Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menyatakan banjir bandang yang terjadi di Sentani, Papua, disebabkan oleh tingginya curah hujan di bagian hulu, yakni pegunungan Cycloops. Hal itu yang kemudian memicu peningkatan debet air sungai secara cepat, di alur lembah sungai sempit (berbentuk V) di bagian hulu yang ditutupi hutan.
Kepala PVMBG Badan Geologi Kasbani mengatakan, gerusan air mengerosi dinding lembah sungai tersebut bercampur dengan batuan berukuran boulder membentuk bendungan alami disepanjang alur sungai berlembah sempit meningkatkan akumulasi tekanan pada bendungan.
Baca Juga
Dirinya juga mengungkapkan, kejadian banjir bandang di Papua, merupakan peristiwa alami yang kejadiannya berulang sepanjang sejarah geologi terbentuknya wilayah Kabupaten Jayapura, akibat proses geologi erosi dan sedimentasi yang dipicu intensitas curah hujan.
Advertisement
"Kejadian banjir bandang dikontrol oleh kondisi morfologi, geologi, dan dipicu tingginya curah hujan dalam satu kesatuan. Pertama tutupan lahan dibagian hulu di pegunungan Cycloops masih dominan ditutupi oleh hutan dan pada bagian lebih landai merupakan perkebunan dan pemukiman," kata Kasbani di Bandung, Rabu (27/3/2019).
Kasbani menjelaskan topografi di sekitar lokasi gerakan tanah dan banjir bandang, berupa perubahan dari bagian hulu perbukitan dengan kemiringan lereng curam dengan lembah sempit berbentuk V. Ketinggiannya sebut Kasbani lebih dari 300 meter d.p.a menjadi perbukitan dengan lereng sedang, lembah sungai berbentuk lebih lebar (berbentuk U) dan ketinggian 100-300 m d.pa. dan menjadi wilayah pedataran di bagian hilirnya yang bermuara di Danau Sentani.
Kasbani menerangkan wilayah landaan bencana yang berdampak korban jiwa terbesar di jalur Doyo dan Kali Kemiri. Wilayah yang terdampak bencana tersebut, bertempat pada wilayah landaan banjir bandang masa lalu yang tidak diketahui waktu kejadian. Wilayah landaan bencananya merupakan wilayah pemukiman pada ketinggian 100-300 meter diatas permukaan laut.
"Dampak kejadian banjir bandang tercatat lebih dari 100 orang korban jiwa dan 86 orang hilang, utamanya berada di jalur sungai penyebab banjir bandang di Doyo dan di Kali Kemiri, Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura," ujar Kasbani.
Tingginya intensitas curah hujan menerus dibagian hulu utamanya, yaitu di hulu sungai Doyo dan Kali Kemiri, membuat bendungan alami jebol. Jebolnya bendungan tutur Kasbani, berakibat material banjir bandang dengan komponen batuan berukuran boulder, pasir dan lempur yang bercampur dengan pohon melanda wilayah sungai.
Morfologi lembah sungai sendiri ujar Kasbani, lebih landai sehingga material longsoran dengan kecepatan tinggi, menghantam semua wilayah disepanjang alur sungai. Sepanjang alur perjalanannya lanjut Kasbani, arus sungai dengan debit yang tinggi, sebagian berubah alur mengikuti kemiringan-kemiringan perbukitan dan terjadi pembelokan dibeberapa alur sungai.
"Landaan aliran bahan rombakan berupa batuan berukururan boulder berdiameter lebih dari 64 milimeter, bercampur dengan material berukuran pasir dan lumpur, serta batang kayu yang menghancurkan pemukiman, jalan dan jembatan, kendaraan dan jatuhnya korban jiwa. Jenis batuannya didominasi jenis batuan metamorf (malihan) berjenis Sekis Mika, Gneiss, serta batuan intrusi dan yang sebagiannya, berindikasi mineralisasi (urat kuarsa)," terang Kasbani.
Pada bagian hilir, gerusan arus banjir bandang mengakibatkan longsoran sepanjang tebing sungai dan pendangkalan alur lembah sungai serta terjadi pembelokan beberapa alur sungai. Adanya pembelokan alur sungai itu, terjadi limpasan (overflow) debit air tinggi bercampur pasir dan lumpur, serta batang pohon saat melewati alur sungai di jembatan banyaknya lahan permukiman yang rusak di dekat limpasan banjir bandang.
Aliran sungai debit tinggi dari hulu sungai di Pegunungan Cycloops bagian selatan, bermuara di Danau Sentani berdampak pada meningkatnya tinggi permukaan air Danau Sentani dan menenggelamkan pemukiman ditepi danau. Kesimpulan PVMBG Badan Geologi itu, merupakan hasil pemeriksaan langsung di lapangan oleh tim penanganan bencana yang bertugas dari 18-24 Maret 2019.
"Hasil pemeriksaan ini juga dikoordinasikan dengan Pemda serta sosialisasi kepada masyatakat disana," sebut Kasbani.
Simak juga video pilihan berikut ini: