Karanganyar - Sulasmi, perempuan tunanetra asal Dukuh Soko, RT 02 RW 05, Desa Kalijirak di Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, melakoni hidupnya dengan tertatih. Tanpa keluarga maupun sanak saudara, apalagi harta benda maupun penglihatan. Selama lima tahun terakhir, penyakit glukoma dan diabetes telah merenggut salah satu pancaindranya itu.
KRJogja.com menulis pada Minggu (18/2/2018), perempuan tunanetra itu hanya dijejali obat-obatan tanpa penanganan berarti oleh dokter. Bahkan, organ dalam tubuhnya tidak kuat lagi mencerna itu semua. Sudah nyaris buta total, kepalanya sampai plontos karena rambutnya tak berhenti rontok.
Ditemui di rumah sederhananya pada pekan lalu, Sulasmi terlihat memantaskan diri. Ia mengenakan atasan kaus dan bawahan rok serta menutupi kepalanya yang plontos dengan surban warna hijau toska.
Advertisement
Meski cahaya matanya telah redup, ia terlihat semringah dengan senyum dan sambutan hangatnya. Apalagi, ia dipeluk mesra oleh anggota Satbinmas Polres Karanganyar sembari bernyanyi.
Baca Juga
Dari mulut Sulasmi, terdengar lirih bait lagu Koes Plus berjudul "Buat Apa Susah" dituturkan mengikuti irama petikan gitar polisi yang menghiburnya. Diikuti pemberian bingkisan sembako dan uang belanja, pertemuan itu benar-benar dimaknai istimewa.
Catur Maryati yang selama ini merawat Sulasmi, menuturkan hidup Sulasmi merana. Sejak kecil sampai seumur ini tidak pernah merasa gembira. "Orangtua saya dulu menceritakan, keluarganya mengais singkong di kebun kami buat makan. Akhirnya memiliki rumah sendiri namun masih atas nama orang lain," ujarnya.
Kini, perempuan tunanetra itu hidup sebatang kara. Ibunya meninggal dunia akibat kecelakaan tahun lalu. Dua saudaranya dan ayahnya pun sudah wafat. "Yang paling tragis, suami Sulasmi menelantarkannya," kata Catur.
Baca berita menarik lainnya dari KRJogja.com di sini.
Â
Anjing Setia Bernama Depi
Sejak hidupnya terpuruk, Sulasmi sulit mandiri. Mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari juga tak memungkinkan. Ia merasa beruntung masih ada kawan setia, seekor anjing betina yang diberi nama Depi.
Ia membeli anjing tersebut sejak masih bayi seharga Rp 25 ribu. Kini, anjing setia itu sudah beranak tiga kali. "Ada kalau 17 ekor anaknya. Dijual semua laku Rp 1,2 juta. Lalu, si Depi juga saya jual ke orang Jamus, laku Rp 400 ribu," tuturnya.
Namun, seminggu berlalu, Depi pulang lagi ke tempat Sulasmi. "Saya sampai trenyuh. Pembelinya datang ke sini minta uangnya dikembalikan," kata Sulasmi.
Bagi perempuan tunanetra ini, Depi tak sekadar anjing peliharaan. Hewan itu satu-satunya kawan dan pengganti penglihatan. Tak jarang Depi menuntun Sulasmi mengenali jalan.
Adapun Kasat Binmas Polres Karanganyar, AKP Suwarsi mengatakan pemberian santunan ke fakir miskin merupakan program rutin satuannya. Ia meyakini cara tersebut bisa meringankan beban mereka.
"Sebagai sesama manusia harus saling membantu. Saya titip Bu Sulasmi ini agar tetap dibantu. Entah oleh tetangga maupun pemerintah setempat," ujarnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement