Liputan6.com, Garut - Hasil tangkapan nelayan Pantai Selatan, Garut, Jawa Barat, terus menurun akibat cuaca yang tidak menentu. Kebahagiaan mereka terkadang lenyap dalam sesaat, ketika cuaca esktrem berlangsung.
"Mau bagaimana lagi, masa dipaksakan, kan bahaya juga. Lihat saja, ombaknya tinggi sekali," ujar Agung (25), seorang nelayan, sambil menunjukkan besarnya ombak di pantai Ranca Buaya, Garut, Rabu, 26 September 2018.
Menurut dia, angin pasang yang datang mendadak kerap merepotkan nelayan. Selain tidak kunjung melaut, kondisi itu menyebabkan tangkapan ikan semakin menjauh hingga tengah tengah laut.
Advertisement
"Itu pun mesti bersaing dengan tingginya gelombang," kata dia menambahkan.
Advertisement
Baca Juga
Dalam satu minggu, rata-rata perubahan iklim akibat kencangnya tiupan angin hampir terjadi setiap hari. Tak ayal, situasi itu menyulitkan nelayan. "Jika tidak ada perubahan ya kami menepi, membahayakan," kata dia mengingatkan.
Akibat perubahan iklim yang terbilang cepat, rata-rata tangkapan ikan turun hingga 60 persen. Jika awalnya rata-rata ia bersama rekannya mampu menjaring ikan hingga 80 kilogram, kini hanya 25 kilogram.
"Dapat 1 kuintal sekarang sulit, kadang cuma 15 kilogram, itu pun ikannya kecil-kecil, Namanya di laut enggak menentu," ujar Angga, nelayan Garut lainnya menambahkan.
Merujuk pada pengalaman tahun-tahun sebelumnya, cuaca angin laut terkadang berubah secara ekstrem saat memasuki tiga bulan terakhir menjelang pergantian tahun.
Saat itu rata-rata angin laut yang berembus ke darat lebih sering terjadi cukup kencang, sehingga menyebabkan terjadinya angin pasang.
"Tapi ada hikmahnya, biasanya kami bisa memperbaiki jaring yang rusak, sambil menunggu cuaca membaik," kata dia.
Meskipun siklus alam itu sulit dihentikan, ia tetap berharap, karena masih ada beberapa saat yang masih dilakukan untuk melakukan tangkapan.
"Kan, tidak sebulan full (pasang), ada saat tertentu kecil (angin), kita langsung berangkat," ujar dia menyiasati cuaca ekstrem yang terjadi.
Saksikan video pilihan berikut ini: