Sarapan Pagi dengan Kuliner Tradisional Khas dari 16 Daerah di DIY Jateng

Jangan lewatkan kesempatan menjajal beragam kuliner tradisional dari daerah-daerah di DIY dan Jateng.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 14 Des 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2018, 06:00 WIB
Java Heritage Culinary 2018
Java Heritage Culinary 2018 digelar untuk menyosialisasikan kuliner tradisional kepada masyarakat luas (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta Java Culinary 2018 menjadi alternatif acara yang bisa disambangi untuk mengisi akhir pekan. Festival kuliner tradisional yang pertama kalinya diadakan ini digelar di Lapangan Sentono, Taman Wisata Candi Prambanan pada Sabtu, 15 Desember 2018.

Puluhan kuliner tradisional dari 16 daerah di Jawa Tengah dan DIY bisa dicicipi, bahkan dibeli, mulai pukul 09.00 sampai 17.00 WIB. Daerah yang menyajikan kuliner tradisionalnya merupakan anggota Java Promo, meliputi, Kota Yogyakarta, Gunung Kidul, Sleman, Bantul, Klaten, Temanggung, Banjarnegara, Boyolali, Karanganyar, Kulon Progo, Kebumen, Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Semarang, Purworejo, dan Wonosobo.

Pameran kuliner tradisional menghadirkan makanya khas dari daerah masing-masing, misal Bantul dengan mi lethek dan satai klatak, Temanggung dengan kopi mukidi dan brongkos kepala kambing, dan Klaten dengan apem.

"Ini upaya Java Promo untuk menyosialisasikan kuliner tradisional sebagai bagian dari mendukung industri pariwisata di Jateng dan DIY," ujar Yetti Martanti, koordinator acara Java Heritage Culinary 2018 dalam jumpa pers di Yogyakarta, Selasa (11/12/2018).

Java Promo yang berdiri pada 2002 menjadi wadah kerja sama kabupaten kota di wilayah Jateng dan DIY yang mempromosikan industri pariwisata di daerah anggotanya. Tema kuliner dipilih untuk menangkap tren wisatawan masa kini yang mulai senang dengan sesuatu yang otentik dan khas.

"Tren wisatawan berubah, kuliner juga jadi destinasi, dan kami perlu menyosialisasikan kuliner tradisional supaya dikenal secara umum," ucapnya.

Selain pameran kuliner tradisional, perhelatan ini juga mengangkat lomba latte art dan memasak soto sebagai makanan lokal. Salah satu juri dalam lomba adalah Sisca Soewitomo.

 

Soto Kuliner Khas Nusantara

Java Heritage Culinary 2018
Java Heritage Culinary 2018 digelar untuk menyosialisasikan kuliner tradisional kepada masyarakat luas (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Menu soto dipilih menjadi objek lomba memasak bukan tanpa alasan. Memasak soto menjadi cara untuk melestarikan menu otentik nusantara.

"Hampir seluruh daerah di Indonesia punya menu soto dengan kekhasannya masing-masing dan ini harus dilestarikan jangan sampai justru diklaim oleh negara lain," ujar Chef Erwan Sakti dari Indonesian Food And Beverage Association (IFBEC) DIY.

Lomba memasak soto juga menunjukkan kekayaan kuliner nusantara karena rasa dan wujudnya pun beragam. Menurut Erwan, cara paling efektif untuk melestarikan soto adalah dengan memasak dan kerap menampilkannya dalam lomba.

Secara teknis, lomba memasak soto akan diikuti oleh 30 tim. Lomba dibagi menjadi ke dalam dua sesi mengingat keterbatasan tempat.

Selain soto, latte art atau seni melukis di atas minuman juga dilombakan.

"Latte art menguji skill barista, tidak sama dengan membuat manual brew atau V60 sebab setiap metode penyeduhan kopi butuh keahlian sendiri," ujar Qiqibian, juri latte art.

Dalam perlombaan ini, barista tidak akan dinilai dari rasa kopi, melainkan hasil latte art. Tujuannya, supaya orang awam yang tidak paham kopi juga bisa menilai dengan melihat dari penampilannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya