Asal-usul Lahirnya Danau Singkarak

Danau ini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan, selain Istana Basa Pagaruyuang, kebun teh, dan danau kembar. Setiap tahunnya dijadikan lokasi balap sepeda internasional “Tour The Singkarak.”

oleh Liputan6dotcom diperbarui 09 Jan 2019, 05:00 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2019, 05:00 WIB
Menikmati Indahnya 2 Danau Eksotis di Sumatera Barat
Ilustrasi Danau

Liputan6.com, Solok - Danau Singkarak merupakan danau terluas kedua di Sumatera setelah Danau Toba, memilki luas 107,8 kilometer persegi dengan ketinggian 363,5 meter dari permukaan laut. Terletak di dua Kabupaten, di Sumatera Barat, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah datar.

Danau ini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan, selain Istana Basa Pagaruyuang, kebun teh, dan danau kembar. Setiap tahunnya, danau dijadikan lokasi balap sepeda internasional "Tour The Singkarak."

Pengunjung akan disuguhkan pemandangan indah dengan hamparan air dikelilingi bebukitan nan hijau. Di balik keindahan Danau Singkarak tersimpan cerita asal mula danau ini terbentuk. Selain itu, ada banyak versi mengenai sejarah danau ini terbentuk.

Menurut cerita dahulu ada satu keluarga yang hidup di tepi laut. Pak Buyung bersama istri dan anak laki-lakinya bernama Indra. Sehari-hari Pak Buyung dan istri bekerja di hutan di Bukit Junjung Sirih, untuk mencari hasil hutan kemudian menjualnya di Pasar.

Jika musim ikan, Pak Buyung meraup rezeki dengan memancing ikan di laut. Indra anaknya selalu membantu baik di hutan atau pun di laut. Indra tumbuh menjadi anak yang patuh, hanya saja Pak Buyung dan istri khawatir dengan pola makan Indra.

Porsi makannya melebih rata-rata anak seusianya, bahkan di atas porsi makan orang dewasa. Satu kali makan, Indra dapat menghabiskan satu bakul nasi dan lauk dalam jumlah yang besar.

Berawal dari Paceklik

Suatu masa musim paceklik tiba, Pak Buyung dan keluarga harus menghemat makanan. Mereka tidak lagi makan nasi setiap hari, diselingi dengan mengkonsumsi ubi. Karena musim paceklik berlangsung panjang dan persediaan makanan mereka semakin sedikit, Pak Buyung dan istri tidak lagi mempedulikan makan Indra. Mereka hanya memikirkan perut mereka masing-masing.

Hingga suatu hari Indra merengek minta makan kepada orang tuanya. Mendengar rengekan Indra, Pak Buyung marah dan menyuruh Indra untuk mencari makanan di hutan sendirian. Sebelum berangkat ke hutan Indra terlebih dahulu memberikan makan ayam peliharaannya bernama Taduang.

Seharian di hutan, Indra tidak mendapatkan hasil hutan yang dapat dimakan. Keesokan harinya Pak Buyung memerintahkan Indra untuk mencarikan di laut, tapi Indra juga tidak mendapatkan ikan.

Telah satu bulan Indra bolak-balik hutan dan laut, tapi tetap tidak ada hasil. Sementara itu kedua orang tuanya hanya bermalas-malasan di gubuk. Namun, Indra tidak putus asa, ia tetap berusaha. Suatu hari ketika Indra ke laut, ibunya juga pergi ke laut, tapi tidak ke tempat yang sama dengan Indra.

Ibunya berhasil mendapatkan makanan (pensi) kerang air tawar berukuran kecil. Sesampainya di rumah, sang ibu memasak pensi tersebut. Setelah matang Pak Buyung dan istri menyantap pensi tersebut hingga habis tanpa memikirkan anak mereka yang juga kelaparan.

Setelah kenyang menyantap pensi, Pak Buyung dan istri tertidur di dapur, tidak lama kemudian Indra Pulang dari laut. Ia melihat kedua orang tuanya terlelap dengan cangkang pensi di sekitar mereka.

Menyaksikan hal itu Indra sedih dan duduk di batu besar di samping rumahnya. Indra merasa orang tuanya tidak lagi peduli kepadanya. Mereka tega menghabiskan makanan, tanpa menyisihkan bagian Indra.

 

Terbang Membawa Kekecewaan

Indra menceritakan kesedihannya pada Taduang. Ayam itu berkokok berulang kali sambil mengepakkan sayapnya, seakan merasakan kesedihan Indra saat ini. Indra memegang kaki Taduang, seketika ayam itu terbang, anehnya batu yang diduduki Indra ikut terangkat.

Semakin tinggi terbang, batu tersebut semakin besar. Indra mengetahui bahwa Taduang tidak lagi kuat terbang dengan membawa Indra dan batu besar itu. Indra meletakkan kakinya di atas batu, seketika batu itu terhempas ke bumi dan menghantam salah satu bukit di sekitar lautan.

Secepat kilat air laut mengalir ke lubang itu dengan melewati bukit-bukit di sekitarnya. Dari ceritanya inilah penyebab adanya sungai ombilin, yang kini mengalir hingga ke Provinsi Riau. Sedangkan laut yang airnya mengisi lubang besar itu, semakin surut. Hinnga kini laut itulah dikenal sebagai Danau Singkarak.

Miftahul Jhannah 

Saksikan video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya