Liputan6.com Jayapura Ratusan umat Hindu dari di Kabupaten Jayapura sore itu bersemangat. Hari yang dinantikan oleh mereka pun tiba untuk berkeliling Kota Sentani, ibukota Kabupaten Jayapura dengan iringan Ogoh-ogoh.
Pawai Ogoh-ogoh pun dilepas dari Kantor Bupati Kabupaten Jayapura oleh Bupati setempat, Mathius Awoitauw. Ini kali pertama Mathius melepas pawai Ogoh-ogoh, sepanjang 2 periode dirinya menjabat sebagai bupati.
Pawai Ogoh-ogoh kali ini memang berbeda dari sebelumnya, karena tahun ini Pemerintah Kabupaten Jayapura menetapkan pawai ini sebagai agenda tahunan. Pemkab Jayapura berharap pawai Ogoh-ogoh dapat dilakukan dengan meriah setiap tahunnya.
Advertisement
"Penetapan pawai sebagai agenda tahunan adalah hal yang wajar diberikan kepada setiap warga negara dalam melakukan kegiatan keagamaan," kata Mathius, Rabu (6/3/2019).
Baca Juga
Penampilan Mathius pun berbeda dari biasanya. Ia mengenakan Udeng atau nama lain dari ikat kepala yang dikenakan bersama dengan baju adat Bali. Udeng yang dipakai Bupati Mathius berwarna hijau tua bercampur dengan coklat, senada dengan atasan dan sarung yang dikenakannya.
Tiga buah Ogoh-ogoh yang bejajar rapi yang mewakili dari 3 Pura di Kabupaten Jayapura Pura Giri Cycloop Sentani, Pura Puja Darma dan Pura Marganing Distrik Nimbokrang. Pawai Ogoh-ogoh berakhir di Markas Yonif 751/ Sentani.
"Kita harus bersatu mempertahankan komitmen Kabupaten Jayapura sebagai zona integritas kerukunan umat beragama. Salah satunya melalui penghormatan berbagai acara seremonial dari semua agama," ucapnya.
Mathius menyebutkan di Kabupaten Jayapura semua agama memiliki ruang untuk berkreasi, beribadah dan merayakan hari keagamaannya. Pengakuan pawai ogoh-ogoh menjadi agenda tahunan juga menandakan Kabupaten Jayapura tetap nyaman, bersih dan bebas dari gangguan konflik agama.
"Tujuan beragama itu kan menjalin kebersamaan, kekeluargaan dan kerukunan antar sesama yang ada di dunia ini. Ogoh-ogoh juga memiliki makna menangkap roh jahat dari segi kerpecayaan saudara-saudara kita yang beragama Hindu," jelasnya.
Umat Hindu Jaga Perdamaian
Penyelenggara Hindu di Kementerian Agama Kabupaten Jayapura, Didik Widia Putra menyebutkan Ogoh-ogoh atau sifat jelek angkara murla ada di dalam diri manusia. Ogoh-ogoh juga memberi makna putakala.
"Pawai Ogoh-ogoh menetralisir hal-hal buruk yang berada di rumah, perkantoran atau alam sekitar. Selian itu, untuk menjaga keseimbangan antar tiga hubungan harmonis yaitu manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam semesta," ucapnya.
Didik dan umat Hindu lainnya di Kabupaten Jayapura berterima kasih kepada Bupati Kabupaten Jayapura karena telah menetapkan pawai ini sebagai agenda tahunan.
"Pengakuan ini juga membuktikan komitmen umat Hindu ikut bertanggungjawab bersama pemerintah dan umat beragam lainnya untuk menjaga kerukunan dan toleransi beragama" ujarnya.
Advertisement
Pemilu Aman
Berbeda di Kota Jayapura, ibukota Provinsi Papua. Persatuan Hindu Darma Indonesia (PHDI) di Papua mengelar upacara suci tawur Angung Kesanga di Taman Imbi Kota Jayapura.
Upacara dalam rangka menyambut hari raya Nyepi tahun baru Saka 1941 bertujuan mewujudkan kerukunan antar umat beragama di Papua yang penuh toleransi dan sukseskan pemilu 2019.
Ketua PHDI Provinsi Papua, Komang Wardanah menyebutkan pelaksanaan pemilu akan dilakukan satu bulan lagi. PDHI berharap pemilu tahun ini, terlebih khusus di Papua berjalan damai dan aman.
"Pesta demokrasi bukan untuk mencari permusuhan dan konflik antar sesama. Kami berharap masyarakat di Papua dapat mengambil makna dan hikmah dari pemilu. Jangan karena perbedaan pandangan politik, umat beragama di Papua terpecah belah," kata Komang.
Hari Nyepi tahun ini, bertepatan dengan HUT Kota Jayapaura ke 109 dan perayaan masuknya Injil di Tanah Tabi. Komang menambahkan dengan banyaknya hari yang bertepatan dengan hari raya Nyepi, menandakan umat Hindu di Jayapura mendapatkan ijin merayakan ritual menyambut tahun Sakka, untuk memberikan keseimbangan di Kota Jayapura.
Simak juga video pilihan berikut ini: