Gunung Agung Lontarkan Lava Pijar, Warga Sekitar Lereng Mulai Mengungsi

Erupsi Gunung Agung terjadi secara strombolian dengan suara dentuman. Lontaran lava pijar teramati keluar kawah mencapai jarak 2 km.

diperbarui 02 Jul 2018, 21:39 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2018, 21:39 WIB
Gunung Agung erupsi
Gunung Agung mengalami erupsi strombolian, Senin (2/7/2018) pukul 21.04 Wita. (Istimewa/Dok. PVMBG Kementerian ESDM)

Karangasem - Telah terjadi erupsi Gunung Agung di Karangasem, Bali, pada Senin (2/7/2018), pukul 21.04 Wita. Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, tinggi kolom abu teramati kurang lebih 2.000 meter di atas puncak (5.142 m di atas permukaan laut).

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi Gunung Agung ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi kurang lebih 7 menit 21 detik.

"Erupsi terjadi secara strombolian dengan suara dentuman. Lontaran lava pijar teramati keluar kawah mencapai jarak 2 km," tulis laporan PVMBG yang dikeluarkan pascaerupsi strombolian tersebut.

Adapun informasi yang dihimpun Bali Express (Jawa Pos Group), beberapa warga di lereng gunung mulai turun menjauhi kawah. Ketut Suweca, warga Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem mengatakan, sejumlah warga tersebut mulai memasuki desanya. Sementara, warga Muncan sebagian besar menonton erupsi yang diikuti dentuman keras tersebut.

"Ada api kelihatan keluar dari kawah. Banyak warga yang mulai turun mengungsi," ucapnya.

Meski begitu, status Gunung Agung masih pada Level III (Siaga) dengan rekomendasi masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apa pun di Zona Perkiraan Bahaya. Yaitu, di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.

Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual/terbaru.

Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi. Terutama, pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Adapun area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.

Baca berita menarik dari JawaPos.com lain di sini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya