Cerita Aksesori Minimalis dari Yogyakarta Beromzet USD 8.000

Jangan meremehkan hobi. Perempuan satu ini bisa jadi inspirasi.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 21 Sep 2018, 10:32 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2018, 10:32 WIB
Henju
Aksesoris minimalis dari Yogyakarta berhasil tembus pasar ekspor dan meraup omzt USD 8.000 (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Gracy sejak masih duduk di bangku SMP sudah hobi membuat pernak-pernik aksesori. Ia pernah membuat aksesori dari monte atau mutiara dan dijual Rp 1.000 kepada temannya.

Perempuan kelahiran 32 tahun silam ini terus mempraktikkan kemahirannya membuat beragam aksesori. Sampai akhirnya pada 2012, ia memutuskan untuk membuka usaha dengan tiga orang temannya. Ia melabeli produknya dengan nama Henju by Gracy.

Henju merupakan kependekan dari Handmade Jewelry. Sesuai namanya, Gracia memproduksi perhiasan rangkaian tangan.

"Awalnya dijual secara online dan menargetkan pasar ekspor lewat etsy.com," tutur pemilik nama lengkap Gracy Sondang Marpaung ini beberapa waktu lalu.

Empat tahun kemudian barulah ia membuka toko di Jalan DI Panjaitan.

Aksesori yang dibuat beraneka ragam, seperti kalung, anting, cincin, dan gelang. Ia memperdalam kemampuannya membuat aksesori dengan belajar dari tayangan YouTube.

Bahan yang dipakai untuk membuat aksesori, antara lain, silver, sterling silver, dan rose gold. Seluruh produk dibikin langsung dari tangannya.

"Ada dua orang yang bertugas membuat aksesori, saya dan teman saya satu tim," ucap mantan penyiar radio swasta di Yogyakarta ini.

Dalam satu bulan ia biasanya menerima pesanan 100 sampai 200 aksesori. Sejak 2012, setidaknya ia sudah menjual lebih dari 20.000 produk aksesori.

Selain dijual secara online lewat promosi media sosial Instagram, Henju by Gracy juga memiliki sister shop di luar negeri dengan omzet per bulan berkisar USD 5.000 sampai 8.000.

Henju by Gracy juga menyuplai sejumlah butik di Amerika, Inggris, Hawaii, dan negara lainnya. Hampir 90 persen pesanan aksesori datang dari Amerika.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Perbedaan Konsumen Dalam dan Luar Negeri

Henju
Aksesoris minimalis dari Yogyakarta berhasil tembus pasar ekspor dan meraup omzt USD 8.000 (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Gracy juga mengamati perbedaan karakter pembeli aksesori dalam dan luar negeri. Kebanyakan pembeli lokal menyukai aksesori unik dan berwarna, sementara pembeli mancanegara menyukai aksesori minimalis.

"Saya membedakan desainnya," tutur Gracy.

Untuk desain lokal, ia memiliki desain unggulan berupa aksara Jawa. Cincin, kalung, gelang, anting dari lilitan kawat silver dirangkai menjadi sebuah kata dalam aksara Jawa.

Kawat yang digunakan juga tidak sembarangan. Ia menggunakan kawat Gold Filled yang didatangkan dari Amerika. Kawat ini memiliki ketahanan tidak luntur sampai 30 tahun.

Selain menggunakan kawat, ia juga merangkai aksesori dengan memberi ornamen batu dari berbagai negara, seperti India. Pemilihan bahan yang tidak asal-asalan juga menambah nilai jual Henju sebagai produk aksesori minimalis yang elegan.

Pembeli juga bisa memilih langsung produk di toko atau memesan sesuai keinginan. Ia membanderol produk Henju mulai dari USD 5 sampai 200.

 

Tidak Selalu Mulus

Henju
Aksesoris minimalis dari Yogyakarta berhasil tembus pasar ekspor dan meraup omzt USD 8.000 (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Pemasaran produk Henju by Gracy juga menemukan kendala. Salah satunya, riset soal kata kunci supaya produknya bisa tampil di laman pertama Google.

"Kami selalu berusaha mencari kata kunci populer dan yang memungkinkan untuk langsung tampil di laman pertama mesin pencari Google," ucapnya.

Gracy juga memanfaatkan aplikasi Google Bisnisku untuk membantu mengatur waktu pengelolaan toko dan hari libur pekerja. Aplikasi itu juga menolongnya untuk mendata jumlah orang yang mencari alamat Henju by Gracy lewat mesin pencari Google.

"Pernah ada pembeli dari Belanda lagi liburan ke Yogyakarta, dia menemukan lokasi toko kami lewat Google," ujarnya.

Gracy juga tidak menampik pengiriman barang ke luar negeri tidak selalu mulus. Ia pernah mengalami tiga kali kehilangan barang dalam ekspedisi.

Meskipun demikian, ia menganggap hal itu masih wajar. Jika ada barang yang hilang, ia langsung mengganti dan mengirimkan ulang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya