Kebumen Dirundung 148 Bencana dalam Sepekan, Bagaimana Penanganannya?

Bencana alam di Kebumen berupa banjir terjadi di 67 titik, longsor 52 titik dan angin kencang di 29 titik.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 23 Jan 2019, 13:03 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2019, 13:03 WIB
Warga bersama dengan BPBD, relawan, TNI dan Polri memperbaiki tanggul yang jebol di Sugihwaras, Kebumen. (Foto: Liputan6.com/BPBD Kebumen/Muhamad Ridlo)
Warga bersama dengan BPBD, relawan, TNI dan Polri memperbaiki tanggul yang jebol di Sugihwaras, Kebumen. (Foto: Liputan6.com/BPBD Kebumen/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Kebumen - Kabupaten Kebumen merupakan salah satu daerah paling rawan bencana di Jawa Tengah. Kontur wilayah yang kontras, antara sisi utara dengan pegunungan dan sisi selatan yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia membuat daerah pesisir selatan Jawa Tengah ini berisiko nyaris semua jenis bencana alam.

Namun, bencana alam medio dasarian kedua dan awal dasarian ketiga Januari ini memang benar-benar dahsyat. Bencana alam seolah tak berhenti. Sejak Rabu, 16 Januari 2019 lalu sebanyak 58 desa di 16 kecamatan terdampak bencana alam yang dipicu cuaca ekstrem ini.

Puncak bencana alam terjadi antara Kamis hingga Sabtu pekan lalu. Saat itu, sejumlah kecamatan dilanda banjir dan longsor sekaligus. Lantas, bukannya berhenti, bencana alam datang silih berganti.

Hingga Selasa 22 Januari 2019, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen mencatat, sebanyak 148 titik bencana teridentifikasi di Kebumen, meliputi bencana banjir, longsor, dan terjangan angin kencang.

Juru bicara Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) BPBD Kebumen, Heri Purwoto mengatakan banjir terjadi di 67 titik, longsor 52 titik, dan angin kencang di 29 titik.

Kini banjir berangsur reda. Masyarakat pun telah kembali beraktivitas. Namun, masyarakat bersama BPBD dan lembaga lainnya memulai pekerjaan berat pascabencana.

Lantaran banyaknya titik bencana alam, penanganannya pun tak bisa berlangsung cepat. Masalahnya, tenaga personel dan relawan amat terbatas. Beberapa di antaranya juga tak bisa ditangani dengan tenaga manusia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Penanganan Bencana di Kebumen

Polisi dan relawan mengisi sandbag dengan pasir di Pantai Bopong, Puring untuk memperbaiki tanggul Sungai Telomoyo, Kebumen. (Foto: Liputan6.com/Polres Kebumen/Muhamad Ridlo)
Polisi dan relawan mengisi sandbag dengan pasir di Pantai Bopong, Puring untuk memperbaiki tanggul Sungai Telomoyo, Kebumen. (Foto: Liputan6.com/Polres Kebumen/Muhamad Ridlo)

Di Sugihwaras misalnya, tanggul Sungai Telomoyo atau Kali Benca jebol sepanjang 27 meter dengan ketebalan tanggul enam meter dan tinggi tiga meter. Ratusan warga bersama dengan petugas BPBD, TNI, Polri, dan relawan memperbaiki tanggul ini sejak Senin.

Yang mengkhawatirkan, sungai kembali banjir lantaran hujan intensitas tinggi masih kerap turun di wilayah ini maupun kawasan hulu sungai. Karenanya, alat berat pun diturunkan agar mempersingkat perbaikan tanggul.

Langkah tercepat dan terbukti efektif adalah dengan memasang karung berisi tanah. Celakanya, tak ada tanah di sekitar lokasi. Untuk itu, karung pun diisi pasir di Pantai Bopong.

"Jaraknya kurang lebih lima kilometer," ucapnya, Selasa, 22 Januari 2019.

BPBD bersama masyarakat di sejumlah daerah juga menangani bencana alam pada pekan sebelumnya. BPBD Kebumen juga memberikan logistik untuk penanganan tanggul jebol di beberapa tempat yang dilakukan oleh warga dan pemerintah desa di sejumlah titik.

"Kita kirimkan logistik, sandbag (karung)," katanya.

Di tempat lainnya, BPBD juga mengerahkan alat berat untuk membuka akses jalan yang sebelumnya tertutup longsor. Di antaranya, longsor di Desa Watulawang Pejagoan dan Desa Pandansari Sruweng.

Tak mudah untuk menangani bencana sebanyak itu. Diperkirakan, penanganan bencana alam baru selesai pada akhir pekan ini.

"Mungkin empat atau lima hari lagi, Sabtu atau Minggu. Pada Sabtu dan Minggu sudah selesai," Heri menambahkan.

Heri juga mengimbau agar warga di wilayah rawan untuk mewaspadai kemungkinan bencana alam. Harapannya, jika terjadi bencana, masyarakat bisa mengungsi secara mandiri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya