Liputan6.com, Semarang - Namanya memang zebra cross. Nama resmi tempat bagi tempat penyeberangan pejalan kaki di jalan raya. Berdasar sejarahnya, nama zebra cross merujuk pada penggunaan warna hitam dan putih seperti warna binatang zebra di Afrika.
Di Semarang Jawa Tengah, nama zebra cross barangkali akan hilang dan diganti nama lain. Penyebabnya, karena tempat penyeberangan pejalan kaki memiliki motif. Ada yang bermotif ikan bandeng yang tinggal menyisakan duri, ada yang bermotif burung, ada pula tokoh animasi Larva.
Tak hanya berwarna hitam-putih, namun tempat penyeberangan juga sudah berwarna warni. Nah, kelangsungan hidup zebra cross terancam bukan? Karena sudah tak lagi mengadopsi ide Zebra.
Advertisement
Kepala Dinas Perhubungan Kota Semarang Muhammad Khadik menjelaskan bahwa tempat penyeberangan pejalan kaki di Semarang memang sengaja dibuat dengan motif unik. Selain mengikuti tren kekinian, juga untuk kampanye tertib berlalu lintas.
Baca Juga
"Pola yang kita buat sementara baru dua tokoh ulat dalam serial film animasi serta seekor anak burung ada juga bandeng," kata Khadik, Senin (26/3/2018).
Pembuatan motif berbeda dari penyeberangan jalan pada umumnya ini sudah melalui kajian yang panjang. Diawali dari banyaknya warga Semarang yang malas menyeberang jalan di zebra cross, maka ide ini muncul.
"Ini nggak akan mengganggu kok. Malah akan memudahkan untuk diingat. Nanti warga akan ramai-ramai menyeberang disitu karena sambil menyeberang bisa minta tolong temannya untuk memotret," kata Khadik.
Budaya menggunakan zebra cross di Semarang memang masih rendah. Improvisasi ini tentu saja tetap akan dikaji mengenai efektifitasnya.
"Kita uji coba sampai tiga bulan ke depan untuk menangkap respon dari masyarakat. Tentu semua pola-polanya akan kita sempurnakan demi kenyamanan pejalan kaki," kata Khadik.
Khadik juga mengatakan zebra cross berpola bandeng juga sudah dibuat tepat di lampu merah Jalan Pandanaran. Ia memastikan, sudah ada empat pola yang dibuat diatas zebra cross. Ke depan, ia akan menggarap dua pola lagi.
"Target kita tujuh zebra cross dengan pola macam-macam akan dibuat di jalan-jalan yang padat dilewati kendaraan," kata Khadik.
Penempatan motif zebra cross juga menyesuaikan lokasi. Di jalan Pandanaran yang menjadi sentra penjualan bandeng presto, menggunakan pola ikan bandeng. Sementara di dekat sekolah akan memanfaatkan gambar tokoh animasi.
Â
Mengikuti Tren Atau Korban Tren?
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyambut baik kreatifitas Dinas Perhubungan. Menurut Hendi, anak-anak muda di Semarang cenderung lebih tertib dan taat aturan.
"Dibuatkan mural seperti itu kan mereka makin senang menyeberang di tempat yang sudah ditentukan," kata Hendi.
Menurut Hendi, pendekatan tertib aturan tak harus dilakukan secara kaku. Dengan memanfaatkan tren gaya hidup saat ini yang identik dengan foto, jaringan internet, media sosial yang bermuara viral, sosialisasi program pemerintah bisa mengadopsi tren itu.
"Semarang akan makin gampang diingat. Ini juga menambah landmark kota jika hasil evaluasi tak menimbulkan masalah," kata Hendi.
Hendi menjelaskan ia tak ikut campur soal kreatifitas OPD ketika menjalankan fungsinya. Namun selalu diingatkan bahwa yang utama adalah taat aturan.
"Yang penting taat aturan. Semua kita lakukan untuk kenyamanan warga kota," kata Hendi.
Kreatifitas Organisasi Perangkat Daerah memang berbeda-beda menyikapi keinginan masyarakat. Pemanfaatan media sosial secara benar akan sangat membantu.
"Kebijakan dan program kan bisa diadopsi dari mana saja. Salah satu cara risetnya ya dengan mempelajari life style yang berkembang. Boleh ikut tren, tapi jangan kebablasan menjadi korban tren," kata Hendi.
Â
Advertisement
Lebih Manusiawi
Gunawan Kusnandi, salah satu pejalan kaki mengaku senang dengan kreatifitas itu. Menurutnya itu akan mempercantik wajah kota.
"Sangat menarik. Jalan Pandanaran kan identik dengan pusat oleh-oleh bandeng presto. Jadi pas," kata Gunawan Kusnandi.
Mengenai motif, Gunawan tidak mempersoalkan. Ia mengaku menjadi penganut paham substansial.
"Yang utama adalah tidak menghilangkan fungsi sebagai titik penyeberangan," kata Gunawan.
Ia berharap, tempat penyeberangan bagi pejalan kaki ditambah agar kota menjadi lebih manusiawi. Saat ini Semarang semakin nyaman dan makin berkembang dengan banyaknya pengunjung dari luar. Jika ada program yang mampu menjadikan kota lebih manusiawi, tentu warga akan mendukung.
"Penyeberangan ini baru contoh. Tentu ke depan juga mempertimbangkan akses bagi saudara kita kaum difabel," kata Gunawan.