Liputan6.com, Papua - Bagi pecinta olahraga arung jeram, momen untuk menaklukan arus di Sungai Prafi di Kabupaten Pegaf, Papua Barat tidak bisa dilewatkan. Paling tidak, itulah yang dirasakan tim Ekspedisi Bumi Cendrawasih Mapala UI yang menghabiskan waktu enam hari mendata dan mengeksplorasi 16 kilometer sungai tersebut.
Panorama membius mata sepanjang perjalanan menuju lokasi menjadi pengantar terindah yang dirasakan tim. Lokasi sungai berada di Desa Kwau, Distrik Warmare. Desa ini berjarak sekitar 54 km dari Manokwari, ibu kota Papua Barat, dan dapat dicapai dalam tempo 2,5 jam. Di desa itu pula, perahu kecil bermuatan satu pendayung bisa mulai melarung.
"Panorama alam sepanjang perjalanan kami luar biasa indah. Terlihat berlapis-lapis gunung seperti Wanuga, Indabo, Umcen, dan Acoambar. Ditambah lagi hutan tropis yang masih alami. Kalau soal arus sungainya, jangan ditanya deh, seru luar biasa dan membuat deg-degan," kata Salsabila Altje, anggota Mapala UI yang berkayak mengarungi riam-riam sepanjang Sungai Prafi.
Advertisement
Baca Juga
Keseruan pun dimulai. Jalur yang ditempuh dibagi menjadi dua, yakni rute atas sepanjang 6 kilometer, dan rute bawah sepanjang 10 kilometer. Pembagian rute dibuat berdasarkan karakteristik aliran air yang mempengaruhi tingkat kesulitan berarung jeram.
Tingkat kesulitan dalam olahraga ini berada pada skala 1 sampai 6. Maka itu, Rute Atas (Kuau sampai Duebei) ada di peringkat 4 dan 5, sementara Rute Bawah (Duebei sampai Snaimboy) di peringkat 2-3.
"Kami memberi nama jeram-jeram unik yang dilalui sebagai penanda. Ada Jeram Kasuari karena kami melihat burung Kasuari di dekat situ. Jeram Turun-turun yang curam dan melewati tebing tinggi di kiri kanannya," jelas Salsa.
Selain itu, ada pula Jeram Cendrawasih yang indah seperti burung asli Papua tersebut, Jeram Panjang yang relatif landai, Jeram Rock n Roll, dan Jeram Zigzag. Salsa menyebut jalur yang dilalui tim arung jeram di sana sangat berbeda dengan kondisi sungai-sungai di Jawa yang pernah diarungi tim Mapala UI.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Buka Peluang
Selain memacu adrenalin, arung jeram juga membuka peluang berkarya bagi pemuda atau warga sekitar.
Lody Korua, anggota Mapala UI yang pertama kali mengembangkan bisnis wisata arung jeram di Indonesia, melihat potensi yang besar. Dengan kondisi khas di rute atas, maka target pasarnya adalah wisatawan yang memiliki keahlian dalam berperahu menyusuri sungai sejenis.
Sedangkan, rute bawah dapat dijual pada wisatawan umum yang tergolong pemula dalam olah raga ini. Hanya perlu diperhatikan risiko yang dapat timbul akibat pohon tumbang yang melintang di permukaan sungai.
"Arum jeram ini bukan sekedar olah raga alam bebas, tapi juga soal pemberdayaan masyarakat," kata Lody.
Dia lantas bercerita, bahwa 25 tahun lalu membuka wisata arung jeram di Citarik, Jawa Barat dengan prinsip pemberdayaan masyarakat. Pemuda setempat, khususnya yang putus sekolah, dibina untuk menjadi pemandu.
"Saat ini ada 500 orang pekerja tetap, dan 67% dari total pemasukan adalah untuk masyarakat lokal. Kini, setidaknya ada 1.000 tamu per bulan yang dilayani lima perusahaan penyedia jasa pemandu wisata arung jeram," beber dia.
Sebagian dari pemandu akhirnya terpilih menjadi atlet nasional yang berlaga di berbagai kejuaraan dunia. Dalam kesempatan itu, mereka bisa melihat dan membandingkan lokasi-lokasi wisata arung jeram terbaik dunia dan bisa belajar untuk meningkatkan kualitas layanan di Citarum.
Terakhir, Lody mengusulkan, agar disediakan berbagai fasilitas penunjang di desa tempat start dan finish serta di beberapa desa pemberhentian. Misalnya warung makanan dan minuman, toilet yang bersih dan penginapan yang memadai.
"Selain arung jeram, wisatawan juga bisa menikmati berbagai keindahan alam disepanjang jalur seperti tracking, penangkaran kupu-kupu sayap burung, wisata burung pintar dan wisata budaya," Lody memungkasi. (Rahmi H/Anggota Mapala UI).
Simak video menarik berikut ini:
Advertisement