Warga Bingung Jalan Paweden Banjarnegara Sering Longsor

Jalan yang rusak segera diperbaiki dengan struktur lebih kokoh. Namun, ancaman longsor terus menghantui.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 22 Feb 2018, 16:30 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2018, 16:30 WIB
Kondisi tanah yang tertutup longsor sebelum dibersihkan. (Foto: Liputan6.com/RAPI Banjarnegara/Muhamad Ridlo)
Kondisi tanah yang tertutup longsor sebelum dibersihkan. (Foto: Liputan6.com/RAPI Banjarnegara/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Fenomena bencana gerakan tanah atau tanah longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, bukanlah hal asing. Musababnya, wilayah Banjarnegara didominasi pegunungan dengan elevasi yang tinggi.

Korban harta benda dan nyawa akibat bencana tanah longsor sejak dahulu kala menjadi peringatan bahwa sebagian masyarakat Banjarnegara hidup di daerah zona merah longsor.

Begitu pula masyarakat Paweden, Kecamatan Karangkobar, yang kini tengah dilanda longsor besar yang menyebabkan akses utama ke Kota Banjarnegara putus total. Ternyata, gerakan tanah di Desa Paweden bukan kali ini saja terjadi.

Ruas jalan milik provinsi di titik Paweden, sejak dulu nyaris tak pernah sepi dari aktivitas perbaikan jalan. Pasalnya, jalan ini memang kerap longsor.

Bahkan, jalan yang ada sekarang telah bergeser belasan meter dari jalan sebelumnya. Jalan terdahulu telah habis tergerus dan jatuh ke jurang yang dalam.

Dinas Bina Marga Jawa Tengah pun memutuskan untuk membeton jalan yang kerap ambles atau longsor ini. Tebing di sisi jalan pun diperkuat dengan talut. Harapannya agar jalan ini bisa bertahan lama.

Belum lama seusai dibeton dan diresmikan penggunaannya, jalan ini dilanda longsor besar. Material sepanjang 217 meter, lebar 25 meter dan ketebalan 8 meter menutup jalur ini, Jumat sore, 9 Februari 2018.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara dan Bina Marga pun membersihkan material longsor yang menutup jalan. Jalan akhirnya tutup total.

Gerakan Tanah Terjadi Sejak 1970-an

Pelintas harus melalui jalan yang ambles sepanjang 50 meter dan kedalaman enam meter. (Foto: Liputan6.com/RAPI Banjarnegara/Muhamad Ridlo)
Pelintas harus melalui jalan yang ambles sepanjang 50 meter dan kedalaman enam meter. (Foto: Liputan6.com/RAPI Banjarnegara/Muhamad Ridlo)

Akan tetapi, longsor tak berhenti di situ. Saat pembersihan material hampir selesai, gerakan tanah kembali terjadi di Paweden, Banjarnegara. Jalan ambles dengan panjang 50 meter dan kedalaman enam meter.

"Warga juga bingung, kenapa jalan terus longsor dari dulu," tutur Kepala Desa Paweden, Nislam Suharno, Rabu, 21 Februari 2018.

Dia bercerita, bencana gerakan tanah di wilayah ini seingatnya telah terjadi sejak puluhan tahun silam. Saat masih duduk di bangku SMP, sekitar 1970-an, Nislam telah menyaksikan tanah longsor di wilayah ini.

Perkebunan pinus di sisi yang sebelumnya sejajar dengan permukaan jalan pun ambles puluhan meter dan membentuk jurang. Berulangkali pula, pemerintah memperbaiki dan menggeser jalan agar pelintas aman melalui jalur ini.

"Sudah dua jalan baru yang dibuat pemerintah di titik itu karena jalan lama ambles. Bekas dua badan jalan sampai sekarang juga masih ada, tapi berada di bawah," dia menjelaskan.

Hasil pengukuran oleh petugas Dinas Pekerjaan Umum (DPU), kerusakan jalan beton akibat longsor ini mencapai panjang 90 meter. Petugas BPBD dan Bina Marga Provinsi Jawa Tengah juga menimbun jalan yang ambles dengan tanah yang berada di sisi tebing.

Jalan Banjarnegara-Karangkobar Masih Tertutup untuk Mobil

Kondisi jalan ambles di Paweden setelah diuruk. (Foto: Liputan6.com/RAPI Banjarnegara/Muhamad Ridlo)
Kondisi jalan ambles di Paweden setelah diuruk. (Foto: Liputan6.com/RAPI Banjarnegara/Muhamad Ridlo)

Pengurukan menggunakan material tebing itu sekaligus upaya untuk mengurangi potensi longsor susulan. Pengeprasan dan pembuatan terasering membuat tebing lebih landai.

Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) BPBD Banjarnegara, Arif Rachman, mengatakan jalan ambles sepanjang 50 meter dengan kedalaman antara lima hingga enam meter tersebut telah selesai diuruk. Namun, lantaran tanah urukan, maka jalur ini belum dapat menahan beban yang berat.

Oleh sebab itu, hanya sepeda motor yang diperbolehkan melintas. Adapun mobil, harus tetap melalui jalur alternatif via Pasar Gripit-Kalibening, atau Gripit-Beji-Pagarpelah Karangkobar.

Tanah urukan yang masih labil masih terlalu berisiko jika dilintasi mobil. Jika dipaksakan, hal itu justru dapat memicu kecelakaan.

Arif menjelaskan, BPBD hingga saat ini masih mengoperasikan alat berat untuk membersihkan material dan menguruk jalan yang ambles tersebut. Namun, selanjutnya, penanganan rehabilitasi jalan menjadi kewenangan Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah.

"Karena ini jalur milik dinas teknis. Maka jadi kewenangan Bina Marga Provinsi Jawa Tengah. Kita berada dalam posisi untuk mengurangi risiko saja," Arif menerangkan.

Meski bisa dilalui sepeda motor, jalan tersebut masih sulit dilintasi karena kontur tanah yang tidak rata. Tatkala hujan, tanah urukan pun berlumpur dan licin. Karenanya, sebagian pengendara sepeda motor tetap memilih rute alternatif via Pasar Gripit Banjarmangu meski jarak tempuhnya lebih jauh.

Padahal, kondisi badan jalan alternatif sempit dan kerap menyebabkan macet. Sebagian titik jalan juga telah berlubang atau mengelupas aspalnya. Kondisi ini membuat pengendara mobil kesulitan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya