Liputan6.com, Cirebon - Topeng Cirebon adalah salah satu warisan leluhur masyarakat Pantura Jawa Barat yang masih terus dilestarikan. Setiap wilayah memiliki ciri khas dan cerita sejarah tersendiri mengenai topeng Cirebon.
Salah satunya adalah Topeng Losari. Benda seni yang ada di ujung Timur Cirebon ini berbeda dengan topeng yang ada di Kecamatan Slangit, Gegesik, Kreyo, Kabupaten Majalengka, Kalianyar, Palimanan dan Kabupaten Indramayu. Para pegiat topeng pun biasa dipanggil dengan sebutan Dalang Topeng.
Advertisement
Baca Juga
Generasi ke tujuh Dalang Topeng Losari, Nuranani M. Irman (40) mengaku hingga saat ini, semangat pelestarian warisan budaya tersebut terlihat saat sang maestro topeng legendaris Mimi Dewi dan Sawitri mengenalkan Topeng Losari ke luar.
Bahkan, kata dia, hingga saat ini, wanita yang akrab disapa Nani itu masih sering memakai topeng yang diwariskan turun temurun. Usia topeng yang diwariskan kepada Nani hampir mendekati 400 tahun.
"Terhitung sejak pertama kali dibuat oleh Panembahan Losari abad ke 17 sampai ke saya masih bisa dipakai," kata dia kepada Liputan6.com, Minggu, 25 Februari 2018.
Menurut Nani, topeng Jawa diciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai media menyebarkan syiar Islam. Di Losari, Kabupaten Cirebon, kata dia, topeng tersebut lalu disempurnakan oleh Pangeran Losari yang merupakan cicit Sunan Gunung Jati, sekitar abad ke 17 Masehi.
Pangeran Losari
Dalam proses pembuatannya, Pangeran Losari tidak pernah beranjak dari tempatnya menyempurnakan topeng-topeng Losari itu.
"Secara keseluruhan jumlah topeng Losari ada 180. Kalau di Cirebon topengnya 5 Wanda, di Losari ada 10 wanda, dan itu semua satu kesatuan berasal dari topeng Panji," ujar dia.
Nani mengaku tidak mengetahui secara rinci bagaimana Pangeran Losari membuat dan menyempurnakan topeng warisannya itu. Namun, ia sempat mengeluarkan dua topeng, yakni Kelana dan Panji Losari.
Meski usianya ratusan tahun, topeng tersebut masih tetap terjaga dan terawat. Hanya beberapa bagian saja pada topeng Kelana guratan kayunya sudah patah.
Di balik topeng, tepatnya bagian dahi, terdapat tulisan aksara Jawa kuno yang hanya diketahui oleh dalang topeng itu sendiri. Namun, tulisan aksara jawa yang dijadikan mantera tersebut diyakini dapat menuntun penari topeng Losari menyikapi hidup.
Advertisement
Sumber Energi
Di antara kedua topeng legendaris itu, terdapat satu buah pancarita atau keris yang diyakini sebagai salah satu sumber energi bagi Dalang Topeng setiap memperlihatkan tari sesuai karakter topengnya.
"Biasanya kita ruwat dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Dicuci pakai air doa. Tiap satu topeng atau wanda berbeda kerisnya, karena itu juga energi yang menuntun kita menari di atas panggung sesuai karakter topengnya itu sendiri," ujar dia.
Sementara itu, lanjut Nani, sebelum dipakai, penari topeng terlebih dahulu harus membaca mantra. Petunjuk mantra ada di balik topeng yang dipegangnya dan setiap topeng memiliki bacaan mantra yang berbeda.
"Mantra ini berbeda tapi saling berkaitan, makanya dulu setiap pementasan topeng pasti membutuhkan waktu yang lama karena manteranya juga menimbulkan energi. Kalau zaman sekarang, berarti ada mantra yang terpotong dan pasti imbasnya kepada penari itu sendiri," ujar dia.
Saksikan video pilihan berikut ini: