Kisah Bayi Wahyuni, Kulit Kepala Terkelupas Tidur Beralas Daun Pisang

Tubuh mungil Wahyuni Aritonang terbaring lemas. Bayi yang baru berusia dua bulan itu harus menahan sakit karena pembengkakan pembuluh darah.

diperbarui 03 Sep 2018, 21:00 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2018, 21:00 WIB
Bayi Wahyuni
Tubuh mungil Wahyuni Aritonang hanya bisa terbaring lemas. Bayi yang baru berusia beberapa bulan itu harus menahan sakit atas pembengkakan pembuluh darah. (Istimewa)

Tapanuli Tengah - Tanggal 6 Juli 2018 silam menjadi hari bahagia bagi pasangan asal Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Frengki Aritonang (32) dan Dewi Sartika Boru Hutauruk (28). Biduk rumah tangganya kembali dikaruniai seorang bidadari kecil. Bayi ke empat tersebut mereka beri nama Wahyuni Aritonang.

Di awal kelahiran, Wahyuni tampak sehat seperti bayi pada umumnya. Petaka mulai datang dua minggu setelah kelahiran Wahyuni. Bayi mungil ini divonis mengidap pembengkakan pembuluh darah. Frengki dan Dewi  panik. Mereka bingung mau membawa buah hatinya berobat ke mana. 

Di usianya yang masih dua bulan, Wahyuni harus menahan sakit. Dia terus menangis. Mulanya, Wahyuni mengalami demam tinggi, lalu terjadi pembengkakan di bagian kepala belakang. Bahkan kini, kulit kepalanya mulai terkelupas hingga bagian leher. Bagian tubuhnya itu mengeluarkan darah dan nanah.

Saat kondisinya makin memburuk, Frengki dan Dewi membawa Wahyuni ke Puskesmas di kawasan Sibabangun, Medan. Pihak Puskesmas kemudian merujuk Wahyuni ke RSUD Pandan. Satu minggu dirawat, kondisi Wahyuni tak kunjung membaik. Hanya terjadi penyusutan pmbengkakan.

"Kami semakin khawatir. Cuma ingin anak kami sembuh," kata Frengki sambil berlinang air mata di rumahnya, Dusun III, Desa Mombang Boru, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara (Sumut).

Menunggu Uluran Tangan

Kulit kepala dan leher Wahuni melepuh. Pihak Rumah Sakit menyarankan agar anak mereka dibawa ke rumah sakit di Medan. Frengki terkendala biaya. Selama ini, mereka memang hidup seadanya. Penghasilannya sebagai buruh harian lepas (BHL) hanya cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, apalagi BPJS juga tidak ada. 

Di RSUD Pandan, Frengki hanya bermodalkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Karena terkendala biaya, Wahyuni dipulangkan ke rumah dan dirawat seadanya. Kepalanya yang luka hanya dialasi daun pisang agar tak menempel di kain bantal.

Semangat keluarga Frengki menurun. Mereka mulai pasrah dengan kondisi Wahyuni. Frengki hanya berharap bantuan dari para dermawan dan pemerintah untuk pengobatan anaknya.

"Semoga pemerintah maupun para dermawan berkenan membantu biaya pengobatan putri saya ini," harap Frengki.

Simak berita Jawapos.com menarik lainnya, di sini.

Simak video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya