Cara Jitu Berdayakan Peternak Kuda Sandelwood di Pulau Sumba

Pemerintah Kabupaten Sumba Timur, NTT, mencatat jumlah populasi kuda Sandelwood di daerah setempat hingga kini mencapai lebih dari 30.000 ekor.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jul 2018, 06:31 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2018, 06:31 WIB
Parade 1001 Kuda Sandelwood
Parade 1.001 Kuda Sandelwood. (Foto: Dok. Kementerian Pariwisata)

Liputan6.com, Sumba Timur - Parade 1.001 Kuda Sandelwood (Sandalwood Ponny) atau kuda Sandel di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), dianggap mampu memberdayakan para peternak kuda di daerah itu.

"Ada multiplier effect (efeek pengganda) dari kegiatan Parade Kuda sandelwood, salah satunya mampu memberdayakan masyarakat peternak kuda di Pulau Sumba," ucap Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu di Kupang, Selasa, 24 Juli 2018, terkait dampak kegiatan Parade 1.001 Kuda Sandelwood di Pulau Sumba, dilansir Antara.

Ia menjelaskan, masyarakat Pulau Sumba yang sehari-hari memelihara kuda diberikan apresiasi dan ruang untuk tampil di depan umum melalui Parade 1.001 Kuda Sandelwood. Para peternak kuda juga mendapatkan keuntungan dari penyewaan kuda peliharaannya yang diikutsertakan dalam parade tersebut.

Menurut Marius, kegiatan parade akan memotivasi para peternak untuk terus memelihara dan melestarikan kuda sandalwood. "Karena mereka sudah merasakan langsung nilai manfaat yang beragam, baik secara ekonomi, budaya, artististik, dan sebagainya," katanya.

Menurutnya, selain itu kuda sandelwood juga menjadi salah satu branding kuat yang mengangkat sektor pariwisata di Pulau Sumba.

"Meskipun kegiatan Parade 1.001 Kuda Sandelwood yang dipadukan dengan Festival Tenun Ikat Sumba baru digelar selama dua tahun, namun sudah mampu menarik minat ribuan pengunjung domestik maupun mancanegara," imbuhnya.

Selain itu, kegiatan tersebut juga mendorong masuknya para investor ke Tanah Sumba untuk berinvestasi. Seperti tampak dalam pembangunan hotel di Waingapu, Sumba Timur, resort-resort di Sumba Barat, dan sebagainya.

Kegiatan tersebut akan digelar secara rutin setiap tahun karena sudah masuk menjadi agenda event pariwisata nasional. Untuk itu, masyarakat di Pulau Sumba diharapkan tetap menjaga dan melestarikan Kuda Sandelwood yang juga merupakan bagian dari warisan budaya setempat.

"Tentu akan lebih baik lagi kalau populasi kuda Sandelwood ini semakin meningkat seiring waktu sekaligus memperkuat potensi Sumba sebagai daerah lumbung ternaknya NTT," ujarnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Upaya Melestarikan Kuda Sandel

Pariwisata
Ribuan pengunjung yang merupakan warga lokal maupun wisatawan domestik dan mancanegara merayakan parade 1001 kuda sandelwood di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (12/7/2018). (Liputan6.com/Ola Keda)

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Sumba Timur, NTT, mencatat jumlah populasi kuda Sandelwood di daerah setempat hingga kini mencapai lebih dari 30.000 ekor.

"Populasi kuda Sandel di daerah kami masih cukup bagus, tercatat saat ini mencapai 30.000 ekor lebih," ucap Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora di Waingapu, Sabtu, 14 Juli 2018, diwartakan Antara.

Ia menjelaskan, pengembangan kuda Sandel menjadi fokus pemerintahannya karena Sumba Timur merupakan salah satu daerah di Pulau Sumba yang terkenal dengan habitat kuda tersebut.

Wilayah Sumba Timur juga sudah ditetapkan Kementerian Pertanian sebagai plasma nutfa pengembangan kuda Sandel. Mbilijora memastikan pemerintahannya berkomitmen untuk melestarikan kuda Sandel karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari adat dan budaya masyarakat setempat.

Selain itu, kuda Sandel juga memiliki nilai sosial-ekonomi yang berkontribusi besar terhadap pengembangan pariwisata di daerah yang berada paling timur Pulau Sumba itu.

"Kuda sandel menjadi daya tarik yang kuat untuk menarik minat kunjungan wisatawan ke daerah kami, selain kami juga memiliki kekayaan wisata, budaya, dan alam terutama padang sabana yang mencapai ratusan ribu hektare," katanya.

Ia mengatakan pula, untuk menjaga kelestarian populasi kuda Sandel, pemerintahannya telah menerapkan aturan terkait larangan agar kuda Sandel tidak dibawa keluar dari daerah setempat.

"Ternak kuda betina yang masih muda saya larang untuk tidak dibawa keluar daerah, kalau yang sudah tua boleh keluar daerah," katanya.

Mbilijora menambahkan, kuda Sandel telah menjadi branding (citra) yang kuat untuk pengembangan pariwisata di daerah setempat karena dikenal masyarakat dari berbagai daerah maupun mancanegara.

Upaya memperkuat branding ini juga dilakukan melalui kegatan Parade 1.001 Kuda Sandelwood yang telah menjadi bagian dari agenda pariwisata nasional.

"Kegiatan ini akan terus kami gelar setiap tahun, selain untuk mendorong arus kunjungan wisatawan juga memotivasi masyarakat agar terus melestarikan kuda Sandel," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya