Mereguk Sempurna Pagi di Gulamo, Sungai Eksotis di Balik Bukit Barisan

Sebuah kawasan eksotis berbatuan karst yang di tengahnya ada sungai hijau masih alami. Bebatuan membentuk tebing tinggi seolah membentengi sungai, sehingga kawasan ini diberinama Green Canyon-nya Riau.

oleh M Syukur diperbarui 27 Okt 2018, 06:03 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2018, 06:03 WIB
Green Canyon-nya Riau
Green Canyon-nya Riau (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Rimbunnya pepohonan di Bukit Barisan yang melapisi danau PLTA Koto Panjang ternyata menyimpan berbagai keindahan yang elok dilihat mata. Tak hanya Bukit Bungkuk yang bergandengan dengan Ulu Kasok, kini ada juga perbukitan yang tersimpan di balik bukit itu yang diberi nama Gulamo.

Sebuah kawasan eksotis berbatuan karst yang di tengahnya ada sungai hijau masih alami. Bebatuan membentuk tebing tinggi seolah membentengi sungai, sehingga kawasan ini diberi nama Green Canyon-nya Riau.

Belakangan, kawasan ini cukup fenomenal. Setiap harinya dikunjungi puluhan wisatawan, setelah dua tahun lalu ditemukan mahasiswa pecinta alam. Lokasi ini digadang-gadang akan dijadikan sebagai geologi wisata oleh pemerintah daerah setempat.

Beberapa waktu lalu, Liputan6.com punya kesempatan mengunjungi lokasi ini. Dari Pekanbaru, butuh satu jam lebih ke PLTA Koto Panjang. Tiba di sana, ada sebuah perahu berukuran sedang sudah menunggu.

Cukup mengeluarkan uang Rp 200 ribu menaikinya. Nominal yang tak besar karena bisa patungan beberapa orang. Di perahu ini, menjelang sampai ke lokasi, pengunjung bisa menikmati durian dicampur ketan putih. Panganan ini sudah masuk dalam bayaran tadi.

"Cuman tiga puluh menit saja bang, sambil makan durian takkan terasa," ucap pengemudi perahu.

Sembari satu persatu durian dinikmati mulut, pengunjung mulai disuguhi hijaunya perairan Sungai Gulamo. Tak lama setelah itu, ada bukit-bukit dengan sungai tadi sebagai pemisahnya. Pengunjungpun turun di sebuah air terjun yang memanjakan mata.

Seorang wisatawan, Ujang Vandora, mengaku sudah lima kali berkunjung karena sudah jatuh cinta dengan Gulamo. Hiruk pikuk kota membuat dirinya suka mencari lokasi yang masih terjaga keasriannya.

"Lokasi yang dingin, tidak ada bising kecuali suara dari alam. Tidak ada masyarakat yang menebang hutan di sini, semoga tetap terjaga kedepannya," kata Ujang, 21 Oktober 2018 lalu.

Diapun berharap Pemerintah Kabupaten Kampar menjadikan lokasi sebagai destinasi unggulan selain Ulu Kasok. Selain memberikan relaksasi bagi wisatawan, diperhatikannya lokasi ini akan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

"Kalau ramai dikunjungi, perahu warga akan sering disewa. Durian yang dijual pada musimnya akan laku juga," kata Ujang.

Diapun berharap pemerintah juga meningkatkan kebersihan sebelum menuju lokasi. Pengunjung yang sudah ke lokasi juga dimintanya tak membuang sampah sembarangan.

"Perahunya juga ditambah karena kian hari makin banyak pengunjung," sebutnya.

 

Green Canyon Riau

Green Canyon-nya Riau
Green Canyon-nya Riau (Liputan6.com/M Syukur)

Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar Zulkarnain Dharma menyebut lokasi ini sebagai Green Canyon-nya Sumatera. Selain sungai, pengunjung disebutnya akan disejukkan dinginnya air terjun.

"Bisa mandi asal dijaga kebersihan. Kami menghimbau pecinta wisata alam beramai-ramai ke sini. Untuk akses tidak perlu khawatir," katanya.

"Konsumsi juga sudah tersedia. Apalagi pas musim durian, buah ini akan menemani wisatawan dalam perjalanan ke Gulamo. Biayanya terjangkau oleh masyarakat," terangnya.

Diapun menyebut Gulamo sudah masuk dalam program wisata geologi bekerjasama dengan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Riau. Pasalnya lokasi ini bisa menjadi objek penelitian geologi yang jurusannya sudah ada di salah satu perguruan tinggi di Riau.

Sementara itu, Ketua IAGI Riau Irdaz Muzwar menerangkan, dipilihnya Gulamo karena unsur geologisnya sangat banyak dan menarik untuk dijadikan penelitian. Pihaknya juga akan menjadikan geologi di lokasi itu sebagai edukasi bagi wisatawan.

"Nanti akan dijelaskan ke wisatawan bagaimana batu-batu di Gulomo terbentuk," kata Irdaz.

Dia menyebutkan, Gulamo tengah diteliti oleh ahli geologi di Riau bersama sejumlah mahasiswa dari Universitas Islam Riau. Hasilnya akan dipresentasikan dalam pertemuan 500 ahli geologi se Indonesia yang akan rencanakan berlangsung dari 29 Oktober hingga 1 November 2018.

"Pemerintah Kabupaten Kampar dan Riau sangat mendukung ini," kata Irdaz.

Menurut Irdaz, batu-batu berbentuk tebing di kedua sisi Sungai Gulamo sangat unik. Hal ini dipercantik lagi dengan warna air hijau di sungai sehingga Gulamo selama ini disebut sebagai Grand Canyon-nya Riau.

"Inilah yang nantinya dijelaskan ke wisatawan sebagai edukasi," kata Irdaz.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya