Liputan6.com, Tolitoli - Libur Lebaran adalah kebahagiaan tersendiri bagi sebagian masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Tak jarang libur usai Idul Fitri dimanfaatkan sebagian warga untuk berwisata sebelum kembali ke aktivitas keseharian mereka. Misalnya, wisata ke salah satu pulau terdepan Indonesia.
Bagi warga yang ingin menghabiskan sisa libur Lebaran di Sulawesi Tengah, salah satu destinasi wisata yang sangat sayang dilewatkan adalah Pulau Salando.
Terletak Desa Kapas, Kecamatan Dakopamean, Kabupaten Tolitoli, Pulau Salando menjadi destinasi wisata bahari favorit masyarakat setempat. Bahkan, banyak pelancong dari luar daerah maupun mancanegara menyambangi satu di antara pulau terdepan Indonesia tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Dengan biaya yang relatif murah atau hanya dengan Rp 25 ribu, destinasi ke Pulau Salando sudah bisa dinikmati para pengunjung atau wisatawan.
Perjalanan pun tak begitu jauh. Hanya butuh waktu delapan menit dari Desa Kapas, para wisatawan maupun pelancong sudah tiba di Pulau Salando.
Tak jarang para Instagramer sering berkunjung ke nusa ini untuk mengabadikan keindahan wisata Pulau Salando. Akibat keindahannya itu, beberapa stasiun televisi nasional mengabadikannya lewat beragam program hiburan.
Selain pantai yang bersih dan keindahan biota bawah lautnya, salah satu pulau terdepan Indonesia itu juga memiliki menara mercusuar. Sebagai penanda perairan dangkal bagi kapal yang berlayar di sekitar perairan Pulau Salando. Alhasil, nusa ini juga terkenal dengan Pulau Lampu.
*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali, dan Sulsel di sini dan ikuti Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Non Stop hanya di liputan6.com.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Mercusuar dan Klaim Filipina
Untuk bisa ke pulau ini, wisatawan yang berasal dari Kota Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu bisa melalui jalur laut, darat maupun udara. Selanjutnya, para pelancong menuju Kabupaten Tolitoli yang berjarak sekitar 400 kilometer.
Dari Kota Tolitoli, pelancong maupun wisatawan bisa mengambil jalur darat menuju Desa Kapas, Kecamatan Dakopamean. Setelah tiba di Desa Kapas, wisatawan bisa langsung menuju Tanjung Binar. Parapelancong kemudian dapat menyewa perahu nelayan menuju Pulau Salando dengan biaya Rp 25 ribu.
Di balik keindahannya, pulau ini juga menyimpan cerita lain yang menarik. Jumaldiansyah, warga Desa Kapas menuturkan, Pulau Salando Sempat menjadi sengketa antara Indonesia dan pemerintah Filipina.
Menurutnya, letak Pulau Salando yang masuk dalam kategori nusa terdepan di perairan Indonesia dan berbatasan langsung dengan Filipina, wilayah ini sempat diklaim milik negara tetangga tersebut.
"Hampir tiap minggu kapal patroli TNI AL mampir untuk memastikan keadaan di pulau ini," tuturnya, belum lama ini.
Adapun Budiman, Direktorat Navigasi Kementerian Perhubungan yang berjaga di pulau tersebut memastikan bahwa Pulau Salando adalah milik Indonesia. Dengan demikian, Salando aman untuk para wisatawan maupun pelancong. "Di pulau ini sengaja dibangun mercusuar seperti 102 titik pulau terluar (terdepan) yang ada di Indonesia lainnya sebagai penanda," ujarnya.
Semenjak mulai dikenalnya pulau ini, warga sekitar pun banyak merasakan manfaatnya. Yusdi, nelayan sekitar Pulau Salando yang berdomisili di Desa Kapas itu mengatakan bahwa sejak dibukanya pulau salando bagi masyarakat luas. Ia dan warga sekitar bisa mendapatkan penghasilan tambahan selain menjadi nelayan.
"Alhamdulillah mas, sudah dua tahun setiap habis Lebaran banyak masyarakat yang berkunjung ke Pulau Lampu. Kami sebagai nelayan bisa mendapatkan penghasilan lebih dari mengantarkan para wisatawan ke pulau," ucap lelaki yang akrab disapa Udi itu, saat libur Lebaran lalu.
Advertisement