Asal-usul Gunting yang Dipakai dalam Duel Maut Siswa SD di Garut

Akibat duel maut itu, seorang siswa SD mengalami dua luka tusukan gunting.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 25 Jul 2018, 14:31 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2018, 14:31 WIB
Ilustrasi gunting (iStock)
Ilustrasi gunting (iStock)

Liputan6.com, Garut - Seorang siswa kelas 6 Sekolah Dasar (SD) tewas setelah dianiaya menggunakan gunting oleh teman sekolahnya di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penganiayaan itu dipicu masalah tuduhan pelaku kepada korban yang dianggapnya telah menyembunyikan buku pelajaran.

Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna mengatakan, peristiwa itu terjadi setelah pulang sekolah, Sabtu, 21 Juli 2018. Sebelumnya, korban inisial F dan terduga pelaku inisial M berkelahi tidak jauh dari lingkungan sekolah.

"Saat berkelahi M kalah oleh F. Secara spontan, M mengambil gunting dan menusukkan ke F di bagian belakang kepala dan punggung," kata Budi, Selasa, 24 Juli 2018, dilansir Antara.

Ia menuturkan, perkelahian usai pulang sekolah itu karena dipicu salah paham kedua anak tersebut tentang hilangnya buku milik terduga pelaku. Sedangkan, gunting yang dibawa terduga pelaku, kata dia, bukan sengaja dibawa, melainkan bekas melaksanakan pelajaran seni rupa.

Peristiwa penusukan itu, kata Budi, diketahui warga, yang kemudian membawa korban ke Puskesmas Cikandang untuk mendapatkan penanganan medis. "Korban lalu mendapatkan pengobatan di puskemas. Luka akibat tusukan gunting itu mendapat dua jahitan," katanya.

Ia mengungkapkan, hasil pemeriksaan polisi, dua anak tersebut masih memiliki hubungan saudara dan kasus tersebut tidak dilaporkan kepada polisi. Namun, kepolisian akan menyelidiki lebih lanjut untuk mengungkap kebenaran kasus tersebut.

 

 

Tiga Kali Bolak-balik ke Klinik

20151120-Ilustrasi Jenazah-iStockphoto
Ilustrasi Jenazah (iStockphoto)

Ayah korban, Feri (38), mengatakan anaknya sempat mendapatkan penanganan medis dengan kondisi terlihat masih sadar. "Kondisi anak saya sudah setengah sadar," katanya.

Selanjutnya, keluarga korban membawanya pulang. Namun di rumah, korban muntah-muntah dan sempat mengalami kejang selama beberapa menit.

Orangtua korban kembali membawa anak tersebut ke Klinik IGD Cikajang untuk mendapatkan penanganan medis, kemudian dibawa pulang lagi. Anak itu kembali muntah-muntah bercampur darah, lalu dibawa kembali ke klinik.

"Namun, di perjalanan anak saya sudah tidak bernyawa. Saya lalu membawa kembali anak saya ke rumah," katanya.

Feri mengaku sedih atas kematian anaknya. Tetapi, ia menganggap kejadian itu sebagai musibah dan akan menyelesaikannya secara kekeluargaan.

"Keluarga saya dengan keluarga M juga masih ada ikatan keluarga, jadi saya ingin menyelesaikan secara kekeluargaan," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya