Ritual Wulla Poddu dan Potret Agraris Penganut Marapu Sumba

Kondisi buruan babi pertama menjadi indikator berhasil atau tidaknya panen pada tahun yang akan datang.

oleh Amar Ola Keda diperbarui 05 Mei 2021, 13:40 WIB
Diterbitkan 07 Des 2018, 10:00 WIB
Ritual Wulla Poddu
Warga suku Sumba mengurbankan babi di desa Ratenggaro yang terletak di pulau Sumba, Indonesia. (AFP Photo/Romeo Gacad)

Liputan6.com, Kupang- Sumba Barat memiliki budaya unik, salah satunya adalah Wulla Poddu. Ritual ini digelar setiap bulan Oktober hingga November. Wulla Poddu berasal dari kata 'wulla' yang artinya bulan dan 'poddu' yang berarti pahit. Jadi secara harfiah wulla poddu memiliki makna bulan pahit.

Ritual ini juga dilaksanakan orang-orang Sumba Barat Daya, namun dengan ritual yang sedikit berbeda. Meski berbeda tujuannya tetap sama, yakni mengucap syukur kepada Mori Loda Mori Pada atau Pemilik Hari dan Alam Sejagat, atas berkah hasil panen yang didapat sepanjang tahun dan tahun mendatang.

Wisata Budaya NTT
Warga Sumba saat menggelar ritual Wulla Poddu (Liputan6.com/Ola Keda)

Ritual Beburu

Cerita Asal Usul

Selama ritual berlangsung, ada banyak pertunjukan yang disampaikan para Rato, atau Imam Besar Marapu. Salah satunya adalah cerita tentang asal-usul nenek moyang orang Sumba Barat serta proses penciptaannya.

Marapu sendiri merupakan salah satu kepercayaan tertua di Sumba yang meyakini leluhur merupakan jembatan penghubung antara manusia dan Tuhan. Mereka menyembah Tuhan melalui perantara leluhur lewat bebatuan dan pohon-pohon besar.

Hampir semua wilayah Sumba Barat menggelar ritual ini. Di wilayah Lamboya kegiatannya terpusat di kampung Sidang dan Kadengar, di Wanukaka terpusat di Kampung Kadoduku, di Tana Righu terpusat di Kampung Omba Rade, tetapi yang terbesar dari semuanya ada di wilayah Loli, yakni Tambera dan Tarung. Kedua kampung ini menjadi kampung sentral ritual Wulla Poddu.

 

Wisata Budaya NTT
Ritual berburu babi hutan dalam rangkaian upacara Wulla Poddu (Liputan6.com/Ola Keda)

Sepanjang masa Wulla Poddu banyak orang yang berburu Babi Hutan. Hasil buruan diserahkan kepada Rato sambil melantunkan tanya jawab dalam bentuk pantun adat. Babi Hutan yang pertama kali ditangkap biasanya menjadi indikator dari hasil panen.

Jika hasil buruan adalah babi jantan itu berarti hasil panen bakal memuaskan, namun babi betina yang sedang bunting menandakan hasil panen kurang baik, sementara jika babi yang buru sempat menggigit orang yang memburunya berarti itu petanda bahwa akan ada hama tikus yang melanda persawahan warga.

Pada masa Wulla Poddu, selain sebagai masa mengucap syukur, namun pada masa itu pula para pemuda yang telah akil balik menjalani proses sunatan, dan selama beberapa hari para pemuda akan diasingkan ke alam liar untuk hidup mandiri sebagai tanda kedewasaan.

Jika anda ingin menyaksikan ritual ini, datanglah pada awal Oktober hingga akhir November. Awal Oktober adalah masa awal persiapan memasuki Wulla Poddu dan pada adalah masa persiapan penutupan Wulla Poddu. Pada masa-masa inilah wisatawan akan menjumpai berbagai ritual unik dalam Wulla Poddu.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya