Berbagi Ilmu Cara Hasilkan Energi Listrik Terbarukan dari Panas Bumi

Untuk mengenalkan energi terbarukan bagi generasi muda, perusahaan energi pelat merah, Indonesia Power, memberikan kuliah terbuka kepada ratusan mahasiswa Garut, Jawa Barat.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 02 Jun 2018, 12:02 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2018, 12:02 WIB
GM PT Indonesia Power UPJP Kamojang Budi Wibowo Kuliah Terbuka
GM PT Indonesia Power UPJP Kamojang Budi Wibowo memberikan kuliah terbuka. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Untuk mengenalkan energi terbarukan bagi generasi muda, perusahaan energi pelat merah, Indonesia Power (IP), memberikan kuliah terbuka kepada ratusan mahasiswa Garut, Jawa Barat. Mereka membuka "isi dapur" perusahaan dalam menghasilkan energi nasional.

"Tujuannya, masyarakat lebih teredukasi mengenai listrik terbarukan, terutama panas bumi yang ramah lingkungan," ucap General Manager PT Indonesia Power UPJP Kamojang, Budi Wibowo, dalam kuliah umum bertajuk "Strategi Perusahaan dalam Memelihara Kelestarian Lingkungan dan Meningkatkan Ekonomi Masyarakat" di Universitas Uniga (Uniga), Garut, Kamis, 31 Mei 2018.

Menurutnya, pengembangan energi terbarukan untuk listrik nasional sudah merupakan kebutuhan perusahaan saat ini. Beberapa negara maju di dunia, sudah lebih dulu memulai mengalihkan pasokannya pada sektor ini, meninggalkan pakem lama yang bersumber dari energi fosil.

"Makanya, IP mengenalkan anak SMP, SMA bahkan mahasiswa seperti saat ini, agar jangan sampai tertinggal," imbuhnya.

Saat ini, sekitar 84 persen pasokan listrik nasional dikelola Perusahaan Listrik Negara (PLN), sedangkan 16 persen sisanya sekitar dikelola pihak asing. Khusus di Garut, IP mampu menghasilkan 375 MW. "Tapi yang dijual 326 MW atau atau 95 persen, sedangkan 5 persennya sisanya dipakai sendiri," katanya.

Biaya pembangunan energi terbarukan panas bumi terbilang tinggi, rata-rata untuk satu sumur yang dihasilkan minimal dibutuhkan investasi hingga Rp 100 miliar lebih dengan kandungan panas bumi 4-5 MW. "Jadi bayangkan saja di kami ada sekitar 48 sumur, berarti sudah Rp 4,8 triliun yang kami investasikan," tuturnya. 

Tak ayal dengan kondisi itu, harga jual untuk satu satuan watt yang energi terbarukan, lebih mahal jika dibandingkan listrik hasil pasokan energi fosil. "PLTU batu bara harganya hanya Rp 500 per kWh, sementara kami panas bumi bisa di atas Rp 1.100 per kWh," katanya.

Dalam kesempatan itu, mahasiswa tidak hanya dikenalkan pada dapur proses pembuatan listrik dari suplai panas bumi, namun disampaikan dampaknya kehadiran energi terbarukan bagi industri listrik nasional, termasuk isu pengelolaan kelestarian lingkungan. "Industri listrik itu unik, kami harus mampu hidup dari energi yang kami hasilkan sendiri," ujar dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Dampak Postif buat Pembangunan Garut

GM PT Indonesia Power UPJP Kamojang Budi Wibowo Kuliah Terbuka
GM PT Indonesia Power UPJP Kamojang Budi Wibowo usai memberikan kuliah terbuka. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Selain memberikan sumbangsih buat pasokan energi nasional, kehadiran IP di Garut, diharapkan mampu memberikan suntikan positif bagi pembangunan daerah dan masyarakat lokal sekitarnya. "Bangga rasanya jika kami bisa kerja di IP," ujar Muhamad Rizki, salah satu peserta kuliah terbuka Uniga.

Bukan hanya itu, mahasiswa tingkat satu jurusan Fisip Uniga tersebut menilai, gelontoran energi yang dihasilkan mampu memberikan tambahan pemasukan buat Pemerintah Kabupaten Garut, agar tidak seluruhnya menggantungkan kucuran anggarannya dari pemerintah pusat. "Ada feed back positifnya buat Garut," ujar dia.

Namun, ia tetap menilai positif kehadiran IP dengan memberikan kuliah terbuka bagi mahasiswa Garut. Terutama, mampu memberikan pengetahuan dan wawasan baru, untuk mengenai sebenarnya proses energi terbarukan itu dihasilkan. "Kan kita tahunya selama ini hanya pipanya saja, tapi bagaimana prosesnya tidak tahu," imbuhnya.

Bahkan, bukan hanya IP, sosialisasi perusahaan besar yang ada di Garut, bisa diikuti perusahaan lainnya. "Kalau perlu seperti Changsin (Korea) Star Energy (Dulu Chevron Geothermal Indonesia), harus," pinta dia.

Adapun Rektor Universitas Garut Abdusy Syakur Amin menambahkan, pemberian kuliah terbuka, diharapkan mampu membuka wawasan baru bagi mahasiswa lokal dan generasi muda lainnya, pentingnya hidup hemat menggunakan energi. "Selama ini kan energi nasional lebih banyak di hasilkan dari yang fosil, sementara yang terbarukan bisa dibilang jari, salah satunya di sini (IP Kamojang)," kata dia.

Dengan melimpahnya sumber pasokan panas bumi yang dihasilkan Garut, tidak menutup kemungkinan jika suatu saat, lembaganya menawarkan pembentukan mata kuliah tambahan pilihan bagi mahasiswa. "Kurikulum itu kan dibentuk disesuaikan kebutuhan, bisa saja mata kuliah energi terbarukan," ujarnya.

Dengan upaya itu, mahasiswa bisa mengambil lebih banyak kesempatan mendalami energi terbarukan dari alam, untuk memaksimalkan potensi alamnya. "Sumbernya kan tidak hanya IP bisa juga yang lainnya," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya