Batam di Simpang Wisata, Narkotika, dan Angka HIV / AIDS

Batam berada di peringkat tujuh kota dengan penyandang HIV / AIDS terbanyak di Indonesia.

oleh Ajang Nurdin diperbarui 14 Nov 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2018, 16:00 WIB
Jembatan Barelang Dari Udara
Foto udara pemandangan dari jembatan Barelang di Batam, Kepulauan Riau, Senin (7/5). Jembatan ini menghubungkan menghubungkan pulau Batam dengan Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Batam - Batam menempati peringkat 7 kota di Indonesia dengan penyandang HIV/AIDS terbanyak. Kondisi ini dipandang sebagai situasi darurat.

Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Kota Batam Peter Pureklolong memandang sudah saatnya Batam memiliki Perda Penanggulangan HIV / AIDS.

"Jangan hanya fokus pada pariwisata. Sisi lain harus diperhatikan terutama dampak migran," kata Peter Pureklolong  di Hotel Harmoni One Saat diskusi Publik Kementrian Perempuan, Selasa, 13 November 2018.

Diakui bahwa penyandang HIV / AIDS di Batam lebih rendah dibanding Jakarta. Namun jika dicermati, penyebarannya lebih cepat. Ini bisa dilacak dari data kasus sejak 1998 hingga 2018.

"Ada 600 kasus dan sekitar seratus meninggal dunia di Batam untuk 2018," kata Peter.

Simak video menarik berikut :

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Simpang Seks dan Narkotika

aids batam
Peter Pureklolong, Ketua Komisi Penanggulangan HIV / AIDS Batam. (foto: Liputan6.com / ajang nurdin)

Deputi Rehabilitas HIV / AIDS dari Kementrian Sosial RI Soni M Manalu menilai wajar jika Batam memiliki laju pertumbuhan penyandang HIV / AIDS cukup tinggi. Itu merupakan salah satu dampak sebagai kota persinggahan menuju kota wisata. Migrasi manusia dari dalam dan luar negeri sangat tinggi.

"Saat ke Batam banyak yang berpikir bahwa tempat ini surga hiburan. Banyak pula yang beranggapan terkait dengan sex  dan narkotika. Nah, HIV / AIDS kan lebih banyak di kantong mereka," kata Soni.

Yang bisa dilakukan saat ini adalah mengedukasi peran Pemda. Upaya sosialisasi ke kelompok tertentu  seperti pekerja seks dan pekerja hiburan di sektor wisata mutlak dibutuhkan.

Ketua Asosiasi Tour and Travel (ASITA) Kepri Andika Lim mengatakan Batam adalah kawasan pintu masuk wisatawan luar negeri melalui jalur laut. Terutama dari Singapura atau yang melewati Singapura.

"Mereka bukan hanya untuk Long stay," kata Andika.

Keberadaan wisata pijat dan belanja murah menjadi daya tarik khusus. Itu sebabnya banyak yang ketagihan.

Saat ini wisatawan tak hanya butuh pemandangan alam maupun budaya. Secara budaya wisatawan dari Singapura dan Malaysia memiliki kesamaan. Mereka ke Batam mencari sesuatu yang berbeda.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya