Ini Alasan Mengapa Wisata Belitung Perlu Berkonsep Nomadic Tourism

Belitung di Provinsi Babel sangat cocok menjadi kawasan wisata berkonsep nomadic tourism.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 30 Okt 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2018, 17:00 WIB
20160902-Pantai Parai Tenggiri, Sang Primadona dari Pulau Bangka Belitung-Bangka
Gugusan batuan yang berjajar rapi dan terlihat apik di Pantai Parai Tenggiri tersebut dinamakan Rock Island. Suasana di Rock Island ini sangat romantis, terutama ketika malam hari. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Belitung di Provinsi Bangka Belitung (Babel) angat cocok menjadi kawasan wisata berkonsep nomadic tourism. Hal tersebut setidaknya diyakini Menteri Pariwisata Arief Yahya. Dengan karakteristik Belitung yang terdiri dari banyak pulau, konsep nomadic tourism akan menjadi solusi masalah amenitas.

Salah satunya seperti konsep nomadic yang diterapkan Eco Beach Tent di Pantai Tanjung Kelayang, Belitung. Dalam kunjungan kerjanya ke Belitung pada Senin (29/10/2018) kemarin, Arief Yahya menyempatkan diri melihat Eco Beach Tent yang menawarkan menginap di satu kawasan tepi pantai yang sangat alami, namun dengan fasilitas seperti hotel berbintang.

"Di Belitung ini ada lebih dari 100 pulau, kalau kita bangun amenitas dengan bangunan yang fixed waktunya akan lama. Nomadic tourism adalah sesuatu yang sifatnya temporary, tapi saya berani mengatakan bahwa ini akan menjadi solusi sementara sebagai solusi selamanya," ujar Arief Yahya, menurut informasi resmi yang diterima Liputan6.com, Selasa (30/10/2018).

Nomadic tourism adalah segala aktivitas atau bisnis yang terkait gaya hidup dan budaya berpindah-pindah seperti menggunakan glam camp, home pod, dan caravan sebagai fasilitas akomodasi.

Arief Yahya mengatakan, dengan nomadic tourism maka investor tidak perlu banyak pertimbangan dibanding dengan membangun sebuah hotel yang permanen. Dengan amenitas yang mudah dibangun, maka akan sangat mudah juga untuk dipindah jika tidak cocok di suatu spot destinasi wisata.

"Selain itu pasar dari nomadic tourism ini juga besar. Untuk pasar domestik diperkirakan ada 21 juta orang dan untuk wisman total ada 30 juta yang menginginkan konsep nomadic tourism. Jadi pasarnya besar," ujar Arief Yahya.

Arief Yahya mendorong agar pengembangan nomadic tourism dapat terus dikembangkan di Belitung. Tidak hanya investor besar, tapi juga bisa dilakukan dari komunitas (masyarakat). Kemenpar akan membantu mencarikan pendanaan dengan meyakinkan perbankan agar mau menyalurkan dana pinjaman untuk investasi.

"Ujungnya seperti KUR Pariwisata atau dana desa yang boleh digunakan untuk membangun amenitas seperti ini. Kita juga siap membantu mempromosikan siapa-siapa yang menjalankan konsep nomadic tourism seperti ini," kata Arief Yahya.

Eco Beach Tent sendiri berada di salah satu bagian terbaik di pantai Belitung, Tanjung Kelayang. Berdiri di atas lahan seluas 6 hektar, Eco Beach Tent menawarkan pengalaman luar biasa untuk wisatawan. Menginap di sebuah tenda di kawasan yang sangat alami, namun dengan fasilitas seperti hotel berbintang.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya