Rencana Museum Rumah Adat di Dekat Danau Tiga Warna

Balai Taman Nasional Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) berencana membangun museum rumah adat di area danau tiga warna itu.

oleh Amar Ola Keda diperbarui 26 Jun 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2018, 14:00 WIB
Pariwisata
Para Mosalaki sedang menggelar ritual adat Pati Ka di Danau Kelimutu (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Balai Taman Nasional Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) berencana membangun museum rumah adat di area danau tiga warna itu.

"Sudah dalam proses pelelangan, rencananya rumah adat suku Lio itu dibangun di bawah parkiran, kira-kira seperti anjungan rumah di TMII nantinya dilengkapi peralatan budaya di dalamnya," ujar kepala Balai Taman Nasional Kelimutu Agus Sitepu kepada Liputan6.com, Senin (26/6/2018).

Dia mengatakan, museum rumah adat itu akan jadi tempat berkumpulnya Mosalaki (kepala suku) saat ritual Pati Ka. Ritual Pati Ka, merupakan upacara pemberian sesajian untuk arwah yang diyakini sebagai penjaga danau Kelimutu.

"Upacara itu digelar setiap tanggal 14 Agustus. Ada 200-300 Mosalaki dari 21 desa adat sekeliling Danau Kelimutu," katanya.

Dia mengatakan, selain pembangunan museum rumah adat, Balai Taman Nasional Kelimutu juga berencana merevitalisasi menata taman tumbuhan arboretrum.

Dia mengaku kesulitan menata para pedagang di areal wisata danau yang hingga saat ini belum mau direlokasi.

"Tahun ini kami akan mendiskusikan bersama, harus dibantu pihak lain terutama Pemda Ende atau LSM karena selain relokasi, juga perlu ditingkatkan kualitas produknya sehingga menarik bagi wisatawan," imbuh Agus.

 

 

 

Festival Kebangsaan Ende Masuk Kalender Wonderful Indonesia

Pariwisata
Wisatawan lokal berpose di Danau Kelimutu Ende, Flores (Liputan6.com/Ola Keda)

Menteri Pariwisata Arief Yahya telah menyetujui ditetapkannya Festival Kebangsaan di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, untuk masuk dalam bagian Calendar of Event (CoE).

Festival Kebangsaan akan berlangsung pada 1 Juni 2019 di Ende. "Pak Menteri sudah setuju dan beliau berpesan acara itu dibuat dengan bagus. Kalau dari sisi fashion, tenun NTT yang terbaik di Indonesia," ucap Kepala Dinas Pariwisata NTT, Marius Jelamu kepada Liputan6.com, Rabu, 20 Juni 2018.

Ia menambahkan, bila ada yang pernah datang ke Ende pasti akan terenyuh membayangkan Sukarno alias Bung Karno merumuskan Pancasila di sana. 

Dia menjelaskan, Kementerian Pariwisata telah menargetkan beberapa penambahan infrastruktur. Terutama, mendorong Pemerintah Provinsi NTT untuk terus meningkatkan aksesibilitas dan amenitas.

Apalagi, Labuan Bajo juga ditetapkan sebagai salah satu dari 4 Destinasi Super Prioritas dan destinasi kunjungan IMF-WB pada Oktober 2018.

"Kita punya 10 destinasi prioritas, populer disebut Bali Baru dan NTT menyebut dirinya sebagai New Tourism Territory," ujarnya.

Dari 10 Bali baru itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menetapkan super prioritas. Ada empat, yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalikam dan Labuan Bajo. "Mohon para tokoh (di NTT) manfaatkan dengan baik,” katanya.

Sebelumnya, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bersama Pemerintah Nusa Tenggara Timur (NTT) meluncurkan Top 4 Calendar of Event Nusa Tenggara Timur 2018 di Balairung Soesilo Soedarman, Jakarta, Kamis, 7 Juni 2018.

Launching ini menampilkan 24 ajang sepanjang tahun, di mana empat di antaranya (Top 4) masuk ke dalam Top 100 Wonderful Indonesia Calendar of Event. Rinciannya, Festival Komodo (5-10 Maret 2018), Parade Sandalwood dan Tenun Ikat Sumba (5-12 Juli 2018), Festival Likurai Timor (24-28 Juli 2018), dan Tour de Flores (1-7 November 2018).

Kepala Dinas Pariwisata NTT, Marius Jelamu mengatakan, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dalam launching itu menyampaikan pujian kepada keindahan alam, kekayaan kesenian budaya, dan sejarah yang dimiliki NTT. Semua itu mampu menarik banyak kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman.

Menpar Arief juga menyampaikan, Target 2018 Penataan Kawasan Strategis Pariwisata Labuan Bajo yang meliputi pembangunan pedestrian di Jalan Soekarno-Hatta, pembangunan Pusat Wisata Kuliner Kampung Ujung, dan pembangunan RTH di Kampung Air (eks Sail Komodo). Selain itu, pembangunan jembatan penghubung Kampung Air dengan Bukit Pramuka, dan pemasangan 20 titik mooring buoy di Taman Nasional Komodo.

Untuk aksesibilitas, kata dia, syarat utama menjadi destinasi internasional itu harus memiliki bandara internasional. Tahun ini diharapkan fasilitas dasar untuk bandara internasional sudah siap, meliputi fasilitas navigasi, pengerasan runway, dan perbaikan apron.

Diharapkan tahun 2019 akan ada penerbangan internasional di NTT, sehingga tentunya akan meningkatkan jumlah kunjungan wisman.

Terkait Bandara Komodo menjadi bandara internasional, Kementerian Perhubungan atau Kemenhub sedang melelang calon pengelola Bandara Komodo. "Diharapkan, pengelola dipegang BUMN atau swasta, seperti Silangit yang di kelola AP II," ujar Marius.

Dia menambahkan, beberapa Critical Success Factor di Labuan Bajo, seperti pembangunan rest area and souvenir shop Puncak Waringin, dan pemindahan pelabuhan peti kemas yang saat ini ada di Labuan Bajo ke Pelabuhan Bari

Serta, pembebasan lahan akses pelabuhan ke jalan utama, penerapan carrying capacity TN Komodo, dan perhitungan untuk 11 titik selam, di mana Oktober mendatang akan diterapkan mekanisme pengaturan aliran wisatawan dalam kawasan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya