Pesan Terakhir Marian di Perbatasan Malaysia

Jenazah Marian berhasil diidentifikasi oleh petugas medis di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau, Jalan Kartini, Kota Pekanbaru, setelah diserahkan oleh Polres Bengkalis. Selain Marian, ada dua jenazah lainnya yang juga sudah teridentifikasi.

oleh M Syukur diperbarui 04 Des 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 04 Des 2018, 15:00 WIB
Ilustrasi laut
Ilustrasi dasar laut (iStock)

Liputan6.com, Pekanbaru - Empat bulan merantau di Malaysia, Marian Suhadi mengeluh sakit dan ingin pulang ke rumah orang tuanya di Desa Pantai Cermin, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Keluhan itu diutarakan Marian pada 19 November 2018.

Marian merupakan satu di antara sembilan jenazah yang ditemukan mengapung di perbatasan Indonesia-Malaysia. Dia ditemukan sejumlah nelayan di Desa Pambang Pesisir, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Riau, di Selat Malaka.

Jenazah Marian berhasil diidentifikasi oleh petugas medis di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau, Jalan Kartini, Kota Pekanbaru, setelah diserahkan oleh Polres Bengkalis. Selain Marian, ada dua jenazah lainnya yang juga sudah teridentifikasi.

Marian sendiri dijemput keluarganya ke Pekanbaru setelah menempuh perjalanan 14 jam. Jenazah Marian dibawa pulang keluarganya pada Sabtu malam, 3 Desember 2018.

Paman Marian, Fajar Sembiring mengatakan, pencarian berdasarkan inisiatif sendiri karena Marian sudah tak ada kabar sejak menelpon terakhir itu. Lalu ada kabar tentang penemuan jasad oleh nelayan di perbatasan itu.

"Maka kami melangkah kemari ternyata di rumah sakit ini ada," ujarnya di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau.

Fajar menceritakan, Marian merupakan TKI di Malaysia dan sudah empat bulan bekerja di sana. Tanggal 19 November 2018, Marian mengontak keluarga dan menyatakan segera pulang ke kampung halaman karena sakit.

"Katanya naik kapal, sakitnya apa kurang tahu karena gak disebutin, mungkin sakit tak enak badan," ungkap Fajar.

Dua hari kemudian, tepatnya pada Jumat, 21 November 2018 keluarga mencoba menghubungi Marian, tapi nomor teleponnya sudah tak lagi aktif.

"Lalu kami dengar ada kapal tenggelam dan ada mayat yang ditemukan lalu dibawa ke RS Bhayangkara, mungkin salah satunya anak kami," sebutnya.

Menurut Fajar, orang tua Marian tidak ikut ke Pekanbaru. Usianya yang sudah lanjut ditambah lagi sakit yang mereka derita mengharuskan mereka untuk menetap di rumah sambil menunggu jasad anaknya sampai di sana.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya