Liputan6.com, Kediri - Berawal dari kehidupan jalanan, delapan anak punk Kediri ini acap kali terpaksa harus berurusan dengan petugas penegak perda atau Satpol PP, karena keberadaanya dianggap telah menggangu ketertiban umum. Bahkan, tidak sedikit masyarakat yang memandang mereka sebelah mata, dan menganggapnya tidak memiliki masa depan yang cerah.
Dengan dandanan yang tidak lazim, rambut mohawk, kuping ditindik dan segala atribut aksesori yang melekat pada bajunya, hal inilah yang membuat masyarakat tidak begitu menghormati keberadaan mereka.
Bosan dengan kerasnya kehidupan di jalan, mendadak kemudian timbul keinginan dari anak-anak punk ini untuk mengubah nasib. Bak gayung bersambut, keinginan mereka tersebut kemudian diakomodasi Satpol PP Kota Kediri dan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.
Advertisement
Baca Juga
Karena keinginannya untuk mengubah hidup begitu kuat, ada beberapa pengusaha yang tertarik untuk memberdayakan mereka. Mereka kemudian diajak untuk berwiraswasta berbisnis waralaba.
"Mereka ini sudah lama tidak turun ke jalan. Sejak tahun 2015 mereka dibina. Hari ini, kita berikan mereka peluang usaha," tutur Bagus Romadhon, pemilik usaha makanan sosis, Jumat (12/10/2018).
Bagus Romadhon menjelaskan, anak-anak punk ini terpaksa mencari uang di jalanan sebagai pengamen karena sejumlah faktor. Di antaranya karena latar belakang keluarga mereka yang brokenhome serta persoalan ekonomi yang dihadapi.
"Mereka akan menerima upah tiap bulan, jika nantinya sukses dan berkembang nanti kita buka cabang lagi. Sementara ini dulu," katanya.
Selama beberapa tahun vakum di jalanan, anak-anak punk ini mengisi kegiatan yang membawa dampak positif di masyarakat. "Mereka ini juga pernah ikut kegiatan penggalangan dana bantuan bencana beberapa waktu lalu," ucapnya.
Â
Ingin Beli Vespa
Selain menjual produk makanan dan minuman, mereka juga dilatih untuk menjadi agen pulsa, token listrik, dan travel. Teknisnya, mereka mangkal di dua lokasi yakni di Jalan Veteran dan Jalan Tem.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Kediri Ali Mukhlis mengingatkan kepada mereka untuk tetap menaati peraturan meskipun saat ini mereka sudah berwirausaha berjualan di jalan.
"Bukan cuma membina saja, mereka juga kita berdayakan. Meski pun mereka berjualan di jalan, tetap harus mentaati Perda dan Perwali yang sudah ada, yang mengatur tentang kegiatan usaha," tutur Ali.
Di samping itu, ia berharap nantinya mereka tidak terlalu lama berjualan di jalan dan apabila berhasil, maka mereka dapat menyewa tempat sendiri kelak. "Jika usahanya sukses, mereka bisa kontrak menyewa tempat," ujarnya.
Mereka yang diberdayakan untuk diberi pekerjaan ini pada umumnya masih berusia produktif. Salah seorang anak punk, Alenardo (17) mengaku, dirinya sudah berhenti hidup di jalanan sebagai anak punk sejak dua tahun lalu.
Ketika ditanya alasannya, Alenardo menjawab ia ingin hidup bersih dan tidak kotor lagi. "Kalau dulu kotor, ya enggak pernah mandi, ngamen gitu. Saya sangat beruntung bisa ikut program ini," jawab pemuda yang mengaku putus sekolah sebanyak dua kali ini.
Alenardo memiliki keinginan jika nantinya uang hasil upahnya terkumpul tiap bulan, akan ia pergunakan untuk membeli vespa. ‎
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement