Memburu Tuah Makam Leluhur Prabowo di Banyumas

Maka orang-orang yang kini datang berziarah dari berbagai daerah menganggapnya keramat dan wingit lantaran memiliki keinginan tertentu, terutama pada jabatan dan kekuasaan.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 05 Apr 2019, 04:00 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2019, 04:00 WIB
Makam leluhur Prabowo Subianto di Dawuhan, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Makam leluhur Prabowo Subianto di Dawuhan, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Kompleks makam di Dawuhan, Banyumas, itu beda dari pemakaman pada umumnya. Di kompleks makam berdesain klasik inilah jenazah leluhur Capres Prabowo Subianto bersemayam.

Cat putih dengan dan desain klasik mengetengahkan prabawa atau wibawa bahwa tempat ini bukan komplek makam sembarangan. Tempat ini adalah pemakaman untuk pembesar-pembesar Banyumas di masa lampau.

Sebagian orang masih mempercayai bahwa kompleks makam ini keramat. Warga setempat menyebutnya dengan ‘Priyayi Ageng’ atau makam orang-orang besar.

Salah satunya, Mbah Cani, nenek berusia 80-an tahun. Cara menyebut Prabowo Subianto dengan istilah "priyayi ageng" adalah cara Mbah Cani menghormati leluhur Prabowo di tanah Banyumas, sebagai keturunan adipati, tumenggung.

Nggih kenal, piantunipun ingkang calon presiden. Kulo nuweni sengiyen, seniki koh badhe kepanggih malih (Ya kenal. Orangnya yang calon presiden. Saya bertemu dulu, sekarang kok mau ketemu malih),” ucapnya, pertengahan Mei 2018.

Mbah Cani yakin, makam para pembesar di masa lalu itu wingit dan keramat. Ia hanya berani mendekat, kala diundang “putu wayah” atau keturunan para pembesar itu.

Sisi keramat makam leluhur Prabowo Subianto di Dawuhan ini ternyata tak hanya dirasakan oleh Mbah Cani, tetapi dengan perspektif kekeramatan dan motif yang berbeda.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Antara Segan dan Motif Kekuasaan

Prabowo Subianto berziarah ke makam leluhur di Dawuhan, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Prabowo Subianto berziarah ke makam leluhur di Dawuhan, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Jika Mbah Cani segan lantaran keberadaan jenazah para pembesar, maka orang-orang yang kini datang berziarah dari berbagai daerah menganggapnya keramat dan wingit lantaran memiliki keinginan tertentu, terutama pada jabatan dan kekuasaan.

Hingga akhir 1970-an tak sembarang orang berani memasuki kompleks makam tersebut. Namun, perlahan rasa segan itu terkikis. Bertambah tahun, semakin banyak orang di luar garis keturunan Yudhanegara II yang berziarah.

Umumnya lantaran motif kekuasaan. Barangkali, peziarah ingin ketularan garis keturunan ‘priyayi ageng’. Seingat Hadi Waluyo, Prabowo baru empat atau lima kali berziarah ke makam leluhurnya itu.

Namun adik Prabowo, Hashim Djoyohadikusumo, kerap datang. Hashim disebut meneruskan tradisi bapaknya, Sang Begawan Ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo, yang juga rutin berziarah ke makam ayah, sekaligus kakek dan nenek moyangnya.

Pertalian yang kuat antara Prabowo dengan leluhurnya di Banyumas pun sempat memunculkan wacana kuat bahwa deklarasi pasangan Prabowo capres bakal dilaksanakan di Banyumas, usai deklarasi pencapresan Prabowo oleh Gerindra di Hambalang.

Dengan berziarah ke makam penguasa di masa lalu, mereka berharap tuah, agar hajatnya terkabul. Di antara mereka, ada yang ingin naik jabatan, mau mencalonkan jadi kepala desa hingga anggota DPR. Ada pula calon pegawai yang berziarah dengan harapan bisa lulus tes PNS.

 

Kala Prabowo Berziarah

Makam leluhur Prabowo Subianto di Dawuhan, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Makam leluhur Prabowo Subianto di Dawuhan, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Juru kunci komplek makam Tumenggung Yudanegara II, Hadi Waluyo (92), mengatakan pada waktu-waktu tertentu, banyak orang yang berziarah. Terutama jika sedang ada pesta politik, entah pemilhan kepala desa maupun pencalegan.

Hadi menyebut, Prabowo Subianto juga memiliki silsilah dengan Joko Kaiman, sang adipati Mrapat, yang membagi Banyumas menjadi empat kadipaten (kabupaten), yakni Banyumas, Cilacap, Banjarnegara dan Purbalingga.

Makam Joko Kaiman tak berada di kompleks makam Tumenggung Yudanegara II, tetapi masih berada di desa yang sama. Kompleksnya terpisah lebih ke arah selatan di posisi tanah lebih tinggi.

“Kalau bupati ke atas, ziarahnya bukan ke sini, tapi ke sana, makam Joko Kaiman,” ucap Hadi.

Di kompleks makam ini, selain Tumenggung Yudhanegara II, bersemayam pula Tumenggung Dipayuda, Bupati Purbalingga pertama, Nyai Ajeng Kemasan, ibu Patih Sultan Yogyakarta I, dan Raden Ayu Tumenggung Kartanegara II.

Jenazah para pembesar masa lalu di komplek makam tersebut, terhubung sebagai kerabat. Di antaranya R Ngabehi Dipajoeda I, Bupati Banjarnegara, hinggga RM Margono Djojohadikusumo (16 Mei 1894 - 25 Juli 1978) pendiri Bank Negara Indonesia, yang juga kakek Prabowo dari garis ayahandanya, Sumitro Djojohadikusumo.

Senin, 14 Mei 2018, Prabowo Subianto, didampingi sejumlah petinggi partai dan pengurus Gerindra berziarah ke makam leluhurnya di Dawuhan.

“Saya kan keturunan Banyumas ya. Sudah adat kita, tradisi kita, apa, kita berziarah, kita Nyadran. Kita tengok leluhur kita, ke tempat pemakaman kita,” Prabowo berujar.

Banyumas, Jawa Tengah, bagi Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, memiliki arti khusus. Di tanah Ngapak ini lah, leluhurnya bermuasal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya