Liputan6.com, Bengkulu - Memasuki tahun baru penanggalan China 2569, atau biasa disebut Tahun Baru Imlek, kawasan tempat tinggal dan usaha warga keturunan Tionghoa yang populer dengan nama "Kampoeng China"Kota Bengkulu mulai bersolek. Mulai dari pembenahan trotoar hingga ornamen pendukung lainnya terlihat perubahan yang sangat mencolok.
Alexander Eka (48), salah seorang warga keturunan Tionghoa mengatakan, beberapa tahun lalu, kawasan ini terlihat kusam. Selain kondisi bangunan yang sudah sangat tua, para penghuninya hanya menjadikan bekas tempat tinggal mereka sebagai gudang saja.
"Penataan trotoar, ditambah lampu jalan dan beberapa kursi besi disisi trotoar, menghidupkan suasana menjelang Imlek di Kampoeng China ini," ucap Eka di Bengkulu Kamis 15 Februari 2018.
Advertisement
Baca Juga
Suasana yang dulunya redup, kembali cerah, warga yang mayoritas memilih menutup toko dengan membuka toko baru di kawasan puat kota, kembali melakukan penataan dan mengecat ulang serta memberi ornamen khas kawasan Pecinan, menyambut Tahun Baru Imlek. Fungsi pertokoan yang sempat mengalami pasang surut, kembali berjalan seiring berkembangnya pembangunan kawasan.
Arsitektur khas Pecinan yang memang sudah berdiri sejak 1700 tersebut menandakan kawasan ini merupakan pusat perdagangan masa lalu. Puncak kejayaan Kampoeng China terjadi saat kongsi dagang Inggris (East India Company/EIC) datang ke Bengkulu bersama para tentara kerajaan Inggris dan membangun Benteng Marlborough yang hanya berjara kurang dari 100 meter saja.
Bangunan dengan posisi sejajar dua lantai dengan jendela panjang, ditambah ornamen bergaya China masa lalu, bisa kita jumpai di sini. Bahkan beberapa rumah dan toko dengan bebas memajang patung besar yang memiliki arti khusus.
Di lokasi ini juga terdapat satu rumah ibadah umat Budha yang dinamakan Vihara Budhayana. Meskipun tidak semua warga memeluk agama Budha, tetapi Vihara ini tetap dipertahankan sebagai pusat kegiatan keagamaan umat Budha di Provinsi Bengkulu.
"Banyak yang kembali membuka tokonya disini, ekonomi mulai bergeliat lagi, tahun ini Imlek begitu istimewa," lanjut Alexander Eka.
Â
Â
Kemeriahan Imlek
Warga keturunan Tionghoa di Bengkulu menyambut tahun baru Imlek 2569 dengan beragam kegiatan. Tahun dengan Shio Anjing Tanah ini dirayakan dengan berbagai aksi sosial.
Ketua harian Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Provinsi Bengkulu Iryanka Aditya mengatakan, beberapa aksi sosial dilaksanakan dengan dana sumbangan para anggota yang mayoritas berprofesi sebagai pedagang. Mulai dari operasi mata gratis, donor darah, aksi kebersihan hingga kunjungan ke panti panti sosial khsuusnya yang berada di Kota Bengkulu.
"Khusus donor darah, kami lakukan tanggal 16 Februari, semua masyarakat yang melakukan donor darah akan kami kasih Angpao," ujar Iryanka.
Shio Anjing Tanah, bagi warga Tionghoa memiliki arti kemakmuran dan kerja keras. Perputaran ekonomi akan sangat baik, terutama bagi mereka yang memiliki bisnis yang berhubungan dengan alam terutama bidang perkebunan, pertambangan dan pertanian.
"Kemakmuran sudah di depan mata, tinggal bagaimana kita menjemputnya saja," lanjut Iryanka.
Advertisement
Kontes Anjing
Sehubungan dengan masuknya Tahun Baru Imlek 2569 dengan Shio Anjing, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Bengkulu menggelar lomba dan kontes anjing. Berbagai jenis anjing ikut dalam kontes yang digelar di Bencoolen Indah Mall Kota Bengkulu pada 14 Februari kemarin.
Betty, salah seorang penonton kontes mengaku gemas melihat anjing yang lucu melenggang seperti model di atas catwalk. Dengan berbagai gaya dan busana, para anjing ini menampilkan atraksi untuk menarik perhatian para juri.
"Lucu dan bikin geregetan," kata Betty.
Tidak hanya anjing, kontes ini juga diikuti oleh beberapa ekor kucing dan kelinci. Bahkan komunitas pencinta hewan reptil Bengkulu juga memajang dua ekor ular berukuran besar dan satu eko Iguana yang bisa digunakan untuk pengunjung melakukan swafoto.
Rio Susanto, pengunjung mal tertarik untuk berfoto dengan ular piton sepanjang tiga meter yang dibawa komunitas reptil tersebut. Meskipun awalnya terlihat ragu dan takut, tetapi rasa bangga tersirat di wajahnya usai berfoto dengan sang ular.
"Baru satu kali saya memegang ular, awalnya takut sih," kata Rio Susanto.