Penyebab Bulog Jateng Kesulitan Serap Gabah dan Beras

Bulog Jawa Tengah kesulitan menyerap gabah dan beras lantaran harga pembeliannya lebih rendah dari harga pasaran

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 28 Feb 2018, 05:05 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2018, 05:05 WIB
Bulog menjamin cadangan beras medium di gudang masih aman. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Bulog menjamin cadangan beras medium di gudang masih aman. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Musim panen raya masa tanam pertama (MT 1) 2018 di wilayah Jawa Tengah wilayah barat selatan, terutama di eks-Karesidenan Banyumas telah dimulai akhir Januari 2018 lalu. Harga beras dan gabah pun berangsur turun.

Namun, Badan Urusan Logistik (Bulog) Jawa Tengah Sub-Divisi Regional (Sub-Divre) 4 Jawa Tengah belum berhasil menyerap beras atau gabah dari petani.

Padahal, harga pembelian beras dan gabah Bulog tergolong tinggi, yakni Rp 8.250 ribu untuk beras medium dan Rp 5.400 untuk gabah kering giling (GKG).

Bulog kesulitan menyerap gabah dan beras lantaran harga pembeliannya lebih rendah dari harga pasaran. Mitra pun lebih memilih melempar beras dan gabah yang kebutuhannya masih tinggi.

Hingga sepekan setelah sosialisasi serapan beras dan gabah, belum ada satu pun mitra atau kontraktor yang mengajukan penawaran maupun menyetor beras atau gabah.

“Kemarin sudah buka, sampai sekarang belum ada, nih. Heran juga, mungkin harga beras di luaran masih lebih menarik bagi mereka,” kata Kepala Bulog Sub-Divre 4 Banyumas, Sony Supriyadi kepada Liputan6.com, Selasa, 27 Februari 2018.

Harga Terkini Beras dan Gabah di Jawa Tengah bagian Barat

Petani di sejumlah daerah di Jawa Tengah mulai panen raya masa tanam pertama (MT 1) 2018. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Petani di sejumlah daerah di Jawa Tengah mulai panen raya masa tanam pertama (MT 1) 2018. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Di wilayah Banyumas, belum seluruh wilayah telah panen. Sebab itu, harga beras medium di pasaran pun masih tinggi, berkisar antara Rp 10 ribu – Rp 11 ribu per kilogram, atau lebih tinggi sekitar Rp 2.000 per kilogram dibanding harga pembelian Bulog.

Adapun harga gabah di pasaran masih mencapai Rp 5.700 hingga Rp 6.000 per kilogram. Sebab itu, tak ada satu pun mitra yang mengajukan tawaran.

Pada musim panen MT 1 2018 ini, Bulog Sub-Divre IV Banyumas yang wilayahnya meliputi Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Cilacap dan Purbalingga menarget serapan beras sebanyak 25 ribu ton.

Target ini akan dikebut pada Maret dan April 2018 mendatang. Diperkirakan saat itu harga beras dan gabah sudah turun sehingga sesuai dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah.

Bulog Maksimalkan Serapan Beras pada Maret dan April

Buliran padi siap panen. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Buliran padi siap panen. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Puncak musim panen diperkirakan akan terjadi pada awal Maret mendatang. Saat ini, panen masih berupa spot atau kewilayahan. “Mudah-mudahan serapannya bisa maksimal. Saat itu kan harganya sudah sesuai,” dia menerangkan.

Kendati masih kesulitan menyerap, Bulog tetap mensyaratkan kualitas beras medium yang disetor ke Bulog berkualitas baik. Antara lain, berkadar air (KA) 14 persen, butir patah 20 persen, menir dua persen dan derajat sosoh 95 persen, sesuai Inpres 5 tahun 2005.

Adapun persyaratan GKG yang akan diserap adalah kadar air maksimal 14 persen, dengan kadar hampa kotoran maksimal tiga persen.

Tony juga menjamin, kendati belum ada serapan, stok beras di bulog masih dalam kondisi aman untuk persediaan dua atau tiga bulan mendatang.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya