Tuntutan untuk Terdakwa Pembunuh Pasutri Jepang di Bali

Pembunuhan yang menimpa pasutri Jepang di Bali itu ternyata berawal dari upaya perampokan. Jasad keduanya ditemukan terbakar.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Mar 2018, 22:02 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2018, 22:02 WIB
Ini Sosok Pria yang Membunuh dan Membakar Pasutri Jepang di Bali
Petugas kepolisian mengawal tersangka kasus pembunuhan, Putu Astawa di kantor Polisi Bali, Denpasar (18/9). Astawa membunuh pasutri asal Jepang, Matshuba Hiroko yang berusia 70 tahun dan Matshuba Norio yang berusia 73. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Denpasar - I Putu Astawa (25), terdakwa pembunuh pasangan suami istri berkewarganegaraan Jepang, yakni Matsuba Hiroko (76) dan Matsuba Nurio (76), dituntut hukuman selama 15 tahun penjara dalam sidang di Pengadilan Negeri Denpasar, Selasa, 6 Maret 2018.

Jaksa Penuntut Umum (JPU), I Kadek Wahyudi Ardika dalam sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim I Wayan Sukanila, menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan matinya orang.

"Perbuatan terdakwa melanggar Pasal 365 ayat 3 KUHP sesuai dalam dakwaan alternatif kedua penuntut umum, sehingga dituntut hukuman 15 tahun penjara dikurangi terdakwa selama terdakwa dalam tahanan, dengan perintah supaya terdakwa tetap ditahan," kata JPU, dilansir Antara.

Hal yang memberatkan tuntutan terdakwa karena menyebabkan kematian korban Matsuba Hiroko dan Matsuba Nurio, menimbulkan kerugian materil bagi korban, tergolong perbuatan sadis dan mengakibatkan korban kesedihan yang mendalam bagi keluarga korban serta meresahkan masyarakat.

Atas putusan itu, terdakwa pembunuhan pasutri Jepang yang didampingi penasehat hukumnya memohon kepada Majelis hakim memberi waktu seminggu untuk menyiapkan pledoi atau pembelaan.

"Sidang dimulai pekan depan dengan agenda pembacaan pembacaan pledoi penasehat hukum terdakwa," kata hakim.

 

 

Kronologi Pembunuhan

Ada Bercak Darah di Lokasi Pasutri Jepang yang Tewas Terpanggang
Petugas tak bisa lagi mengenali wajah pasutri asal Jepang yang tewas terpanggang pada Senin, 4 September 2017. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Perbuatan sadis yang dilakukan terdakwa terjadi di rumah korban Matsuba Hiroko dan Matsuba Norio, di Jalan Puri Gading II Blok F1 Nomor 6 Jimbaran, Kuta, Badung, pada 3 September 2017, dengan cara terdakwa masuk ke dalam rumah melalui pintu garasi mobil untuk merampas barang milik korban.

Terdakwa kemudian mendekati korban Matsuba Hiroko dan menarik tas yang dibawanya. Karena korban sempat melawan dengan mendorong terdakwa, terdakwa mendorong korban dengan keras hingga terjatuh ke lantai.

Takut identitas diketahui terdakwa kemudian mengambil pisau dan menikam korban di leher kiri dan kanan kurang lebih tiga kali, kemudian terdakwa berdiri dan menusuk lagi di perut sebanyak dua kali dan menjerat leher korban mengunakan tali rafia.

Setelah memastikan korban sudah tak bernyawa, terdakwa kemudian membongkar lemari yang ada di kamar tersebut untuk mencari barang berharga. Namun berselang lima menit kemudian terdakwa mendengar suara langkah kaki yang menaiki tangga, lalu terdakwa bersembunyi di belakang pintu kamar.

"Datanglah korban Matsuba Norio masuk ke dalam kamar dan langsung kaget melihat korban Matsuba Hiroko tergeletak di lantai bersimbah darah. Lalu, terdakwa kemudian mendorongnya hingga jatuh tengkurap di lantai dan langsung menusuk korban di bagian leher dengan pisau," katanya.

Melihat kedua korban tidak bergerak, terdakwa kemudian mengganti bajunya yang berlumuran darah dengan baju milik korban. Pada pukul 14.00 Wita, terdakwa kemudian keluar dari rumah korban dengan mengendarai mobil milik korban menuju tempat istrinya bekerja.

3 Botol Bensin

Kronologi Penemuan Pasutri Jepang yang Tewas Terpanggang di Bali
Pasutri Jepang itu diketahui sudah hampir dua tahun tinggal di rumah kontrakan di Bali, tapi mereka belum pernah melaporkan diri. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Setelah menemui istrinya, terdakwa kembali mengendari mobil menuju daerah Munggu. Dalam perjalanannya, ia melihat ada penjual bensin di pinggir jalan sehingga timbul niat terdakwa untuk menghilangkan jejak dengan cara membakar jasad korban dan rumahnya.

Sekitar pada pukul 19.00 Wita, ia kembali ke rumah korban dengan membawa tiga botol bensin. Kemudian, tiga botol bensin tersebut terdakwa siram di dua kamar di lantai dua dan di sofa lantai bawah.

Setelah membakar dua jenazah korbannya, terdakwa keluar dari rumah dengan cara memajat pagar tembok dan berjalan kaki ke kos terdakwa.

Pada 18 September 2017, pukul 03.00 Wita atas sepengetahuan istri dan orangtuanya, terdakwa melaporkan perbuatannya tersebut dan menyerahkan diri ke Pos Polisi Pemogan Denpasar Selatan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya