Liputan6.com, Bandung - Keluarga Besar Bumi Siliwangi (Kabumi), unit kegiatan mahasiswa seni tradisional Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, berhasil memecahkan rekor dunia kategori memainkan angklung dengan jumlah grup terbanyak.
Penghargaan rekor itu terungkap dalam acara bertajuk Angklung's Day yang diikuti 5.500 peserta dari pelajar tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar, menengah pertama, hingga menengah. Rekor dicatatkan lembaga rekor dunia versi Record Holders Republic (RHR) dalam acara di halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Minggu (18/11/2018).
Animo sangat luar biasa dari para peserta terlihat dari 170 grup yang mengikuti acara bermain angklung bersama dalam kegiatan Hari Angklung Sedunia tersebut. Setelah ditinjau secara langsung oleh RHR, Kabumi UPI Bandung dinilai layak mendapatkan penghargaan.
Advertisement
Baca Juga
"RHR memberikan penghargaan kepada panitia Angklung's Day dari Kabumi UPI yang memainkan angklung sebanyak 170 grup dalam waktu 30 menit," kata perwakilan RHR, Lia Mutisari saat mengumumkan penghargaan di atas panggung.
Pantauan Liputan6.com di lokasi, para peserta memainkan angklung sebanyak 10 lagu. Mulai dari medley empat lagu tradisional seperti Alusi Ahu (Sumatera Utara), Peuyeum Bandung (Jawa Barat), Don Dap Dape (Bali), dan Yamko Rambe Yamko (Papua).
Sedangkan enam lagu sisanya berasal dari Benua Afrika, Eropa, Asia, Australia, Amerika serta lagu pamungkas Heal The World karya bintang pop dunia, Michael Jackson.
Kegiatan bermain angklung sendiri dimulai pukul 10.00 WIB. Meski cuaca panas, para siswa dan guru pembimbing tidak bergeming sedikitpun dari lokasi kegiatan dan tetap membawakan musik angklung secara serentak.
Usai bermain angklung, panitia lalu mengumumkan penghargaan. Ketua Kabumi Ahmad Ni'amulloh naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan rekor dari RHR.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendapat penghargaan sebagai pihak pemerintah dalam hal ini mewakili Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) yang mendukung kegiatan Hari Angklung Sedunia berlangsung.
Ditemui di akhir kegiatan, Ahmad Ni'amulloh mengakui untuk mengumpulkan 5.500 peserta, pihaknya mengundang siswa dari TK hingga SMA/SMK. Ahmad mengatakan, kegiatan merupakan bagian dari peringatan saat angklung dikukuhkan sebagai Kekayaan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Sampai sekarang kegiatan ini telah memasuki tahun pelaksanaan ke-9 kali.
"Persiapan sendiri hampir lima bulan dan kita membutuhkan massa yang sangat banyak untuk kegiatan ini," kata Ahmad.
Ia mengatakan, sebanyak 500 anggota Kabumi juga turut berpartisipasi dalam acara ini. Mulai dari angkatan pertama hingga angkatan ke-33.
"Jadi total peserta sekitar 6.000 orang. Angklung's Day ke-9 ini adalah peserta dari acara perayaan sebelumnya dan baru. Mereka datang dari berbagai kota dan provinsi seperti Subang, Majalengka, Bogor, Karawang, Jakarta, Kalimantan, bahkan ada grup angklung dari Hiroshima, Jepang," tuturnya.
Alat Diplomasi
Pemecahan rekor dunia angklung oleh lembaga rekor dunia RHR juga disambut baik oleh Ridwan Kamil. Menurutnya, penghargaan ini jangan membuat kita cepat puas.
"Bagi kita bukan soal pecah rekor tidaknya tapi kita sudah bertekad bahwa angklung ini harus mendunia karena sejak 2010 sudah dinyatakan sebagai warisan dunia tak benda," ujar Ridwan.
Emil, sapaan akrabnya berkata, pihaknya sudah melobi pemerintah pusat agar angklung terus dipopukerkan ke negara-negara lain. Karena menurutnya, saat mendapatkan tugas dinas ke luar negeri, angklung sering menjadi alat diplomasi paling mudah, paling unik dan bisa dimainkan dengan lagu dari masing-masing dari negara.
"Salah satu yang sudah kami lakukan melobi Bu Menlu RI dan Pak Wapres dalam berbagai kesempatan agar mewajibka setiap kedutaan besar di seluruh dunia punya instrumen angklung," ucap mantan Wali Kota Bandung itu.
Selain itu, kata Emil, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga akan menghadirkan angklung dalam berbagai pusat kebudayaan. "Pusat-pusat kebudayaan akan kita kembangkan sehingga ketika ke Bandung tidak hanya ke Angklung Udjo tapi di tempat lain juga ada. Sesuai dengan visi misi provinsi pariwisata maka instrumen kebudayaan Sunda ini hadir selamanya," katanya.
Ke depan, ia pun berkeinginan agar di Jabar ada kegiatan penanaman bambu yang merupakan bahan utama pembuatan angklung. Sebab, saat ini kondisi bahan baku bambu mulai sulit didapatkan.
"Tadi saya baru tahu. Nanti saya perintahkan tanah-tanah di Jawa Barat yang tidak ada fungsi sosial agar ditanami bambu saja yang bambunya bisa dipanen untuk kelestarian budaya lokal. Karena tidak semua bambu bisa dijadikan instrumen musik angklung," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement