Menyusuri Indahnya Pagi Desa Wisata Torosiaje

Desa Wisata Torosiaje merupakan salah satu desa yang masuk dalam Torosiaje Serumpun yang dihuni orang-orang Suku Bajo.

oleh Andri Arnold diperbarui 08 Jan 2019, 06:01 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2019, 06:01 WIB
Desa Wisata Torosiaje
Foto: Andri Arnold/ Liputan6.com

Liputan6.com, Gorontalo - Setelah menempuh perjalanan sekitar 5 jam, sepeda motor yang dikendarai awak Liputan6.com terhenti di depan jembatan sepanjang 100 meter. Udara pagi yang segar menyambut kami saat tiba. Pada sisi kanan dan kiri jembatan itu terhampar tumbuhan mangrove. Di ujung jembatan ada sebuah dermaga.

Di dermaga itu berjejer rapi perahu milik warga yang akan mengantar wisatawan menyeberang ke Desa Torosiaje. Tarifnya hanya Rp 2 ribu sekali jalan yang ditempuh selama 15 menit.

Setelah keluar dari kawasan hutan mangrove, dari kejauhan deretan rumah warga Suku Bajo tampak berdiri kokoh di atas air.

Desa Torosiaje merupakan salah satu desa yang masuk dalam Torosiaje Serumpun yang dihuni Suku Bajo. Desa ini terletak di Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Deretan rumah adat beridiri di atas air jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk datang dan melihat langsung kehidupan dari suku Bajo.

"Penasaran melihat perkampungan di atas air ini, apalagi aktivitas mereka sehari-hari," kata Franko Dengo, salah satu warga kota Gorontalo yang baru pertama kali berlibur ke desa itu.

Bagi Franko yang menarik adalah ekowisata berupa hutan mangrove yang ada dipemukiman tersebut. Ia pun meluangkan waktu berkeliling untuk menyusuri hamparan hutan mangrove dengan menggunakan perahu.

 

Desa Wisata Torosiaje
Pemukiman suku bajo yang terletak di atas air berada di Desa Torosiaje, Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. (Andri Arnold/ Liputan6.com)

Amenitas

Desa Wisata Torosiaje
Para wisatawan yang hendak ke Torosiaje bisa menggunakan perahu warga dengan tarif hanya Rp 2 ribu. (Liputan6.com/ Andri Arnold)

Di Torosiaje terdapat sejumlah penginapan yang disiapkan oleh warga bagi para wisatawan. Setiap kamar memiliki tarif bervariasi dengan harga sekitar Rp  150-250 ribu per malam.

Di akhir pekan menjadi puncak kunjungan wisatawan. Jumlahnya bahkan bisa lebih banyak jika telah masuk pada hari libur nasional.

"Bahkan kalau akhir tahun dan Idul Fitri bisa ratusan yang datang," ungkap Kamarudin, salah satu tokoh masyarakat Bajo.

Menurut Kamarudin, kawasan yang dihuni suku Bajo itu disebut juga sebagai Torosiaje Serumpun. Hal itu mengacu pada tiga desa, yaitu Desa Torosiaje Jaya dan Bumi Bahari yang berada di daratan serta Torosiaje yang pemukimannya berada di laut. 

"Inisiatif dari masyarakat, pemerintah desa dan kerja sama dengan Dinas Pariwisata sehingga desa ini jadi desa wisata," ungkap Kamarudin menambahkan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya