Kegalauan Anak-Anak Korban Tsunami Palu untuk Kembali Bersekolah

Rata-rata sekolah belum ada kegiatan belajar-mengajar karena siswa korban gempa dan tsunami Palu yang datang sangat sedikit dan mereka masih trauma untuk masuk kelas.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Okt 2018, 10:31 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2018, 10:31 WIB
Anak Korban Gempa Palu
Anak korban gempa Palu. (Liputan6.com/Dok. Kemensos)

Liputan6.com, Palu - Lebih dari dua minggu, aktivitas kegiatan belajar-mengajar sekolah di Kota Palu hingga kini belum berjalan normal. Siswa-siswa korban gempa dan tsunami Palu belum mulai bersekolah setelah bencana yang melanda ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu, termasuk tiga kabupaten lainnya pada 28 September lalu.

Pantauan Antara di sejumlah sekolah di Palu, Senin (15/10/2018), rata-rata sekolah belum ada kegiatan belajar-mengajar karena siswa korban gempa dan tsunami Palu yang datang sangat sedikit dan mereka masih trauma untuk masuk kelas.

Seperti yang terlihat di Sekolah Dasar (SD) Tatura II dan SD Tatura III di bilangan Jalan I Gusti Ngurah Rai, Kecamatan Palu Selatan, siswa yang hadir tidak sampai 10 orang.

"Bagaimana mau belajar Pak, jika murid yang datang saja tidak sampai 10 orang," kata Kepala Sekolah SD Inpres II Tatura, Nirwana Novitasari.

Ia mengatakan jumlah murid ada sekitar 300 orang, tetapi yang datang ke sekolah tidak sampai 10 orang.

Memang siswa-siswa itu belum belajar, tetapi siswa yang datang diberi motivasi dan semangat agar mereka tetap tabah dan mau sekolah lagi.

"Kita tidak paksakan mereka untuk belajar normal seperti biasa, sebab pascagempa dan tsunami membuat orang, termasuk anak-anak, trauma berat dan perlu pemulihan," kata dia.

Menurut dia, yang penting mereka mau datang ke sekolah dulu. Soal belajar nanti setelah kondisi anak-anak sudah baik, baru proses belajar-mengajar dilakukan.

Suasana sama juga terlihat di SD Inpres II dan SD Inpres VI Lolu, kecamatan Palu Timur. Di dua sekolah itu juga belum ada aktivitas belajar-mengajar. Guru dan murid yang datang hanya bersih-bersih dan setelah itu diperkenankan untuk pulang.

"Kita maklumi dengan kondisi seperti ini, sebab banyak murid yang mengungsi bersama orangtua saat gempa dan tsunami menghajar Kota Palu dan beberapa kabupaten lainnya di Provinsi Sulteng yang menelan korban ribuan jiwa dan memporak-porandakan bangunan rumah, fasilitas pemerintah, infrastruktur jalan, jembatan, listrik dan telekomunikasi.

Bencana alam tersebut mengakibatkan perekonomian di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala terpuruk dan butuh waktu cukup lama untuk bisa bangkit kembali.

Basri, seorang guru di SD Inpres VI Lolu, membenarkan sudah sepekan terakhir ini, sekolah sudah dibuka kembali, tetapi belum ada kegiatan belajar mengajar, sebab murid yang datang hanya sedikit. Memang butuh waktu lama, sebab anak-anak pasti belum mau sekolah karena masih trauma.

Dia juga mengatakan kemungkinan besar proses belajar mengajar akan dilakukan sementara di tenda halaman sekolah. "Kita masih tunggu tenda dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk sekolah-sekolah," kata dia.

Kalau belajar dan mengajar di tenda mungkin akan lebih maksimal, karena anak-anak korban gempa dan tsunami Palu dipastikan enggan belajar di kelas, meski bangunan sekolah tidak rusak, katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya