Pagi Indah di Kampung Mualaf Badui Lembah Barokah

Dekat Terminal Ciboleger, terdapat sebuah lembah indah yang diisi oleh para mualaf Badui.

oleh Fadjriah Nurdiarsih diperbarui 29 Jan 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2019, 06:00 WIB
Lembah Barokah Ciboleger
Lembah Barokah Ciboleger, tempat permukiman mualaf Baduy, 500 meter dari Terminal Ciboleger (foto M Syakur Usman).

Liputan6.com, Jakarta - Hanya sekitar 3,5-4 jam dari Ibu Kota, tepatnya di Desa Bojong Menteng, Banten, sekitar 500 meter dari Terminal Ciboleger, terdapat sebuah lembah indah yang diisi oleh para mualaf Badui. Sejauh mata memandang, hamparan warna hijau menyejukkan mata.

Sawah dengan padi yang tumbuh subur, tanaman yang rimbun menjulang, hingga suara burung berkicau siap menyambut siapa pun di Lembah Barokah Ciboleger, sebuah tempat yang memanjakan dengan pemandangan alaminya.

Begitu memasuki tempat Lembah Barokah, Anda akan disambut dengan tanah lapang dengan tekstur yang unik. Tanahnya berwarna campuran antara merah dan cokelat, tapi sangat gembur ketika diinjak. Namun jangan khawatir, ada paving blok sehingga meski hujan Anda tak akan tergelincir saat berjalan.

Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiah (YASMUI), sebagai inisiator tempat ini, telah menyediakan tempat parkir yang layak, bahkan juga berencana membangun masjid di sini.Kesaksian Warga Badui yang baru memeluk Islam. (Liputan6.com/Fadjriah Nurdiarsih)

Di kawasan seluas 8 hektare ini kini telah berdiam sekitar puluhan orang yang merupakan mualaf Badui. Pembangunan Lembah Barokah Ciboleger dilakukan atas inisiatif Dokter Ashari, Direktur Eksekutif Gerakan Kebangkitan (Gerbang) Betawi, yang merasa prihatin denga keberadaan kaum duafa dan mualaf Badui yang hidup terlunta-lunta serta tidak memiliki penghasilan yang memadai.

Masyarakat suku Badui dikenal sangat kuat dan teguh memegang adat istiadat mereka. Secara umum, ada sistem adat yang disebut pikukuh atau kepatuhan dan menjadi pedoman dalam tingkah laku sehari-hari orang Badui. Kaum Baduy dalam tidak boleh bersekolah formal, memakai alas kaki, dan menggunakan kendaraan.

Sentuhan dunia luar sangat diminimalisasi, demi menjaga kemurnian adat mereka. Namun, persentuhan kaum Badui Luar dengan muslim telah memancing mereka untuk belajar agama Islam serta menjadi mualaf. Lambat laun, mereka pun mulai terbuka dan mengenal agama Islam.

Meski demikian, masih sedikit perhatian yang diberikan kepada kaum mualaf Badui. Selain itu, peraturan adat juga mengharuskan orang Badui yang telah memeluk agama leluhurnya itu keluar dari kampung halamannya karena telah meninggalkan budaya, adat, dan kepercayaan leluhur.

“Banyak dari mereka yang kemudian hidup nomaden, menumpang di lahan warga Ciboleger, karena memang tidak punya rumah. Mereka bekerja ala kadarnya, membantu mengelola kebun yang ditempati dengan sistem bagi hasil,” ucap Muhammad Sulhi, Sekretaris Eksekutif Gerbang Betawi, Sabtu (26/01/2019).

Karena itulah, YASMUI dan Gerbang Betawi ingin meningkatkan produktivitas kaum duafa dan mualaf Badui agar bisa berdaya dan mandiri secara ekonomi di Lembah Barokah Ciboleger, sekitar 500 meter dari Terminal Ciboleger dan Perkampungan Baduy Luar.

Dr Ashari menyampaikan di Lembah Barokah sudah ada 27 KK mualaf Badui yang tinggal kurang lebih sejak 5 bulan lalu. “Dalam jangka waktu 5 tahun ke depan, akan diperluas hingga 25 hektare dengan kira-kira 100 KK mualaf Badui di sini,” ujarnya menjelaskan.

YASMUI pun akan mengembangkan kawasan Lembah Barokah Ciboleger menjadi kawasan ecotourism baru di Banten. Dalam acara jelajah yang berlangsung sejak siang hingga sore pada Sabtu (26/01/2019), diserahkan secara simbolis santunan untuk puluhan duafa dan mualaf Badui, kunci rumah, penanaman belasan tanaman produktif, dan pelepasan puluhan burung ke alam bebas. Rencananya, di area Lembah Barokah akan dibangun juga masjid dan sekolah.

 

Terhanyut Suara Azan

Penanaman pohon
Penanaman pohon produktif di Lembah Barokah Ciboleger, Banten, Sabtu (26/01/2019) (foto: Rachmad Sadeli)

Salah seorang mualaf Badui, Surya, mengaku baru belajar Islam kurang lebih 5 bulan yang lalu. Hatinya tergugah ketika mendengar azan dari masjid. Saat itu bulan puasa, dia tergugah mendengar ayat-ayat Alquran.

“Islam menyebut-nyebut asma Allah. Saya tidak tidur satu malam. Apa iya Allah ada?” tanyanya.

Mulai saat itulah dia mencari tahu lebih banyak soal Islam, sampai akhirnya dipertemukan dengan Haji Aduh, seorang dai yang asli Badui. Kini Surya mantap memeluk agama Islam dan ingin belajar mengaji hingga lancar dan bisa mengajarkannya ke sesama mualaf Badui lainnya.

Yuli, salah seorang penghuni Lembah Barokah, menyambut baiknya adanya bantuan ini. Dia mengaku baru lima bulan tinggal di sana. “Tempat ini kan baru juga, Teh. Sebelumnya mah saya tinggal di tempat lain,” ucapnya.

Dua anaknya bersekolah formal tak jauh dari Lembah Barokah. Satu di SD negeri, sementara satu lainnya di MTS. Dia menyebut lokasi sekolah tak terlalu jauh dari tempatnya tinggal sekarang.

Lembah Barokah Ciboleger menyimpan potensi sumber alam yang luar biasa. Jika Anda berkunjung pada saat ini, sedang musim rambutan, manggis dan durian. Di mana-mana buah ini bisa dijumpai secara mudah.

Tanaman padi dan jagung yang hampir  masak juga turut melambai-lambai seolah minta difoto. Selain itu, ragam kerajinan dan potensi lokal Badui, seperti kain tenun, madu, gula aren dan lain sebagainya juga mudah dijumpai di sana. Dengan kemolekan alam dan sumber daya manusia di sana, Lembah Barokah sayang jika tak dikunjungi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya