Kisah Anak Koin Bertaruh Nyawa di Pelabuhan Merak

Keberadaan anak koin di Pelabuhan Merak, sebenarnya telah dilarang, melalui Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) nomor 29 tahun 2016, tentang Sterilisasi Pelabuhan.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 24 Jun 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2018, 08:00 WIB
Anak koin
Anak koin berburu receh dari para penumpang kapal di Pelabuhan Merak. Foto: (Yandhi Desalatama/Liputan6.com)

Liputan6.com, Cilegon - Siang menjelang sore, sekumpulan anak koin, beraksi di Dermaga I Pelabuhan Merek, Kota Cilegon, Banten. Mereka tak sungkan lompat dari atas kapal ke lautan, untuk mencari receh, dari penumpang kapal.

Namun, keberadaannya, sangat membahayakan jiwa mereka sendiri. Bahkan tak jarang, nyawa harus melayang. 

"Kami selaku pengawas di pelabuhan, sudah mengingatkan ASDP (Merak), untuk melakukan sterilisasi pelabuhan ini. Karena keberadaannya, sangat mengganggu alur dan sangat beresiko terhadap keselamatan," kata Eko Purwanto, Koordinator Satuan Pelayanan Pelabuhan (Kosatpel) Penyeberangan Merak, saat ditemui di ruangannya, yang berlokasi di Gedung Bundar Pelabuhan Merak, Sabtu (23/06/2018).

Keberadaan anak koin di Pelabuhan Merak, sebenarnya telah dilarang, melalui Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) nomor 29 tahun 2016, tentang Sterilisasi Pelabuhan.

Pengguna jasa Pelabuhan Merak pun diminta untuk tidak memberikan uang receh ke anak koin, agar mereka tak lagi mengulangi perilakunya.

"(PT ASDP Ferry Indoensia Cabang Merak) Harus melakukan pengawasan setiap hari, setiap saat, kepada anak koin ini, supaya mereka tidak beraktivitas," jelasnya.

Mantan anak koin, yang kini bekerja sebagai staff di Transportasi Sungai, Danau dan Pelabuhan (TSDP) Merak, Herdi Muhamad Jaenudin, bercerita kalau, faktor ekonomi lah yang memaksa mereka menjadi anak silem, sebutan lain bagi anak koin.

Namun, bahaya tak dihiraukan oleh anak koin itu. Karena, ekonomi untuk penghidupan keluarga, menjadi tuntutannya.

"Pernah ada temen kena baling-baling (Kapal RoRo), sampai hancur (badannya). Terus ketarik tambang," kata Herdi, ditempat yang sama, Sabtu (23/06/2018).

Herdi yang pernah menjadi anak koin di tahun 1990'an ini, setidaknya mendapatkan uang receh antara Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu seharinya. Nominal itu di jamannya, dirasa sudah sangat besar.

Dia berhenti menjadi anak koin, karena malu di usia remaja, telah menyukai lawan jenis atau sedang kasmaran.

"Kalau memang ada kerjaan yang lain, untuk menafkahi keluarganya dirumah, ya beralih lah. Sekarang kan udah banyak kapal, membahayakan buat sendiri sama keluarga," ujarnya.

 

*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali, dan Sulsel di sini dan ikuti Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Non Stop hanya di liputan6.com.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya