Pelukan Terakhir Korban Ledakan Bom Surabaya bagi Sang Anak

Sang anak dipeluk saat tidur oleh ayahnya yang menjadi korban ledakan bom bunuh diri di Gereja GPPS Arjuno Surabaya.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mei 2018, 05:03 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2018, 05:03 WIB
Bom Gereja Surabaya
Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, mengambil langkah cepat menggelar rapat menyikapi aksi terorisme, kejahatan terhadap kemanusiaan dan keindonesiaan

Liputan6.com, Surabaya - Giri Catur Sungkowo (47), korban ledakan bom Gereja GPPS Arjuno meninggal pada Jumat, 18 Mei 2018, di RSUD Dr Soetomo Surabaya, Jawa Timur. Sang anak, Marvel Putra Hasinta Casa (20) mengungkapkan sebelum kejadian, almarhum ayahnya sempat memeluk dirinya.

"Kata mama, waktu saya tidur, pas mau berangkat kerja sempat meluk saya," ujar Marvel saat ditemui di rumah duka di Surabaya, Sabtu, 19 Mei 2018, dilansir Antara.

Marvel yang ditemui di rumah duka mengaku tidak mempunyai firasat apa pun. Maka itu, ia tak menyangka dengan kepergian ayahnya karena teror bom bunuh diri ketika bekerja.

Marvel mengatakan baru mengetahui ayahnya menjadi salah satu korban bom saat orang-orang perwakilan Gereja GPPS Arjuno datang ke rumahnya di Jalan Pulosari III M No 3 Surabaya untuk menyampaikan kabar itu.

"Orang gereja datang terus tanya ayah di mana, mama bilang belum pulang, ditelepon nggak dijawab. Terus orang gereja bilang kalau ayah belum ketemu, saya langsung bangun mandi cari ayah ke gereja," kata Marvel.

Di mata Marvel, ayahnya adalah sosok yang penyabar dan baik. Ia memiliki satu kebiasaan yang akan sulit dilupakan, yakni makan bersama sang ayah.

"Kami biasanya kalau pas makan sering disuapin mama, jadi saya sama ayah disuapin mama," ujar Marvel.

Pada kesempatan yang sama, Eko Raharjo, kakak Giri Catur mengatakan, almarhum sebelum kejadian sudah berpamitan kepada teman-temannya. "Wis yo pisah yo (sudah ya pisah ya) bilang ke teman-temannya," ujar Eko menirukan ucapan adiknya.

Sama seperti Marvel, Eko mengaku tidak mempunyai firasat apa pun. Dia pun mengaku hingga saat ini belum ikhlas ditinggal meninggal adiknya.

"Saya sebetulnya nggak ikhlas, (tapi) lihat organ tubuhnya jadi nggak berfungsi, 95 persen luka bakar," ujar Eko.

Dia bercerita pertemuan terakhir dengan Giri sebelum kejadian adalah saat pergi ke Nganjuk untuk menjenguk saudara mereka.

 "Pas pengeboman nggak nyangka, pertamanya dikira gereja depan tempat kerja adik saya, nggak nyangka," tuturnya.

Menurut keluarga Giri, pria yang sudah bekerja selama 25 tahun di GPPS Arjuno tersebut merupakan sosok pendiam dan baik. "Saya percaya adik saya mati syahid, soalnya pas lagi kerja, apalagi pas menghalau teroris," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya