Liputan6.com, Aceh - Ratusan jiwa mengungsi sejak banjir melanda Kabupaten Aceh Selatan beberapa hari lalu. Kedalaman air yang menggenangi beberapa kecamatan di kabupaten itu mencapai 3 meter.
Kepala Pelaksana BPBD Aceh Selatan, Cut Syazalisma menyebutkan, pengungsian tersebar di beberapa titik, yakni, Kompi Datasemen B Brimob Trumon Tengah, Kantor Camat Lama Trumon, sekolah, serta di dataran tinggi.
Advertisement
Baca Juga
Warga yang mengungsi berasal dari Desa Lhok Raya, Cot Bayu dari Kecamatan Trumon Tengah. Ada juga pengungsi banjir dari Desa Padang Harapan dari Kecamatan Trumon, dengan total pengungsi sementara 402 jiwa.
"Di Desa Seuneubok Pusaka, ketinggian air makin meningkat dengan kedalaman mencapai 2 meter sampai 3 meter. Dan masih belum mau di evakuasi dan bertahan di tempat yang lebih tinggi di wilayah desa tersebut," kata Syazalisma kepada Liputan6.com, Senin 17 Desember 2018 malam.
Kedalaman air dengan kondisi serupa juga terjadi di sejumlah desa lainnya. Warga dievakuasi oleh BPBD setempat dengan menggunakan rubber boat.
Namun, ada juga yang melakukan evakuasi secara mandiri dengan mengungsi ke dataran yang lebih tinggi.
"Saat ini masa tanggap darurat. Kita berupaya meminimalisir korban dan kerugian. Upaya evakuasi warga yang terjebak banjir ke tempat aman. Kita juga harus back up logistik, dan mengurus hal lain, seperti kesehatan untuk kelompok rentan, dan seperti popok bayi," ungkap Syazalisma.
Untuk mengantisipasi kebutuhan pangan para pengungsi, BPBD Aceh sudah mendirikan 4 unit dapur umum. Terdiri dari dapur lapangan 2 unit, dan dapur swadaya 2 unit. Pemantauan perkembangan banjir terus dilakukan oleh pihak terkait.
Menyediakan Trado
Menurut Kepala Pelaksana BPBA, Ahmad Dadek, Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dijadwalkan akan mengunjungi para pengungsi korban banjir di Kabupaten Aceh Selatan.
"Pemerintah Aceh juga akan memberikan dukungan pangan dan sandang, berupa beras, mie instan, air mineral, sarden, dan beberapa lainnya," kata Dadek.
Berhubung jalan di kawasan banjir adalah jalan lintas provinsi, maka untuk menunjang agar kendaraan yang melintas bisa lewat, kepolisian setempat menyediakan trado (pengangkut alat berat) untuk mengangkut kendaraan.
"Untuk lintasan jalan raya sudah diupayakan oleh Kapolres Aceh Selatan satu unit trado untuk mobilisasi di daerah genangan banjir, dibantu personil Polsek Trumon dan BPBD setempat," imbuh Dadek.
Advertisement
Berharap pada Kementerian PU
Kepala Pelaksana BPBD Aceh Selatan, Cut Syalizma berharap, Kementerian PU melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I, agar melakukan mitigasi struktural DAS Sungai Alas atau Lae Soraya. Penanganan permanen dinilai perlu agar banjir tidak terjadi lagi tahun depan.
Sebagai catatan, Sungai Alas-Singkil memiliki potensi air dan curah hujan yang tinggi. Reratanya mencapai 17-18 lt/dt/kilometer persegi dengan curah hujan mencapai 3.000 hingga 4.500 mm.
Melewati tiga kabupaten dan satu kota di Aceh, sungai ini memiliki sejumlah nama. Di Gayo Lues, masyarakat menyebut Aih Agusen atau Aih Betong.
Di Aceh Tenggara, sungai ini bernama Lawe Alas. Di Aceh Singkil dinamakan Sungai Singkil. Sementara di Kota Subulussalam masyarakat menyebutnya Lae Soraya.
Banjir di Kabupaten Aceh Selatan sendiri, penyebabnya karena Sungai Gelombang, yang sealiran dengan Lae Soraya, di Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, meluap dan merembes ke sejumlah kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan. Hingga berita ini diturunkan kawasan Aceh Selatan masih direndam banjir.Â
Simak juga video pilihan berikut ini: