Liputan6.com, Jakarta - Gempa mengguncang bumi Sulawesi Tengah. Sejumlah daerah terdampak gempa termasuk Palu, ibu kota Sulawesi Tengah, selain daerah yang berbatasan seperti Donggala dan Sigi. Kini perhatian terarah ke sana, juga bantuan dan doa. Petugas dan relawan mengevakuasi korban-korban di Palu dan daerah terdampak lain.
Dataran Kota Palu dikelilingi oleh pegunungan dan pantai. Sebagian besar merupakan daerah pegunungan. Peta ketinggian mencatat, 376,68 kilometer persegi (95,34 persen) wilayah Kota Palu berada pada ketinggian 100-500 mdpl dan hanya 18,38 kilometer terletak di dataran yang lebih rendah.
Kota Palu terletak di bagian Utara khatulistiwa. Kota Palu menjadi salah satu kota tropis terkering di Indonesia dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun.
Advertisement
Baca Juga
Bagaimana sejarah peradaban di Palu?
Seperti dilansir di situs resmi pemerintah setempat, Palu adalah kota baru yang letaknya di muara sungai. Dr. Kruyt menguraikan bahwa Palu merupakan tempat baru dihuni orang (De Aste Toradja’s van Midden Celebes).
Awal mula pembentukan kota Palu berasal dari penduduk Desa Bontolevo di Pegunungan Ulayo. Setelah pergeseran penduduk ke dataran rendah, akhirnya mereka sampai di Boya Pogego sekarang ini.
Kota Palu sekarang ini bermula dari kesatuan empat kampung, yaitu Besusu, Tanggabanggo (Siranindi) sekarang bernama Kamonji, Panggovia sekarang bernama Lere, Boyantongo sekarang bernama Kelurahan Baru. Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut Patanggota.
Salah satu tugasnya adalah memilih raja dan para pembantunya yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan. Kerajaan Palu lama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda mengadakan pendekatan terhadap Kerajaan Palu.
Belanda pertama kali berkunjung ke Palu pada masa kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk mendapatkan perlindungan dari Manado di tahun 1868. Pada 1888, Gubernur Belanda untuk Sulawesi bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang Kayumalue.
Setelah peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan jenazahnya dibawa ke Palu. Setelah itu, ia digantikan oleh Raja Jodjokodi, pada tanggal 1 Mei 1888 Raja Jodjokodi menandatangani perjanjian pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.
Dari mana nama Kota Palu bermuasal?
Dari berbagai sumber populer, nama kota Palu berasal dari kata Topalu'e artinya tanah yang terangkat. Daerah ini awalnya lautan, kemudian gempa dan pergeseran lempeng (palu koro) mengangkat daerah yang tadinya lautan tersebut. Terbentuklah daratan lembah yang sekarang menjadi Kota Palu.
Versi lain menyebutkan bahwa kata asal usul nama Kota Palu berasal dari bahasa kaili berarti bambu yang tumbuh dari daerah Tawaeli sampai di daerah Sigi. Bambu sangat erat kaitannya dengan masyarakat suku Kaili, suku setempat. Masyarakat Kaili punya ketergantungan tinggi dalam penggunaan bambu, untuk bahan makanan, bahan bangunan, perlengkapan sehari hari, permainan, serta alat musik.