Kiat Pendaki Puncak Dunia Hadapi Situasi Darurat Seperti Gempa di Rinjani

Jalur pendakian Gunung Rinjani tertutup material longsor, sehingga sempat menghambat upaya penyelamatan para pendaki korban gempa Lombok.

diperbarui 31 Jul 2018, 16:30 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2018, 16:30 WIB
Pendaki Rinjani korban gempa Lombok
Mathilda Dwi Lestari, pendaki seven summits, bicara soal langkah tepat dalam keadaan darurat seperti menghadapi gempa bumi di Gunung Rinjani, Lombok, NTB. (Dery Ridwansah/JawaPos.com)

Lombok - Keadaan sekitar Gunung Rinjani masih tidak stabil sejak gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), berkekuatan 6,4 skala Richter (SR) pada Minggu pagi, 29 Juli lalu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB juga menyebutkan jalur pendakian tertutup material longsor, sehingga sempat menghambat upaya penyelamatan para pendaki korban gempa.

Mathilda Dwi Lestari, Tim The Woman of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (WISSEMU) turut berkomentar. Sebagai pendaki tujuh puncak dunia, dia memberikan saran ketika dalam kondisi darurat untuk para pendaki yang terjebak, sebagaimana saat gempa di Lombok mengguncang Gunung Rinjani.

Kendati demikian, Mathilda mengaku belum pernah mengalami hal serupa dan belum pernah mendaki Gunung Rinjani. Hanya saja, dia tidak bisa membayangkan perasaan pendaki yang berada di Gunung Rinjani saat gempa Lombok.

"Wah, enggak kebayang rasanya gimana, belum pernah merasakan juga," ucap Mathilda kepada JawaPos.com melalui pesan singkat, Selasa (31/7/2018).

Namun, jika harus berandai-andai berada di Gunung Rijani saat gempa terjadi, perempuan usia 23 tahun itu sebisa mungkin tidak boleh panik. Terpenting, kendalikan diri agar bisa berpikir jernih, karena hal tersebut pasti sulit sekali.

"Pertama kendalikan diri dulu, jangan panik berlebihan biar bisa berpikir apa yang harus dilakukan. Lalu, sebisa mungkin langsung turun aja," jelasnya.

Kemudian, langkah selanjutnya adalah mencari keramaian dan daerah aman. Serta, cek sisa logistik yang tersisa, sehingga bisa membaginya dengan adil.

"Kalau misalnya kejebak, cari tempat aman yang lumayan dekat sama base camp, menjauh dari pusat bencana, dan selalu bersama dengan keramaian. Lalu cek logistik, apa saja yang tersisa kemudian dikontrol pembagiannya untuk berapa hari kira-kira harus survive," Mathilda memungkasi.

Sebelumnya dilaporkan, tim gabungan TNI, Polri, SAR, petugas taman nasional, dan para relawan menggelar upaya evakuasi terhadap ratusan pendaki yang terperangkap di Gunung Rinjani usai gempa.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi juga telah mengunjungi lokasi pengungsian di Desa Belanting, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Kunjungan Presiden Jokowi dan Gubernur NTB untuk memastikan penanganan dampak gempa dapat diselesaikan dengan cepat dan baik.

Adapun hingga saat ini, menurut BPBD NTB, korban meninggal dunia akibat gempa di Lombok mencapai 16 orang. Sedangkan ratusan orang luka-luka akibat gempa 6,4 SR yang mengguncang Pulau Lombok, Pulau Sumbawa, dan Pulau Bali tersebut.

Baca berita menarik dari JawaPos.com lain di sini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Jenazah Ainul Berhasil Dievakuasi dari Gunung Rinjani

Sujud Syukur Pendaki Rinjani Setelah Berhasil Dievakuasi
Tim gabungan evakuasi pendaki Gunung Rinjani membawa kantung jenazah saat tiba di Kantor Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB, Selasa (31/7). Evakuasi terhadap enam korban dan satu jenazah dilakukan dua tahap. (Liputan6.com/HO/Pendam Udayana)

Sementara itu, tim evakuasi gabungan berhasil mengevakuasi seluruh pendaki yang terjebak di Gunung Rinjani, Lombok. Dari evakuasi itu termasuk salah satunya jasad Muhammad Ainul Muksin, pendaki asal Makassar, Sulawesi Selatan. Ainul meninggal dunia akibat tertimpa material longsor di Gunung Rinjani ketika terjadi gempa.

Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, proses evakuasi pendaki yang terjebak di Gunung Rinjani berlangsung sejak Minggu, 29 Juli 2018. Pada Senin sore, 30 Juli 2018, tim evakuasi gabungan telah berhasil mengevakuasi 543 pendaki.

Semua itu terdiri atas wisatawan asing 189 orang, pendaki wisatawan nusantara 173 orang, guide 31 orang, dan porter 150 orang. "Semua korban yang berhasil dievakuasi dalam kondisi sehat dan selamat," ungkap Sutopo, Selasa, 31 Juli 2018, dikutip JawaPos.com.

Proses evakuasi terus berlangsung hingga Selasa pagi, 31 Juli 2018. Pagi tadi terdapat enam orang dan satu jenazah. Keenam itu adalah pegawai Pusdiklat LKPP (3 orang), porter (2 orang), dan guide (1 orang). Sementara, satu jenazah atas nama Muhammad Ainul Muksin.

Untuk diketahui, tim evakuasi gabungan yang terdiri atas Basarnas, TNI, Polri, BTNGR (Balai Taman Nasional Gunung Rinjani), tenaga medis, dan relawan. Berdasarkan data, jumlah pengunjung Gunung Rinjani yang turun sampai Selasa, 31 Juli 2018, pukul 10.13 Wita sebanyak 1.090 orang. Semuanya terdiri atas 723 orang WNA dan 367 WNI.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya