Liputan6.com, Lumajang - Tiga patung suci umat Hindu di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dirusak orang tak dikenal. Sejauh ini, belum diketahui pelaku dan motif perusakan tersebut. Dari lokasi kejadian, polisi menyita pecahan patung dan sebilah kapak yang digunakan para pelaku.
Aksi merusak fasilitas ibadah umat Hindu di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Lumajang, baru diketahui seorang petugas jaga malam atau pecalang pura, Astono. Ia menemukan sebilah kapak tertancap di bagian kepala salah satu patung Dwarapala.
Advertisement
Baca Juga
"Patung yang berada di pintu utama pura ini mengalami kerusakan di bagian tangan dan gada atau senjata, satu di antaranya di bagian kepala tertancap kapak," ucap Astono, Minggu malam, 18 Februari 2018.
Dia menjelaskan, aksi perusakan ini baru pertama kali terjadi di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang.
"Tiga patung Dwarapala ini terbuat dari batu pilihan yang didatangkan langsung dari Gunung Agung, Bali," ujarnya.
Polisi Sita Kapak
Sementara itu, aparat kepolisian setempat terus menyelidiki kasus perusakan tiga patung di pura tersebut. Selain menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi juga menyita pecahan patung dan sebilah kapak.
"Sampai sekarang masih dalam penyelidikan, untuk lebih lanjut nanti kita informasikan lagi," tutur AKP Jaman, Kapolsek Senduro.
Warga pun diimbau tetap tenang dan menjaga kondisi kondusif kerukunan antarumat beragama. "Kami mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak mudah termakan isu yang menyesatkan," ujarnya.
Umat Hindu setempat pun berharap pihak kepolisian segera mengungkap pelaku dan motif pengrusakan.
Advertisement
Gus Solah Menduga Ada Adu Domba
Sebelumnya, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur (Jatim), KH Salahuddin Wahid yang akrab disapa Gus Solah menduga ada pihak yang ingin mengadu domba terkait dengan kasus penyerangan tempat ibadah di sejumlah daerah.
"Saya melihat ada pihak ketiga mengadu domba, benar tidaknya saya tidak tahu, mudah-mudahan tidak berlanjut," kata Gus Solah di Jombang, Sabtu, 17 Februari 2018, dilansir Antara.
Ia prihatin dengan kasus penyerangan tempat ibadah dan penyerangan pemuka agama yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Kasus itu misalnya yang terjadi di Gereja Santa Lidwina, Bedog, Trihanggo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Minggu, 11 Februari lalu. Serta, pengeroyokan terhadap Ustaz Abdul Basit oleh belasan remaja di Jalan Syahdan, Palmerah, Jakarta Barat, Minggu, 11 Februari 2018.
Di Jatim, kasus terjadi di Tuban dan Probolinggo, di mana tempat ibadah dirusak orang tidak bertanggung jawab. Bukan hanya tempat ibadah, polisi juga menjadi sasaran ancaman kejahatan orang tidak dikenal.
Menurut dia, kejadian seperti itu pernah terjadi misalnya di tahun 1948 ataupun di 1965. Sejumlah ulama dan tempat ibadah menjadi korban.
Gus Solah juga optimistis polisi sigap menangani beragam kasus tersebut dengan baik. Masyarakat juga diimbau untuk siaga dan segera melapor ke aparat terkait jika mengetahui hal yang mencurigakan terjadi di sekitarnya.
"Saya yakin polisi akan tangani ini dengan baik. Sebagai masyarakat jika melihat tanda mencurigakan lapor ke polisi," kata adik kandung mendiang Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut.
Kapolda Jatim Silaturahmi ke Ulama
Sementara itu, Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin mengatakan bahwa ia memang sengaja silaturahmi ke para ulama, termasuk ke KH Salahuddin Wahid. Sebab, Gus Solah adalah salah satu sosok ulama berpengaruh di tingkat nasional. Ia sengaja diskusi, dengan harapan bisa ada masukan agar Indonesia menjadi negara yang aman.
"Ini diskusi kecil, tentang keamanan, pemahaman Islam yang sejuk. Gus Solah ini tokoh besar, bisa masuk ke mana saja, jadi bisa mengajak ke arah yang baik menjaga NKRI," kata Kapolda yang hadir di PP Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Sabtu, 17 Februari 2018, dilansir Antara.
Ia menegaskan, tidak boleh menganggap remeh segala sesuatu, termasuk ancaman terorisme. Polisi juga selalu siaga mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, termasuk lebih mengoptimalkan peran Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Kamtibmas). Petugas juga memonitor di segala lini, memastikan keamanan terjamin.
"Semua diantisipasi dengan pendekatan ke semua elemen, juga penjagaan supaya polisi di masyarakat terus. Kalau (ancaman) teroris ada, tapi kami mengantisipasi dengan memonitor semua," Kapolda Jatim memungkasi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement