Liputan6.com, Semarang - Sastrawan Indonesia berduka, salah seorang sastrawan kebanggaan Indonesia, Nh Dini tutup usia pada usia 82 tahun. Perempuan kelahiran Semarang, 29 Januari 1936 ini meninggal dunia setalah mengalami kecelakaan mobil di ruas Tol Banyumanik, Semarang, Kilometer 10, Selasa siang, 4 Desember 2018.
Kabar duka ini disebarkan oleh Sastrawan Gunawan Muhammad, melalui akun Twitter milikinya.
Advertisement
Baca Juga
Sastrawan pemilik nama lengkap Sri Handini Siti Nukatin, semasa hidupnya telah melahirkan banyak karya dan meraih sejumlah penghargaan.
Di antaranya, Namaku Hiroko, Pada Sebuah Kapal Keberangkatan, La Barka, Sebuah Lorong di Kotaku, dan banyak lagi. Pernah juga meraih SEA Write Award dari pemerintah Thailand.
Nh Dini mengembuskan nafas terakhirnya setelah sempat ditangani tim medis dari RS Elisabeth Semarang. Humas RS Elizabeth Semarang Probowatie Tjondronegoro menyampaikan sekitar pukul 17.30 WIB, ia mendapat kabar dari tim kesehatan bahwa Nh Dini telah meninggal dunia.
Dari keterangan keluarga, bahwa mobil Toyota Avanza berpelat H-1362-GG yang dinaiki Nh Dini mengalami kecelakaan dengan truk pelat nomor AD-1536-JU di KM 10 Tol Semarang.
Terapi Tusuk Jarum Nh Dini
Peristiwa itu terjadi saat mobil yang ditumpangi Nh Dini melaju di jalan tol dari arah utara ditabrak dari arah depan oleh truk bernomor polisi AD 1536 yang dikemudikan Septian (28) sekitar pukul 11.15 WIB. Dari CCTV terlihat, truk itu melaju cepat mundur menghantam mobil Nh Dini yang berada di belakangnya.
Menurut Kasat Lantas Polrestbes Semarang AKBP Yuswanto Ardi, diduga sopir truk tidak menguasai medan. "Saat jalan menanjak mengakibatkan laju truk tidak kuat menahan, hingga mundur mengenai mobil yang ditumpangi korban," jelas Yuswanto.
Akibat benturan keras truk pada bagian depan mobil, Nh Dini mengalami luka di kepala dan kaki kanan. Saat kecelakaan, Nh Dini diketahui baru saja pulang dari terapi tusuk jarum di Jalan Mataram, Semarang Tengah.
"Beliau terapi tusuk jarum seminggu sekali di daerah Mataram," kata keponakan Nh Dini, Paulus Dadik, di RS Elisabeth, Selasa, 4 Desember kemarin.
Bagi Didik, sosok sang bibi adalah orang yang tidak mau merepotkan orang lain, termasuk keluarganya.
"Ia sukanya mandiri, milih tinggal di panti jompo dengan menjual aset, daripada merepotkan orang lain. Terakhir kumpul dua bulan yang lalu," jelasnya.
Jenazah sastrawan itu sebelummya disemayamkan di Rumah Duka Wisma Lansia Harapan Asri Banyumanik, Kota Semarang dan dikremasi di Krematorium Ambarawa, Kabupaten Semarang, Rabu, 5 Desember 2018. (Miftahul Jhannah)
Saksikan video menarik berikut ini:
Advertisement