uang asing, sehingga masyarakat pemilik penginapan, maupun penyedia tours lokal di Raja Ampat, maupun wisatawan asing yang datang tak kesulitan menukarkan mata uangnya.

Raja Ampat Tak Hanya Pulau Wayag

Papua
Piaynemo Island, Raja Ampat. (KabarPapua.co / katharina)

Arborek termasuk salah satu pulau dari banyaknya pulau-pulau yang tersebar di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Kampung Arborek menjadi salah satu surga pencinta diving dan snorkeling untuk menikmati keindahan bawah lautnya. 

Banyaknya jenis ikan di sekitar Kampung Arborek sudah terlihat begitu perahu cepat yang membawa wisatawan menepi di dermaga. Dengan membuang sedikit saja makanan, berupa roti atau biskuit, ikan-ikan berbagai jenis dan ukuran langsung mengerumuni makanan tersebut.

''Ada aturan di kampung, bahwa warga dilarang menjaring ikan di sekitar kampung. Jika masyarakat ingin mencari ikan, harus keluar sejauh 3-4 mil dari lokasi kampung. Ini untuk mempertahankan ekosistem ikan yang berada di sekitar kampung,'' ucap Kepala Kampung Arborek, Daud Mambrasar, Senin, 26 Juni 2017

Kampung Arborek menjadi salah satu alternatif bagi wisatawan, untuk menginap dengan berbagai macam penginapan yang ditawarkan di kampung ini. 

"Biasanya, banyak wisatawan yang menginap di kampung ini, untuk melanjutkan perjalanan  ke pulau-pulau sekitarnya, seperti ke Piaynemo, Wayag dan lainnya," kata Daud. 

Salah satu pemilik penginapan di Kampung Arborek, Michael Sada menyebutkan, kebanyakan wisatawan senang menginap di kampung ini, lantaran jaraknya di tengah-tengah antara Waisai, ibu kota Raja Ampat dan beberapa pulau yang berada di sekitarnya. 

Kampung Arborek yang ditempuh selama satu jam perjalanan dari Waisai, memang menjadi alternatif untuk wisatawan bermalam di lokasi ini, guna memudahkan perjalanan lanjutan ke sejumlah pulau yang menjadi spot-spot penyelaman yang ingin disinggahi. 

''Kampung Arborek memanjakan pencinta snorkeling dengan berbagai jenis ikan laut yang keindahan bawah lautnya," kata Michael. 

Pulau Arborek dihuni 35 kepala keluarga atau 189 jiwa. Awalnya, penduduk setempat memiliki mata pencaharian utama sebagai nelayan. Namun dengan berkembangnya bisnis wisata di Raja Ampat, membuat warga banyak yang beralih menjadi pengelola penginapan. 

Harga yang ditawarkan per satu orang untuk bermalam di kampung ini, cukup dengan satu harga yang diratakan hampir di semua penginapan, yakni Rp 350 ribu per kepala per malam, sudah lengkap dengan menu makan pagi.

Saksikan video pilihan di bawah ini : https://www.vidio.com/watch/751798-potret-menembus-batas-sasi-konservasi-adat-di-raja-ampat

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya