Gedung SD Retak dan Ambles, Siswa Bersekolah di Rumah Warga

Dua gedung sekolah itu terpaksa dikosongkan untuk mengantisipasi bencana gerakan tanah yang lebih fatal.

oleh Muhamad RidloGaloeh Widura diperbarui 03 Mar 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2018, 17:00 WIB
Ilustrasi –Siswa SD. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi –Siswa SD. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Belum hilang duka terenggutnya nyawa empat anak akibat longsor, bencana gerakan tanah kembali terjadi di Jingkang, Kecamatan Karangjambu, Purbalingga, Jawa Tengah.

Kali ini, gerakan tanah berupa amblesnya badan jalan dengan area yang cukup besar. Retakan sepanjang 50 meter dan kedalaman satu meter tiba-tiba muncul usai hujan lebat.

Gerakan tanah ini juga berimbas pada sejumlah fasilitas pendidikan, yakni gedung SD N 1 dan TK Pertiwi 2 Jingkang. Gedung SD maupun TK itu mengalami kerusakan cukup serius.

Fondasi gedung terdampak, sehingga dinding tembok retak di beberapa sisi. Akibatnya, bentuk bangunan pun tak lagi simetris.

Tanah yang berada di bawah gedung SD diduga turut ambles. Akibatnya, lantai keramik pecah-pecah.

"Gerakan tanah sudah merembet ke gedung SD dan TK hingga retak dan ambles. Balai desa ikut terancam," kata Kepala Desa Jingkang, Bambang Hermanto, Kamis , 1 Februari 2018.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sekolah Rusak Tak Pupuskan Semangat Siswa

Gedung SD retak akibat gerakan tanah. (Foto: Liputan6.com/BPBD Purbalingga/Muhamad Ridlo)
Gedung SD retak akibat gerakan tanah. (Foto: Liputan6.com/BPBD Purbalingga/Muhamad Ridlo)

Kondisi ini mengkhawatirkan guru dan siswa SD dan TK yang tiap hari belajar di ruangan yang retak dan ambles ini.

Seluruh ruang kelas di dua gedung sekolah itu terpaksa dikosongkan untuk mengantisipasi bencana gerakan tanah yang lebih fatal. Kegiatan sekolah pun terganggu.

Tetapi, rusaknya sarana pendidikan itu ternyata tak memupus semangat guru dan siswa untuk tetap menggelar kegiatan belajar mengajar. Tak kehilangan akal, mereka memindah ruang belajar ke rumah warga terdekat.

Warga pun, dengan sukarela mengikhlaskan rumahnya jadi tempat belajar. Akhirnya, rumah-rumah warga yang sederhana itu disulap jadi ruang kelas untuk menampung para siswa.

Lantaran keterbatasan ruangan, satu rumah bisa diisi dua kelas. Tentu, kondisi ini tak nyaman bagi anak-anak maupun guru. Tetapi, daripada belajar dalam kondisi terancam, ini adalah langkah terbaik.

"Delapan kelas di SD dipindah ke empat rumah. Anak-anak TK ditempatkan di gedung TPQ," dia menuturkan.

Janji Bupati untuk Korban Longsor

Jalan ambles antara 50-100 centimeter dengan panjang 50 meter. (Foto: Liputan6.com/BPBD Purbalingga/Muhamad Ridlo)
Jalan ambles antara 50-100 centimeter dengan panjang 50 meter. (Foto: Liputan6.com/BPBD Purbalingga/Muhamad Ridlo)

Kondisi serba memprihatinkan ini memantik keprihatinan berbagai pihak. Warga pun berharap agar pemerintah segera mencari solusi persoalan ini.

Bambang juga berharap pemerintah segera merelokasi dua gedung sekolah itu ke tempat yang aman dan lebih memadai. Dengan demikian, proses pembelajaran akan kembali normal tanpa lagi dibayangi ancaman longsor.

Sebelumnya, Bupati Purbalingga, Tasdi menegaskan bakal merelokasi rumah terdampak di Desa Jingkang. Lahan relokasi akan menggunakan lahan Perhutani.

Lantaran prosesnya yang panjang, dalam jangka pendek, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga akan menyewa lahan perhutani. Selanjutnya, ada opsi untuk memindah secara permanen permukiman yang terancam longsor.

Bangunan itu, rencananya akan dibuat dua lantai. Selain sebagai tempat tinggal korban terdampak, gedung itu juga akan digunakan jika sewaktu-waktu warga terancam longsor. Tasdi pun mengakui, beberapa wilayah di Desa Jingkang memang rawan longsor.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya