Liputan6.com, Cilacap - Musim hujan identik dengan bulan-bulan penuh bencana. Cuaca ekstrem bisa memicu banjir, longsor dan tiupan angin kencang hingga puting beliung.
Bentangan pegunungan tengah Jawa di Kabupaten Cilacap dan Banyuma membuat dua daerah ini rawan longsor dan banjir bandang. Hujan lebat juga memicu risiko banjir rendaman di daerah dataran rendah.
Selasa dan Rabu, hujan lebat mengguyur dua kabupaten ini setelah lebih dari sepekan cuaca dominan panas tanpa hujan. Bisa ditebak, hujan yang tak kunjung berhenti ini pun langsung memicu bencana tanah longsor di dua kabupaten ini.
Advertisement
Baca Juga
Meski tak sampai menimbulkan korban jiwa, akan tetapi longsor yang terjadi ini menunjukkan betapa wilayah pegunungan aman rawat gerakan tanah atau longsor akibat dipicu cuaca esktrem.
Apalagi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa pada akhir November hingga awal Desember 2018 ini, di wilayah Cilacap dan Banyumas berpotensi terjadi cuaca buruk.
Prakirawan BMKG Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan cuaca ekstrem ini dipengaruhi pulau Jawa yang dipenuhi oleh awan hujan. Selain itu, kondisi atmosfer yang sangat basah menyebabkan cuaca cenderung tak stabil.
Dalam kondisi seperti ini, potensi terbentuknya awan Cumulonimbus sangat besar. Awan Cumulonimbus adalah awan yang berpotensi memicu puting beliung atau angin langkisau.
"Pada umumnya, kondisi atmosfer di atas wilayah Jawa, sangat labil. Dan juga kondisi atmosfer sangat basah. Sehingga pertumbuhan awan-awan hujan dan juga awan Cumulonimbus," katanya, Kamis, 29 November 2018, menjelaskan fenomena cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi pada akhir November dan awal Desember 2018.
Cara Mudah Kenali Tanda-tanda Bakal Terjadi Longsor
Menurut dia, cuaca ekstrem sudah terjadi dua hari terakhir, pada 27 dan 28 November 2018. Alat pengukur BMKG menunjukkan bahwa curah hujan sudah lebih dari 100 milimeter per hari atau berkategori hujan ekstrem.
Pada dasarian pertama, banjir melanda satu desa di Kecamatan Maos. Kemudian, pada Dasarian kedua, banjir melanda lima desa di Kecamatan Nusawungu. Longsor juga terjadi di beberapa wilayah Banyumas dan Cilacap.
Selain memicu longsor dan banjir, dalam kondisi atmosfer labil, Banyumas dan Cilacap juga sangat mungkin dilanda tiupan angin kencang dan sambaran petir. Karenanya, ia meminta warga untuk meningkatkan kewaspadaan.
Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Kusworo pun mengimbau agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Utamanya, warga di zona merah longsor atau banjir.
Sebenarnya, masyarakat pun dengan mudah bisa mengenali tanda-tanda bakal terjadinya longsor. Di antarannya, muncul retakan tanah yang terus bergerak. Pohon-pohon tidak berdiri sempurna atau duyung.
“Waspada jika ada sumber air baru yang keruh dan air sumur keruh, jendela dan pintu rumah susah dibuka karena sudah ada pergerakan tanah,” Kusworo mengungkapkan.
Ia meminta agar warga segera berkoordinasi dengan lembaga terkait jika melihat tanda-tanda tersebut. Hal itu merupakan salah satu langkah mitigasi bencana untuk mencegah terjadinya korban jiwa atau kerugian lebih besar.
Daerah di luar peta rawan bencana longsor dan banjir pun bukannya tak berisiko dilanda bencana. Soalnya, pada musim hujan, potensi terjadinya angin kencang atau puting beliung pun meningkat.
Sebab itu, ia meminta agar masyarakat di daerah rawan longsor dan banjir meningkatkan kewaspadaan saat turun hujan lebat. Untuk mengantisipasi angin kencang atau puting beliung, masyarakat juga bisa memangkas dahan pohon yang terlalu rimbun atau tinggi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement